Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitiaan Kerangka Pemikiran

commit to user 2 Berdasarkan penelitian yang dilakuan Ayepola dan Ishola, 2009, diketahui bahwa daun jambu mete memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun jambu mete mempunyai daya hambat 16mm dengan dosis 32mgml. Berdasarkan penelitian adanya aktivitas tersebut maka daun jambu mete dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri S. aureus. Sediaan yang akan digunakan dalam penelitian untuk mengatasi infeksi oleh bakteri S. aureus adalah sediaan topikal. Salep ekstrak daun jambu mete diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai alternatif pengobatan untuk mengatasi infeksi dengan terapi lokal. Karena itu pemilihan basis salep yang tepat perlu diperhatikan untuk mengetahui basis salep yang cocok dan aman digunakan sebagai basis untuk ekstrak daun jambu mete dan memiliki daya hambat paling besar terhadap bakteri S. aureus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: 1. Apakah perbedaan tipe basis berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia salep ekstrak daun jambu mete ? 2. Bagaimana kemampuan daya antibakteri dari ketiga formula salep ekstrak daun jambu mete terhadap bakteri Staphylococcus aureus ? commit to user 3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui pengaruh perbedaan tipe basis terhadap sifat fisik dan kimia salep ekstrak daun jambu mete. 2. Mengetahui kemampuan daya antibakteri ketiga formula salep ekstrak daun jambu mete terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?

D. Manfaat Penelitiaan

Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Salep dari ekstrak daun jambu mete sebagai antibakteri yang memenuhi syarat uji sifat fisik dan kimia. 2. Meningkatkan daya guna daun jambu mete dalam bentuk sediaan farmasi sehingga meningkatkan nilai ekonominya. commit to user 4 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1.

Daun Jambu Mete Gambar 1. Daun Jambu Mete Anacardium occidentale L. Klasifikasi Jambu mete Anacardium occidentale L. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Family : Anacardiaceae Genus : Anacardium Spesies : Anacardium occidentale L. Duke,2001 Jambu mete, Anacardium occidentale L. Keluarga Anacardiaceae, adalah pohon multiguna dari daerah tropis. yang mencapai ketinggian sekitar 15m. commit to user 5 Mereka tumbuh di tanah yang relatif kering di alam tetapi dalam budidaya tumbuh baik di hutan hujan tropis. Daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong bulat telur sungsang sampai bundar telur sungsang-jorong dengan tepian berlekuk- lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas bulat telur terbalik, kebanyakan dengan pangkal runcing dan ujung membulat, melekuk ke dalam, helaian daun tunggal,warna hijau kekuningan sampai hijau tua kecoklatan, panjang 4 cm sampai 22 cm, lebar 2 cm sampai 15 cm, ujung daun membundar rotundatus seperti pada ujung yang tumpul tapi tidak terbentuk sudut sama sekali hingga ujung daun merupakan suatu busur, tumpul dengan lekukan kecil di tengah, pangkal daun runcing acutus yakni jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip kurang dari 90º, pinggir daun rata truncatus, panjang tangkai daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip penninervis mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan dari tangkai daun, permukaan atas dan bawah daun licin laevis,tidak berambut. Daun sederhana, bergantian, tebal dan kaku, panjang 6-24 cm, lebar 4- 15 cm, hijau mengkilap Sampath,2009. Menurut Duke 2001, kulit kayu dan daun A. occidentale digunakan untuk pengobatan; minyak biji atau getah digunakan untuk aplikasi industri dalam industri plastik dan kadar fenol digunakan sebagai resin; kacang memiliki daya tarik internasional dan nilai pasar sebagai sumber makanan, terutama dalam industri minuman Agedah dkk,2010. commit to user 6 Ekstrak dari daun dan kulit batang Anacardium occidentale disaring untuk phytochemically dan mengetahui keberadaan metabolit sekunder untuk aktivitas in vitro antibakteri. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya alkaloid dan tanin Mustapha dan Hafsat,2007. Ekstrak metanol daun dan ekstrak metanol kulit batang diuji terhadap Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Salmonella typhi, Candida albicans dan Escherichia coli dengan metode pengenceran agar. Ekstrak metanol daun memiliki aktivitas yang lebih tinggi dari ekstrak air. Ekstrak daun menunjukkan aktivitas lebih besar dari ekstrak kulit batang Ayepola dan Ishola, 2009.

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Anonim, 1979. Ekstraksi yaitu penarikan zat yang diinginkan dari bahan obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih disesuaikan dengan zat yang akan dilarutkan. Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan, karena tiap bahan mentah obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi adalah dengan mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah obat dan mengeluarkannya dari bahan-bahan sampingan yang tidak diperlukanAnsel, 1989 commit to user 7

3. Metode ekstraksi

Ada beberapa metode yang dipakai untuk ekstraksi yaitu metode maserasi, perkolasi, dan soxhletasi untuk mengekstraksi atau penyari bahan. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat Ansel,1989.

4. Sokletasi

Tekhnik ekstraksi ini dilakukan dengan menggunakan alat sokhlet soxhlet extractor dan merupakan metode ektraksi panas, Penggunaan alat ini dapat mengekstrak secara kontinu sehingga dapat menghemat pelarut yang digunakan dan dapat melarutkan senyawa yang lebih banyak. Cara kerja alat ini yaitu dengan menggunakan pelarut, lalu uap pelarut yang naik kebagian atas sokhlet yang akan didinginkan oleh pendingin sehingga pelarut akan mengembun kembali dan mengalir kebawah membasahi baan. Setelah pelarut mencapai ketinggian tertentu, maka pelarut yang telah mengandung zat terlarut senyawa-senyawa kimia dari bahan akan turun kembali kelabu awal. Proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga bahan akan terendam secara kontinu.

5. Cairan penyari

Sistem pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor lain : murah dan mudah diperoleh, stabil secara commit to user 8 fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan. Pelarut yangdigunakan sebagai cairan penyari antara lain : air, eter atau campuran etanol-air Anonim, 1979.

6. Staphylococcus aureus

Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus Menurut breed1957, kedudukan bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : Divisio : Protophyta Classis : Schzomycetes Ordo : Eubakteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat, diameter 0,5-1,5 µ, dan tersusun dalam kelompok tidak teratur. Dinding selnya mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam telkoat. Bakteri ini mengalami metabolisme aerob dan anaerob. Staphylococcus biasanya peka commit to user 9 terhadap antibiotik beta-laktam dan makrolida. Bakteri ini ditemukan terutama pada kulit, kelenjar kulit, dan selaput lendir Bonang dan Koeswardono,1982 Infeksi oleh Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap jaringan tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses Warsa, 1994. Bakteri ini masuk ke tubuh dapat melalui folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphylococcus mempunyai sifat menghemolisa sel darah merah, menghasilkan koagulasi dan membentuk pigmen. Infeksi yang ditimbulkan bakteri ini dapat meluas kejaringan sekitarnya melalui kelenjar limfe dan darah Suryono, 1995.

7. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir Anonim, 1995. Menurut ansel 1989, secara farmasetik, salep adalah sediaan setengah padat yang obatnya terdapat dalam dasar salep yang berbentuk setengah padat, baik yang bersifat hidrofil maupun hidrofob. Salep pada umumnya berlaku untuk terapi lokal dan diharapkan dapat berpenetrasi kedalam lapisan kulit paling atas untuk memberikan efek penyembuhan. Salep tidak boleh berbau tengik dan harus mudah dioleskan sebagai obat luar Anief,1987. commit to user 10

8. Basis

Pemilihan basis salep tergantung pada khasiat yang diinginkan, sifat bahan yang dicampurkan, stabilitas dan ketahanan sediaan serta beberapa hal harus menggunakan basis salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan, sebagai contoh obat yang cepar terhidrolisis, lebih stabil dalam basis salep hidrokarbon daripada basis salep yang mengandung air Anonim, 1995. Basis salep harus mempunyai sifat-sifat, antara lain secara terapi netral dan tidak toksik, secara fisiologis tidak meragukan atau dapat dicernakan, tidak ada mikroorganisme, stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi, serta pengaruhnya terhadap obat harus diketahui Voigt,1994. Menurut Ansel 1989 basis salep dapat digolongkan sebagai berikut : a. Basis salep hidrokarbon. Basis salep ini dikenal sebagai basis salep berlemak antara lain vaselin, minyak mineral dan parafin. Basis salep hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien Voigt, 1994. Sebagai bahan asing untuk tubuh, basis ini dapat menimbulkan rangsangan pada kulit yang sensitif, sehingga pemakaiannya pada penyakit kulit akut dihindari. Lapisan tipis bahan hidrokarbon yang terbentuk tidak permeable dan tidak menutupi kulit serta menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori. Sebagai basis lipofil pemakaiannya pada rambut kurang begitu cocok. Kerugian yang paling besar adalah tidak adanya pelepasan bahan obat atau hanya sedikit. Basis hidrokarbon baik jika digunakan untuk salep pelindung, sebagai sistem pembawa bahan obat dan sebagai basis untuk sistem yang mengandung emulgator serta berdaya serap tinggi terhadap air Ansel,1989. commit to user 11 Basis salep hidrokarbon yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1 Vaselinum Album Vaselin putih Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian: massa lunak, lengket, bening, putih. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95 P. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahanAnonim, 1979 2 Paraffinum Liquidum Parafin Cair Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpi. Pemerian: cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, ampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan etanol 95 P Anonim,1979. b. Basis salep absorbsi Basis salep ini dapat dibagi dalam dua kelompok, pertama basis salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan air Anonim, 1995. Basis salep ini bermanfaat sebagai emolien dan dalam farmasi digunakan untuk pencampuran fase air kedalam fase minyak Ansel,1989 . Basis salep absorpsi dapat sebagai lapisan penutup dan melunakkan kulit. Basis ini dapat menjadi alergi, mudah menjadi tengik dan baunya kurang menyenangkan. Basis salep absorbsi juga tidak mudah dihilangkan dari kulit dengan pencucian air Ansel,1989. commit to user 12 Basis serapadsorpsi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1 Lanolin a 75 Adeps Lanae Lemak bulu domba Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries L. mengandung air tidak lebih dari 0,25. Pemerian: zat serupa lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95 P Anonim, 1979. b 25 Aqua Destilata Air suling Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasaAnonim, 1979. 2 Unguentum simplex a 30 Cera Flava Malam kuning Malam kuning adalah malam yang diperoleh dari sarang Apis mellifera L atau spesies Apis lainnya. Mengandung lebih kurang 70 ester terutama miristil palmitat. Disamping itu mengandung juga asam bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna. Pemerian : Zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak rapuh jika dingin, menjadi elastik jika angat Anonim, 1979. b 70 Oleum sesami Minyak wijen commit to user 13 Minyak wijen adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan biji Sesamun indicum L. Pemerian: cairan, kuning pucat, bau lemah, rasa tawarAnonim, 1979. d. Basis salep larut dalam air Basis salep ini dibuat dari campuran polietilen glikol dengan bobot molekul tinggi dan polietilen glikol dengan bobot molekul rendah Lachman et al, 1994 Basis larut air mudah dibersihkan, karena hanya mengandung komponen yang larut dalam air. Basis ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, sehingga lebih cocok dicampurkan dengan bahan padat Ansel, 1989 . Keuntungan dari basis salep tipe ini antara lain tidak merangsang kulit berambut. Basis salep larut air mempunyai daya hisap osmotik yang tinggi dan dapat menyebabkan iritasi pada jaringan yang trauma Voigt,1994 . 1 PEG 400 Pemerian cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopis. Kelarutan: larut dalam air, dalam etanol 95, dalam aseton P, praktis tidak larut dalam eter p. 2 PEG 4000 Pemerian serbuk licin putih, potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau: tidak beras. Kelarutan: Mudah larut dalam etanol 95 p dan dalam kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P.

9. Antibakteri dan Uji Antibakteri

Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada bakteri yang bersifat commit to user 14 menghambat pertumbuan bakteri dan ada yang bersifat membunuh bakteri. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal KBM. Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat menjadi bakterisida bila kadar antibakterinya melebihi KHM Setyabudi dan Gani, 1995. a. Uji Aktivitas Antibakteri Secara In vitro Aktivitas antibakteri diukur in vitro untuk menentukan potensi zat antibakteri dalam larutan, konsentrasi dalam cairan tubuh dan jaringan, dan kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri in vitro, yang berikut harus diperhatikan karena secara nyata mempengaruhi hasil-hasil tes yaitu pH lingkungan, komponen-komponen pembenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum, masa pengeraman dan aktivitas metabolik mikroorganisme Jawetz et al, 2005 b. Difusi Metode difusi digunakan untuk menentukan apakah suatu bakteri uji bersifat peka, resisten atau intermediet terhadap suatu agen antibakteri. Agen antibakteri yang diujikan akan berdifusi melalui media agar Murray et al, 1995. Pada metode ini dikenal beberapa cara, yaitu cara Kirby bauer disk diffusion, cara sumuran, dan cara pour plate. Dalam pembacaan hasil pengukuran daya antibakteri dengan metode difusi dikenal dua macam zona, yaitu : commit to user 15 a. Zona radikal adalah suatu daera disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri tersebut diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal tersebut. b. Zona irradikal adalah suatu daerah disekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan dan dalam zona ini akan terlihat pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan daerah diluar pengaruh antibakteri tersebut Jawetz et al, 2001.

B. Kerangka Pemikiran

Infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri dibutuhkan suatu antibakteri. Daun jambu mete telah terbukti menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengobati infeksi pada kulit. Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan pengembangan terhadap ekstrak metanol daun jambu mete yang memiliki aktivitas antibakteri menjadi sediaan topikal. Untuk memudahkan penggunaan ekstrak daun jambu mete sebagai alternatif dalam pengobatan infeksi maka diperlukan suatu sediaan yang dapat memudahkan penggunaan ekstrak daun jambu mete secara topikal. Sediaan salep merupakan salah satu sediaan yang cocok untuk mengatasi infeksi secara topikal. Dibuat salep dengan tipe variasi basis salep yang berbeda. Dengan memvariasikan tipe basis diharapkan akan didapatkan tipe basis salep yang cocok dan dapat membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia salep ekstrak daun jambu mete sehingga dapat memenuhi standar persyaratan salep yang baik. Untuk commit to user 16 mengetahui daya antibakteri dari ketiga tipe basis salep dilakukan uji daya antibakteri sehingga dapat diketahui basis salep yang mempunyai zona hambat paling besar terhadap bakteri S. aureus. Variasi tipe basis akan memberikan perbedaan pada hasil uji daya antibakteri, hal ini disebabkan FI dan FII merupakan basis yang tidak larut air karena mengandung bahan minyak dan lemak, sedangkan basis pada FIII merupakan basis yang larut air. Sedangkan media yang digunakan pada uji daya antibakteri merupakan media NA Nutrient Agar yang menggunakan pelarut air sehingga dimungkinkan FIII memberikan zona hambat paling besar karena lebih mudah mendistribusikan zat aktif ke media uji.

C. Hipotesis