EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E (LC 3E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E (LC 3E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

(Skripsi)

Oleh

IKA ENI FADLIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

i

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E (LC 3E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI POKOK

HIDROKARBON Oleh

IKA ENI FADLIN

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas X SMAN 7 Bandar Lampung proses pembelajaran yang dilakukan, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, menjawab pertanyaan dan latihan soal. Hal itu menyebabkan siswa kurang aktif dan siswa kurang terlatih dalam menggunakan keterampilan proses sainsnya. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa adalah LC 3E. Melalui penerapan model LC 3E yang terdiri dari fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explaination), fase penerapan konsep (elaboration), diharapkan dapat meningkatkan salah satu indikator keterampilan sains yaitu keterampilan berkomunikasi. Karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran LC 3E


(3)

Ika Eni Fadlin

dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi pokok hidrokarbon.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 7 Bandar Lampung kelas X4 dan X5 semester Genap Tahun Pelajaran 2011-2012 yang diambil dengan teknik

purposif sampling. Penelitian merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji-t.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa rata-rata N-gain keterampilan berkomunikasi yang menggunakan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi dari yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran LC 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan

berkomunikasi siswa pada materi hidrokarbon.


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E (LC 3E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

Oleh Ika Eni Fadlin

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M,Si ________________

Sekretaris: : Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si. ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs.Tasviri Efkar, M.S. ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Ika Eni Fadlin NPM 0743023025


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada tanggal 09 Agustus 1989, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Lanjar S. Pd dan Ibu Umini.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Jayaguna yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP PGRI 3 Sukadana yang

diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Sekampung yang diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia.

Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Wijaya Bandar Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk bapak dan ibu tercinta...

Terimakasih, karena kalian selalu mendoakanku siang dan malam, mengajariku arti sebuah perjuanagan, memberikanku

semangat, cinta, kasih sayang, dan materi untuk keberhasilanku di masa datang.

Jerih payah dan kerja keras kalian tidak akan terlupakan dan tidak mungkin dapat terbalaskan.

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.

Kepada suami ku tersayang yang senantiasa selalu

mendoakan ku. . .Terimaksih, karena kasih sayang mu adalah penyemangat dalam hidup ku

Bidadari kecil ku tersayang...

Senyummu...memberi arti indahnya menjadi seorang ibu

Adikku tersayang...

Terima kasih atas inspirasi dan semangat yang kau berikan.


(9)

MOTTO

Justru dalam keadaan yang tidak pasti kita berkesempatan

untuk

mencoba yang tidak mungkin dalam keadaan biasa

(Mario Teguh)

“Seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap

belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan mengira bahwa

dirinya sudah cukup dengan apa yang dimiliki,maka ketika

itulah ia menjadi orang bodoh”

(Sa’id bin Jubair)


(10)

iii

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3E (LC 3E) Dalam Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Materi Pokok Hidrokarbon”

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Dra. Nina Kadarina, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan, semangat dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas atas segala masukan, bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.


(11)

iv 8. Bapak Drs. Suharto, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Dra. Rosmelli selaku guru mitra dan Siswa-siswi kelas X4 dan X5 SMA N 7 Bandar Lampung T.A 2011/2012 atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian.

10.Teristimewa untuk orang tua tercinta, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala do’a, dukungan, kasih sayang, kesabaran serta materi yang kalian berikan untuk harapan dan keberhasilanku serta adikku tersayang, yang menjadi semangatku.

11.Suami terkasih sekaligus motivatorku Didik Andika, terimakasih untuk semua

dukungan, do’a, semangat, dan waktunya yang tak pernah habis untuk

mendengar semua keluh kesahku.

12.Sahabat-sahabatku (Gank Kacau): Agnes, puspita, rohma dan yayuk. Terimakasih atas semangat, dukungan, bantuan, dan do’a dan telah memberikan banyak bantuan dan sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Canda, tawa, susah, senang, kuharap akan selamanya tejalin diantara kita. Terimakasih atas segala hal yang kita bagi bersama.

13.Teman-temanku di Mercy: Rini, Eka, dan Eca, terimakasih telah memberiku

do’a, semangat dan menghiburku dikala sedih. Kebersaman diantara kita,

kuharap takkan terlupakan.

14.Teman-temanku di P. Kimia NR ’07 atas persaudaraan dan kebersamaannya, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(12)

v Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(13)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Belajar dan pembelajaran ... 7

B. PembelajaranKonstruktivisme……….... 9

C. Learning Cycle 3E…...………. 10

D. Keterampilan Proses Sains ... 12

E. Pembelajaran Konvensional... 14

F. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... .. 15

I. Kerangka Pemikiran ... 16

J. Anggapan Dasar ... 19


(14)

vii

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 20

B. Jenis dan Sumber Data ... 21

C. Desain Penelitian ... 21

D. Alur Penelitian ... 22

E. Variabel Penelitian... 23

F. Instrumen Penelitian………... 23

G. Validitas... 24

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

I. Teknik Analisis Data ... 27

1. Gain ternormalisasi………. 27

2. Uji normalitas... 28

3. Uji homogenitas ... 29

4. Pengujian Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 51


(15)

viii

2. Silabus Kelas Kontrol ... 55

3. RPP Kelas Eksperimen ... 59

4. RPP Kelas Kontrol ... 96

5. LKS Kelas Eksperimen ... 105

6. Kisi-kisi Soal Pretest/Posttest... 156

7. Soal Pretest/ Posttest ... 159

8. Rubrik Soal Pretest/ Posttest ... 161

9. Analisis Data Keterampilan Berkomunikasi ... 165

10.Daftar nilai uji blok 1 kimia ... 175

11.Lembar aktivitas siswa ... 176

12.Lembar observasi kinerja guru ... 190

13.Surat izin penelitian... 197


(16)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman 1. Bentuk pelaksanaan kegiatan keterampilan proses dasar... 13 2. Desain penelitian... 21 3. Nilai pretest, postest, N-gain keterampilan berkomunikasi... 32 4. Nilai Chi-kuadrat ( ) untuk distribusi N-gain keterampilan

Berkomunikasi... 36 5. Nilai varians untuk distribusi data N-gain keterampilan berkomunikasi 36 6. Hasil uji-t dari kedua kelas sampel………... 37


(17)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Halaman

1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat... 18

2. Alur penelitian... 22

3. Nilai rata-rata pretest- posttest keterampilan berkomunikasi... 34


(18)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 3E(LC 3E) DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

Nama Mahasiswa : Ika Eni Fadlin Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023025 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1.Komisi Pembimbing

Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si.

NIP 19570201 198103 2 001 NIP 19710819 199903 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(19)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, dalam proses

pembelajaran, perlu digunakan suatu metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal.

Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang

berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa tidak hanya kimia sebagai produk tetapi juga dapat melatih cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah yaitu kimia sebagai proses. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk. Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya muncul kejenuhan dalam belajar sains. Hasil observasi yang


(20)

2

telah dilakukan di SMAN 7 Bandar Lampung, proses pembelajaran yang

dilakukan, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, menjawab pertanyaan dan latihan soal. Hal itu menyebabkan siswa kurang aktif dan siswa kurang terlatih dalam menggunakan keterampilan proses sainsnya. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. Beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X semester genap adalah mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon dan menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa. Untuk mencapai kompetensi ini, maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan materi hidrokarbon, salah satunya yaitu pendekatan keterampilan proses sains (KPS).

Keterampilan proses sains dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses sain terdiri dari keterampilan observasi, mengelompokkan, pengukuran, berkomunikasi dan inferensi. Keterampilan proses sains tersebut harus


(21)

3

Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan serta dapat menyimpulkan hasilnya.

Suatu hal yang tidak akan terlepaskan dalam keterampilan proses sains adalah keterampilan berkomunikasi. Terampil berkomunikasi penting bagi siswa dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam

kehidupan sehari-hari. Melalui pengamatan langsung seperti melakukan

percobaan pada materi hidrokarbon, siswa dituntut mampu mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan serta menyimpulkan laporan secara sistematis. Kemampuan-kemampuan ini merupakan indikator keterampilan berkomunikasi.

Penerapkan model pembelajaran LC 3E merupakan salah satu model

pembelajaran yang diharapkan cocok dan mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.

LC 3E merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing langsung oleh guru. Fase-fase pembelajaran LC 3E meliputi: (1) fase eksplorasi (exploration) ; (2) fase penjelasan (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).

Fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi,


(22)

4

melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

Fase penjelasan konsep, siswa dituntut lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya di dalam fase eksplorasi, siswa lebih mudah dalam memahami suatu konsep apabila siswa menemukan sendiri konsep-konsep tersebut.

Fase penerapan konsep, dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Hasil penelitian Ratu Fatimah (2011) yang dilakukan pada siswa SMA Gajah Mada Bandar Lampung kelas X4, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 3 E (LC3 E) mampu meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon. Begitu juga hasil penelitian dari Titis Gayu Haning Siwi Permadi (2011) yang dilakukan pada siswa SMA Budaya Bandar Lampung kelas X1, menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan efektivitas pembelajaran learning cycle 3E (LC 3E) mampu meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep reaksi oksidasi reduksi”.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3E (LC 3E) Dalam Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Materi Pokok Hidrokarbon “.


(23)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran LC 3E efektif dalam

meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi pokok

hidrokarbon”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Efektivitas model pembelajaran LC 3E dalam meningkatan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi pokok hidrokarbon”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:

1) melalui penerapan model LC 3E siswa dapat mempelajari materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada materi pokok hidrokarbon.

2) menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.


(24)

6

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1) kelas kontrol merupakan kelas dengan pembelajaran konvensional yang menggunakan metode ceramah, praktikum, diskusi dan latihan, sedangkan kelas eksperimen merupakan kelas yang menggunakan model pembelajaran LC 3E.

2) efektivitas model pembeajaran LC 3E pada penelitian ini ditunjukan dengan adanya perbedaan yang signifikan (N-gain signifikan) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) model pembelajaran LC 3E adalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu (1) Fase eksplorasi (exploration); (2) Fase penjelasan konsep (explaination); (3) Fase penerapan konsep

(elaboration).

4) keterampilan proses sains yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran ditunjukkan oleh nilai tes pretes dan postes.

5) indikator keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan berkomunikasi yang meliputi mampu mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan laporan secara sistematis.


(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Garret (Sagala, 2003:13) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksikan terhadap suatu perangsang tertentu.

Menurut Hamalik (2011:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melaikan pengubahan kelakuan.

Menurut Jean Piaget (Dimyati dan Mudjiono 1999:13), belajar adalah: Pengetahuan yang dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan

interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.


(26)

8

Kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan dan terjadi terus-menerus. Kognitif merupakan pusat penggerak berbagai kegiatan kita, seperti mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

Menurut Hamalik (2011:57) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak,

peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri dengan memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu: (1) berpusat pada peserta didik. (2)

mengembangkan kreativitas peserta didik. (3) menciptakan kondisi menyenangkan, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika. (4) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam (Nurhadi, dkk 2004).


(27)

9

B.Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2008:37) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif

kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Paul Suparno (1997:73), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses

belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Menurut Slavin (Trianto, 2007:74) teori pembelajaran konstruktivisme: merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut Sagala, S (2011:88) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak


(28)

10

dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus

mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

C. Learning Cycle 3 Fase (LC 3E)

Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Menurut I Kadek Adi Hirawan (2009) menyatakan bahwa Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses

pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (student centre).

LC merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.

LC 3E merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat

konstruktivisme. Pembelajaran melalui model siklus belajar mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang


(29)

11

dibimbing oleh guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan praktikum. Fase penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama ataupun yang lebih tinggi

tingkatannya.

Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007:96) mengungkapkan bahwa:

Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle3 Phase(LC 3E) terdiri dari fase-fase eksplorasi

(exploration), penjelasan konsep (concept introduction/explaination), dan penerapan konsep (elaboration).

Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen, menganalisis artikel, men-diskusikan fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning)


(30)

12

yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep (explaination).Pada fase penjelasan konsep (explaination), diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa denSgan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. (Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007:96).

D.Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Menurut Djamarah

(2010:88) keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai anak didik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:141) ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari:

1. Keterampilan dasar (basic skills), meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.


(31)

13

2. Keterampilan terintegrasi (integrated skills), meliputi mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, mengidentifikasi variabel secara operasional serta merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

Menurut Djamarah (2010:89) kegiatan keterampilan proses dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Bentuk Pelaksanaan Kegiatan Keterampilan Proses Dasar

Keterampilan Dasar Kegiatan

Mengamati Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melaui proses melihat, mendengar, merasa (kulit meraba), mencium/membau, mencicip/mengecap, mengukur, dan menggumpulkan data/informasi. Mengklasifikasikan Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar

melaui proses mencari persamaan, perbedaan, memban-dingkan, mengkontraskan, menggolongkan dan

mengelompokkan.

Menafsirkan Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melaui proses menaksir, memberi arti, mencari hubungan antar dua hal (misalnya ruang/waktu), dan menemukan pola.

Meramalkan (Memprediksi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melaui proses mengantisipasi (berdasarkan kecenderu-ngan/pola/hubungan antar data/hubungan antar

informasi).

Menyimpulkan Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melaui proses membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan,


(32)

14

Lanjutan Tabel 1. Mengkomunikasikan (Berkomunikasi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar meliputi dapat mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data empiris hasil percobaan atau

pengamatan dalam bentuk tabel, menyusun, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan dan menyampaikan laporan secara sistematis.

E. Pembelajaran Konvensional

Sukandi (2003: 15) mendeskripsikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk me-lakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mende- ngarkan. Di sini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara tradisional (konvensional) mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini anak sebagai obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher oriented) dan guru memegang peranan utama dalam proses pembelajaran. Dalam pengajaran ini guru mengkomunikasikan pengetahuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa silabus, sedangkan cara penyampaiannya dengan metode ceramah.

Roy Killen (1998) dalam buku Wina Sanjaya (2010;127) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dalam hal ini pendekatan konvensional dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Menurut


(33)

15

Wardoyo (1999) dalam buku yang sama menyatakan bahwa pengajaran

tradisional adalah pengajaran yang diberikan kepada siswa secara bersama-sama dan juga pengajaran tradisional adalah pengajaran yang pada umumnya kita lakukan sehari-hari.

F. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk

menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk mening-katkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui LKS siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media


(34)

16

pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

G. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model

pembelajaran sebagai salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran menempati peran penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan

menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mndeskripsikan efektifitas model Learning Cycle 3E dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada materi pokok

hidrokarbon pada SMA 7 Bandar Lampung. Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya adalah keterampilan

berkomunikasi materi hidrokarbon (Y). Data diambil dari dua kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran Learning Cycle 3E dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Masing-masing kelas diberi pretest dengan soal yang sama, hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran yang


(35)

17

akan diberikan atau untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi pembelajaran.

Kedua proses pembelajaran di atas mempunyai kelemahan dan kelebihan. Model pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelebihan antar lain, lebih mudah direncanakan, siswa juga dapat secara cepat memperoleh informasi dari gurunya dalam proses pembelajaran, latihan soal pada pembelajaran konvensional dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dapat merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar, sedangkan kelemahannya pembelajaran konvensional cenderung membosankan karena hanya menekankan pada materi pelajaran sehingga siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan sains siswa. Siswa lebih cenderung menghafal materi, bukan memahami. Selain itu, siswa menjadi pasif dalam pembelajaran karena guru lebih mendominasi.

Kelebihan pembelajaran LC 3E antara lain dapat meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki, membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik sehingga tidak hanya penguasan konsep siswa yang ditingkatkan namun kemampuan ilmiah atau sains akan meningkat sehingga dari kemampuan sains ini siswa dapat mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mereka menggabungkan pengetahuan lama dan baru, dimana pada akhirnya memotivasi guru dan siswa untuk belajar, pembelajaran menjadi lebih bermakna karena pembelajaran dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, penjelasan konsep dan penerapan konsep.


(36)

18

X2 Y2

Berdasarkan kelemahan dan kelebihan kedua pembelajaran tersebut, keterampilan berkomunikasi siswa dengan metode pembelajaran LC 3E lebih memungkinkan akan lebih baik dibanding dengan metode pembelajaran konvensional.

Hubungan kedua model pembelajaran dengan keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon dapat digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut:

X1 Y1

Y2 > Y1

Gambar 1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan:

X1 = Pembelajaran konvensional

X2 = Pembelajaran LC 3E

Y1 = keterampilan berkomunikasi materi pokok hidrokarbon yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Y2 = keterampilan berkomunikasi materi pokok hidrokarbon yang diterapkan pembelajaran LC 3E.


(37)

19

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa siswi kelas X semester genap SMAN 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X semester genap SMAN 7 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012 diabaikan.

I. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“ Model pembelajaran Learning Cycle 3E (LC 3E) efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi pokok hidrokarbon”.


(38)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XSMAN 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 342 siswa dan tersebar dalam sembilan kelas yaitu X1 sampai X9.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yaitupengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari ahli). Pengambilan sampel ini didasarkan pada kemampuan akademik siswa yang dilihat dari nilai uji blok 1 tentang reaksi redoks. Alasan digunakannya cara ini adalah agar diperoleh sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa kelas X4 dan kelas X5 mempunyai nilai yang hampir sama (data nilai uji blok 1 siswa terlampir). Maka, dua kelas tersebut antara lain kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol.


(39)

21

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (postest) siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen 2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol

C. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan Pretes-Posttest Control Group Design (Sugiyono, 2002). Pada desain penelitian terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian. Desain penelitiannya adalah

Tabel 2. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 _ O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Dengan keterangan O1 adalah pretes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postes yang diberikan setelah diberikan perlakuan. 2 adalah perlakuan berupa penerapan pembelajaran LC 3E pada kelas eksperimen.


(40)

22

D. Alur Penelitian

Alur pada penelitian ini sebagai berikut:

E. F.

G.

Gambar 2. Alur penelitian

Observasi

Kelas Kontrol Tes awal (Pretest)

Kelas Eksperimen

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran LC 3E Tes akhir

(Postest)

Analisis data Instrumen dan Validitas


(41)

23

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, yaitu model pembelajaran LC 3E (eksperimen) dan model pembelajaran konvensional (kontrol).

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikatnya adalah keterampilan berkomunikasi siswa pada materi pokok hidrokarbon.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:

1. Pretest

Pretest dalam penelitian ini terdiri dari 4 soal uraian mengandung indikator berkomunikasi.

2. Posttest

Sama halnya dengan soal pretest, komposisi soal posttes yaitu 4 soal uraian berkomunikasi yang sama dengan soal pretest.


(42)

24

G. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Penelitian ini menggunakan Validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali M. 1992). Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini

pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini adalah prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran LC 3E dan pembelajaran konvensional. Pada kelas X4 diterapkan model pembelajaran LC 3E dan kelas X5 diterapkan pembelajaran konvensional.


(43)

25

Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok hidrokarbon sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas. Pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing kelas sebagai berikut:

a. Kelas eksperimen

Prosedur pembelajaran kelas eksperimen adalah :

1) Fase eksplorasi (Exploration)

a) Setelah guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran b) Membagikan LKS dan bahan bacaan tambahan kepada setiap

kelompok untuk bahan diskusi dan arahan penyusunan percobaan. c) Siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya

semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel,

mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain.

2) Fase Penjelasan Konsep (Explanation)

a) Memantau kegiatan siswa dalam kelompok.

b) Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mendiskusikan pertanyaan – pertanyaan dalam LKS


(44)

26

c) Pada fase ini, terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep-konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi.

d) Siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari

e) Meminta siswa pada setiap kelompok untuk menyusun hasil diskusi dan pengamatannya secara sistematis.

f) Meminta siswa pada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatannya.

3) Fase Penerapan Konsep (Elaboration)

Siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut

b. Kelas Kontrol

Langkah pembelajaran pada kelas kontrol adalah 1) Kegiatan Awal

Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk

mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.

2) Kegiatan Inti

a) Guru memberikan uraian materi dan penjelasan mengenai materi yang diajarkan.


(45)

27

b) Pembelajaran diselingi dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang diajarkan. c) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mendiskusikan

pertanyaan yang diberikan guru dengan teman ataupun dengan menelaah literatur.

d) Guru memberikan respon terhadap hasil yang dikemukakan siswa dan meluruskan jawaban – jawaban siswa yang mungkin muncul. 3) Kegiatan Akhir

a) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi yang diajarkan.

b) Menutup pelajaran dengan memberikan tugas siswa mengenai materi yang telah dipelajari dan siswa ditugaskan untuk membaca materi pertemuan selanjutnya.

I. Teknik Analisis Data 1. Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas dari kedua model pembelajaran terhadap

peningkatan keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas.

Rumus gain ternormalisasi menurut Meltzer adalah sebagai berikut: � − ��� � = � �� � �� �� − � �� − � ��


(46)

28

2. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah

menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan

rumus: Z=

dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel

f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.


(47)

29 � = ∑ ��−�� �� � �= Dengan:

X2 = Chikuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat X2 dengan taraf signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jika �ℎ� �� < � �� maka databerdistribusi normal atau terima H0

3. Uji Homogenitas

Uji ini untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

Ho = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam sudjana (2002) :

F= 2

2 2 1

s s

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

2 1

s = varians kelas eksperimen

2 2

s = varians kelas kontrol Kriteria : Pada taraf 0.05,

Dengan kriteria uji adalah terima jika :


(48)

30

4. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 (µ1≤ µ2): Rata-rata keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon dengan model pembelajaran LC 3E lebih rendah atau sama dengan keterampilan berkomunikasi dengan pembelajaran konvensional pada materi hidrokarbon.

H1 (µ1 > µ2): Rata-rata keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon dengan model pembelajaran LC 3E lebih besar dari keterampilan

berkomunikasi dengan pembelajaran konvensional pada materi hidrokarbon.

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,

karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22), maka uji yang

dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

ℎ� ��

=

� ̅̅̅̅− �̅̅̅̅ �� √ +

�� �

=

� − �� + � − + � − �

Keterangan:

= nilai rata-rata kelas eksperimen = Simpangan baku gabungan

= nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen

= Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol


(49)

31

Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya. dk = (n1 + n2– 2) α = 0,05

Sedangkan jika kedua varians kelas sampel tidak homogen (σ12 ≠ σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

 

2

2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s X X t    Keterangan :

t‘ = perbedaan dua rata-rata n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen s2 = Varians

2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol Kriteria uji: tolak H0 jika

,

� . + � .

� + �

dan terima H0 jika sebaliknya, dengan

� =

� =

= −� , � − = −� , � −


(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa “Model pembelajaran LC 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi hidrokarbon”.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain, yang tertarik melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran LC 3E agar dalam pelaksanaannya dilakukan secara tim sehingga pengelolaan waktu lebih efektif dan efisien.

2. Untuk hasil penerapan pembelajaran yang lebih baik, akan sangat baik untuk benar-benar membawa siswa pada masalah yang memang sangat dekat dengan kehidupan mereka sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menghasilkan suatu konsep yang dapat mereka pahami dengan lebih baik.


(51)

47

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono . 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono . 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Fatimah, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase(LC 3E) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK pada siswa kelas X4 SMA Gajah Mada Bandar lampung TP.2010-2011). Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Gayu, T. 2011. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Dalam

Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, Oe. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Jakarta.

Nurhadi, Burhan, Y., dan Agus, G. S. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching andLearning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. IKIP Malang. Malang.

Sagala, S. 2011 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.

Prenada Media Group: Jakarta


(52)

48

Satria. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Slavin, R. 2007. Cooperative Learning Teori, Riset and Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Trianto. 2007. Model-ModelPembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

29

� = ∑ ��−�� �� � �= Dengan:

X2 = Chikuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat X2 dengan taraf signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jika �ℎ� �� < � �� maka databerdistribusi normal atau terima H0

3. Uji Homogenitas

Uji ini untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

Ho = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam sudjana (2002) :

F= 2

2 2 1 s s

Keterangan : F = Kesamaan dua varians 2

1

s = varians kelas eksperimen 2

2

s = varians kelas kontrol Kriteria : Pada taraf 0.05,

Dengan kriteria uji adalah terima jika :


(2)

4. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 (µ1≤ µ2): Rata-rata keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon dengan

model pembelajaran LC 3E lebih rendah atau sama dengan keterampilan berkomunikasi dengan pembelajaran konvensional pada materi hidrokarbon.

H1 (µ1 > µ2): Rata-rata keterampilan berkomunikasi materi hidrokarbon dengan

model pembelajaran LC 3E lebih besar dari keterampilan berkomunikasi dengan pembelajaran konvensional pada materi hidrokarbon.

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,

karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang

dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut : ℎ� ��

=

� ̅̅̅̅− �̅̅̅̅

�� √ +

�� �

=

� − �� + � − + � − �

Keterangan:

= nilai rata-rata kelas eksperimen = Simpangan baku gabungan = nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol


(3)

31

Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya.

dk = (n1 + n2– 2) α = 0,05

Sedangkan jika kedua varians kelas sampel tidak homogen (σ12≠ σ22), maka uji

yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

 

2

2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s X X t    Keterangan :

t‘ = perbedaan dua rata-rata n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen s2 = Varians

2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol

Kriteria uji: tolak H0 jika

,

� . + � .

� + �

dan terima H0 jika sebaliknya, dengan

� =

� =

= −� , � − = −� , � − dk = (n1-1) dan (n2-1) α = 0,05


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa “Model pembelajaran LC 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi hidrokarbon”. B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain, yang tertarik melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran LC 3E agar dalam pelaksanaannya dilakukan secara tim sehingga pengelolaan waktu lebih efektif dan efisien.

2. Untuk hasil penerapan pembelajaran yang lebih baik, akan sangat baik untuk benar-benar membawa siswa pada masalah yang memang sangat dekat dengan kehidupan mereka sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menghasilkan suatu konsep yang dapat mereka pahami dengan lebih baik.


(5)

47

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono . 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono . 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Fatimah, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase(LC 3E)

Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK pada siswa kelas X4 SMA Gajah Mada Bandar

lampung TP.2010-2011). Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Gayu, T. 2011. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Dalam

Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hamalik, Oe. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Jakarta.

Nurhadi, Burhan, Y., dan Agus, G. S. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching andLearning/CTL) dan penerapannya dalam KBK.

IKIP Malang. Malang.

Sagala, S. 2011 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.

Prenada Media Group: Jakarta


(6)

Satria. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Slavin, R. 2007. Cooperative Learning Teori, Riset and Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Trianto. 2007. Model-ModelPembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E (LC 3E) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KLASIFIKASI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROKARBON

0 7 49

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

0 9 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP

0 24 44

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

0 9 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA

0 4 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 43

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 14 34