Alat musik yang terbuat dari tembaga, kuningan, atau dari besi ini. Biasanya digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat,
mengiringi tarian dalam penerimaan tamu dan sebagainya. Sumber: Wawancara Bapak Yohanes Wawo 58 tahun, Seorang
seniman di yang berasal dari Kecamatan Golewa, diwawancarai pada tanggal 29 Desember 2012.
2.5.2 Upacara-Upacara Adat Masyarakat Kabupaten Ngadha
Ada banyak sekali upacara adat yang merupakan hasil kebudayaan yang terdapat di kabupaten Ngadha yang mempunyai ciri-ciri mistis yang memberikan
pembenaran terhadap mitos, Setiap upacara adat mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri Hendrik P. Bhezo: 2007, Upacara-upacara tersebut di
antaranya:
2.5.2.1. Upacara Sagi Tinju Adat
Sagi merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat dalam kampung atas hasil panen yang dijawantahkan dalam bentuk ritual tinju
tradisional adat di wilayah Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada. Peserta tinju adat sagi ini biasanya terdiri dari dua kubu yang berlawanan. Petinju dari kedua kubu
tersebut biasanya para pemuda yang dipilih secara acak dari kerumunan penonton yang menyaksikan pagelaran tinju adat tersebut. Para petinju dipilih oleh Mosa
panitia acara. Peralatan tinju yang dipakai masih sangat tradisional, yaitu berupa tanduk kerbau yang dilapisi dengan ijuk tai kolo atau Woe. Sedangkan pakaian
yang digunakan berupa Lesu ikat kepala, selendang untuk penutup dada, dan Ragi kain tenun penutup tubuh bagian bawah. Penentuan kegiatan Sagi pada
malam Dero biasanya mengikuti siklus peredaran bulan.
2.5.2.2 Upacara Dero tarian adat So’a
Upacara Dero adalah upacara yang berupa tarian untuk mengiringi tinju atau penyemangat terhadap orang yang akan bertinju yang di lakukan pada malam
sebelum tinju, upacara Dero ini masih bersangkutan dengan upacara sagi tinju adat yang dilaksanakan di kecamatan So’a. Biasanya peserta dalam upacara ini
adalah masyarkat sendiri yang menghadiri upacara tersebut.
2.5.2.3 Upacara Tu Ngawu Feka upacara pendewasaan diri
Upacara Tu Ngawu Feka adalah upacara sunat yang dilakukan oleh pemimpin adat kepada seorang pemuda sebagai lambang kedewasaan terutama
untuk meminang seorang gadis untuk menikah. Upacara ini dilaksanakan di kecamatan So’a.
2.5.2.4. Upacara Rori Lako berburu
Rori Lako adalah upacara ritual perburuan hewan liar yang ada di So’a yang biasanya berlangsung pada bulan Oktober. Hewan liar yang biasa diburu
adalah Rusa dan Babi hutan. Upacara Rori lako saja memiliki beberapa ritual mulai dari persiapan hingga akhir kegiatan. Hasil buruan yang didapat dan
dibawah kembali ke Nua Kampung adalah suatu kehormatan bagi masyarakat
Soa. Karena itu hewan buruan ini kadang diusung untuk dipertunjukan ke Publik. Masyarakat Soa menyebutnya sebagai Kogha rusa adalah salah satu hewan liar
yang menjadi target perburuan. Mendapat kepala rusa adalah kehormatan bagi satu kelompok atau orang yang melakukan perburuan. Ada beberapa peralatan
yang digunakan untuk berburu antara lain: Tuba Tombak, Sodhi parang.
2.5.2.5 Upacara Sapu, Kiki Ngi’i acara potong gigi bagi anak wanita