Alat Musik Kesenian Daerah Kabupaten Ngadha

dan duka manusia. Pemahaman ini lebih bersifat manusiawi dan lebih akrab dengan manusia serta lebih dekat dengan manusia walaupun tidak kelihatan. Yang paling dekat dengan manusia ialah tanah atau bumi. Maka Nitu adalah satu pribadi yang tinggal di tempat yang dalam, yang dalam bahasa Ngadha yaitu Zale Ulu Nitu. Pribadi yang memiliki suatu kekuatan yang tak terbatas yang tidak kelihatan yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, namun penuh perhatian. Oleh orang Ngadha, Nitu Zale senantiasa dihubungkan dengan Dewa sehingga menjadi Dewa Zeta Nitu Zale. Salah satu aspek keilahian Allah, penyelenggara ilahi, yang mengantar manusia ke tujuan hidupnya. Dewa Zeta Nitu Zale merupakan kesatuan dasar dan kekuatan yang mendasari moralitas hidup orang Ngadha. Karena itu Dewa Zeta Nitu Zale, tidak dapat di ungkapkan secara terpisah, tetapi selalu menjadi satu ungkapan utuh Dewa Zeta Nitu Zale bukan Dewa Zeta dengan Nitu Zale. Jadi Dewa Zeta Nitu Zale merupakan ungkapan kekuatan yang menyatu, satu kekuatan yang memperibadi yang menyelenggarakan hidup manusia.

2.5 Kesenian Daerah Kabupaten Ngadha

2.5.1 Alat Musik

a Foy Doa Foy Doa berarti suling berganda yang terbuat dari buluhbambu kecil yang bergandeng dua atau lebih. Mungkin musik ini biasanya digunakan oleh para muda-mudi dalam permainan rakyat di malam hari dengan membentuk lingkaran. Sistem penalaan, Nada-nada yang diproduksi oleh musik Foy Doa adalah nada-nada tunggal dan nada-nada ganda atau dua suara, hal ini tergantung selera si pemain musik Foy Doa. Umumnya syair-syair dari nyanyian musik Foy Doa bertemakan kehidupan, sebagai contoh : Kami bhodha ngo kami bhodha ngongo ngangi rupu-rupu, go-tuka ate wi mae menge, yang artinya kami harus rajin bekerja agar jangan kelaparan. Cara Memainkannya yaitu, Hembuskan angin dari mulut secara lembut ke lubang peniup, sementara itu jari-jari tangan kanan dan kiri menutup lubang suara. Perkembangan Musik Foy Doa menurut Bapak Yohanes Wawo 58, seorang seniman sekaligus pencipta alat musik ini mengatakan bahwa, Awal mulanya musik Foy Doa dimainkan secara sendiri, dan baru sekitar 1970-an, musisi di daerah setempat mulai memadukan dengan alat-alat musik lainya seperti : Sowito, Thobo, Foy Pai, Laba Dera, dan Laba Toka. Fungsi dari alat-alat musik tersebut di atas adalah sebagai pengiring musik Foy Doa. b Foy Pay Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak seperti halnya musik Foy Doa. Namun dalam perkembangannya alat musik ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai, yaitu : do, re, mi, fa, sol. c Sowito Alat musik pukul yang terbuat dari Seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Setiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat dari beberapa buah ruas bambu sesuai kebutuhan. d Reba Alat musik Reba ini berdawai tunggal, terbuat dari tempurung kelapalabu hutan sebagai wadah resonansi yang ditutupi dengan kulit kambing yang ditengahnya telah dilubangi. Dawainya terbuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan lilin lebah. Penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang juga telah digosok dengan lilin lebah. Dalam perkembangannya alat musik ini yang dulu dimainkan dengan cara gesek, kini dapat juga dimainkan dengan cara dipetik, yang juga berdawai satu dimodifikasikan menjadi 12 dawai, serta dawainya pun diganti dengan senar plastik. Alat musik Reba tiruan ini berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu daerah populer. e Thobo Alat musik tumbuk yang terbuat dari Seruas Bambu betung yang buku bagian bawahnya dibiarkan, sedangkan bagian atasnya dilubangi. Cara memainkannya yaitu, ditumbuk ke lantai atau tanah seperti menumbuk padi. Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa. f Gong Alat musik yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi ini. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya. Sumber: Wawancara Bapak Yohanes Wawo 58 tahun, Seorang seniman di yang berasal dari Kecamatan Golewa, diwawancarai pada tanggal 29 Desember 2012.

2.5.2 Upacara-Upacara Adat Masyarakat Kabupaten Ngadha