Tabel 11 Pengelompokan senyawa pada fraksi 5 lintah laut dari hasil GC-MS
Senyawa-senyawa yang ditemukan tersebut telah diteliti sebelumnya baik sebagai antioksidan maupun dipakai bersama-sama dengan senyawa antioksidan.
Galoksolida atau nama lainnya cyclopenta gamma-2-benzopyran,1,2,3,4,6,7,8- hexahydro-4,6,6,7,8,8-hexamethyl telah digunakan untuk menghambat enzim
reduktase aldosa. Enzim tersebut terlibat dalam menimbulkan penyakit komplikasi diabetes. Hasil penelitian Costantino et al. 1999 menunjukkan bahwa galoksolid
memiliki sifat inhibitor yang lebih selektif dibandingkan dengan quersetin dan
No Run
time Nama senyawa
Kemiripan Kelimpahan
Rumus bangun
1 11,419
Galoksolida 93
0,42
2 12,141
Dibutil ftalat 95
4,29
3 14,902
Oleilamida 97
1,53
4 15,896
Dioktil ftalat 96
6,19
5 17,850
Erusilamid 95
55,26
6 18,240
Skualen 93
4,81
sorbinil yang juga memiliki sifat antioksidan. Hasil identifikasi senyawa galoksolid pada lintah laut dengan GC-MS disajikan pada Lampiran 12.
Benzopiran telah digunakan sebagai antioksidan pada mitokodria, 2- [2- triphenylphosphonio etil]-3,4-dihidro-2,5,7,8-tetrametil-2H-1-benzopyran-6-ol
bromide TPPB dan efektif meningkatkan fungsi vitamin E dalam mitokondria serta melindungi dari kerusakan oksidatif Smith et al. 1999.
Dibutil ftalat merupakan senyawa yang telah digunakan bersama senyawa antioksidan seperti vitamin E pada perkembangan embrio tikus, Hasil penelitian
menyebutkan bahwa dibutil ftalat dapat memberikan efek pencegahan terhadap stres oksidatif pada embrio tikus Kim et al. 2002. Penelitian lain juga
menjelaskan bahwa dibutil ftalat juga digunakan bersama vitamin E dalam mengurangi kerentanan stres oksidatif pada tikus Hagedorn dan Lippold 1995.
Hasil identifikasi senyawa dibutil ftalat pada lintah laut dengan GC-MC disajikan pada Lampiran 13.
Sebagian besar senyawa ester ftalat diskrining dari rekombinan ragi untuk aktivitas estrogenik. Beberapa ftalat telah diuji aktivitas estrogeniknya terhadap
sel kangker payudara manusia, yaitu butil benzil ftalat, dibutil ftalat, dan diisobutil ftalat. Dietil heksil ftalat menunjukkan tidak ada aktivitas estrogenik dalam uji in
vitro. Beberapa senyawa metabolit, yaitu mono butil ftalat, mono benzil ftalat, mono etil heksil ftalat, mono oktil ftalat ditemukan tidak mempunyai aktivitas
estrogenik. Tidak adanya aktivitas estrogenik tersebut disebabkan oleh adanya sifat antioksidan pada beberapa senyawa ftalat tersebut Harris et al. 1997.
Senyawa dietil ftalat sebesar 2,94 juga ditemukan dalam minyak esensial lemon yang mempunyai aktivitas antioksidan dan antitumor ChunYan et al. 2010.
Hasil identifikasi senyawa dioktil ftalat lintah laut dengan GC-MC disajikan pada Lampiran 14.
Oleilamida juga merupakan golongan asam lemak tidak jenuh yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit degeneratif. Hasil penelitian Carine et al.
2002 menyebutkan bahwa asam lemak bisa berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya ROS reactive oxygen species dalam metokondria apabila
perbandingan asam oleat dan asam lemak bebas yaitu 1:1. Asam oleat juga
tergolong monounsaturated faty acid bisa digunakan untuk menurunkan resiko penyakit serangan jantung, arteroklerosis dan pencegahan kanker Rotella 2002.
Oleilamida merupakan bagian dari minyak biji kapas yang bisa menghambat terjadinya perpindahan sel kanker metastasis pada BL6 cell tikus
dengan cara menghalangi terjadinya kesenjangan persimpangan komunikasi dalam sel connexin 26 Cx26 Miura et al. 2007. Hasil identifikasi senyawa
oleilamida pada lintah laut dengan GC-MC disajikan pada Lampiran 15. Beberapa lemak amida dan asam lemak, yaitu stearamid, erusilamid, dan
asam stearat digunakan bersama antioksidan polimer BHT dan Irganox 1076 sebagai slip agent atau pelumas. Build-up kemungkinan besar disebabkan oleh
adanya penggunaan yang berlebihan dari pelepasan slip agent atau pelumas Jordi 2010. Hasil identifikasi senyawa erusilamid lintah laut dengan GC-MC
disajikan pada Lampiran 16. Skualen merupakan antioksidan alami, tergolong senyawa triterpen dan
senyawa antara dalam biosentesis sterol dalam tumbuhan dan hewan, Skualen merupakan antioksidan alami yang berfungsi sebagai anti radikal dan antioksidan
Amarowicz 2009. Skualen merupakan komponen yang tergolong asam lemak tidak jenuh rantai panjang dan mempunyai beberapa kegunaan yaitu sebagai anti
tumor. Triterpen juga ditemukan bersifat proaktif dalam mencegah terjadinya penyakit karsinogenik Huang et a.l 2009. Conforti et al. 2005 menjelaskan
bahwa efek dari antioksidan skualen dalam model peroksidasi lemak liposom dengan IC
50
skualen sebesar 0,023 mgml. Hasil identifikasi senyawa skualen lintah laut dengan GC-MC disajikan pada Lampiran 17.
Berdasarkan hasil analisis fitokimia dalam lintah laut Discodoris sp. seperti yang terdapat dalam Tabel 9 bahwa dalam daging lintah laut dengan
pelarut etanol dinyatakan positif kuat mengandung senyawa steroid atau golongan triterpen. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena. Skualen terdeteksi terdapat pada fraksi 5 F5 dalam daging lintah laut dengan pelarut etanol. Kemudian ditinjau dari komposisi
kandungan asam lemaknya Tabel 6 bahwa dalam daging lintah laut terdapat kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dari pada asam lemak jenuh
yaitu 34,66 pada daging. Berdasarkan kedua hasil tersebut, dan ditunjang dengan beberapa studi pustaka yang telah dijabarkan sebelumnya disimpulkan
bahwa kemungkinan senyawa yang bersifat sebagai antioksidan dalam lintah laut ini adalah dari golongan skualen atau triterpenoid.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ekstraksi dan identifikasi senyawa bioaktif dari lintah laut Discodoris sp. serta fungsinya sebagai
antioksidan ini adalah sebagai berikut: Lintah laut asal Madura berpotensi sebagai sumber protein, lemak, dan
mineral. Asam amino esensial lintah laut sebesar 5,57 yang didominasi oleh leusin sebesar 1,42. Asam amino nonesensial sebesar 6,54 yang didominasi
didominasi oleh asam glutamat yaitu 2,19. Asam lemak jenuh lintah laut sebesar 27,53 yang didominasi oleh palmitat C16:0 yaitu 13,36. Asam
lemak tidah jenuh sebesar 34,66 yang didominasi oleh asam lemak esensial linolenat C18:3,n-3 20,91.
Rendemen ekstrak kasar tertinggi pada ekstrak etanol 5,08 daging dan 6,97 jeroan dengan senyawa kimia yang terdeteksi: alkaloid, steroid, saponin,
molisch dan ninhidrin. Aktivitas antioksidan IC
50
tertinggi pada daging yang diekstraksi dengan etanol yaitu 150,92 ppm dan senyawa yang diduga sebagai
antioksidan yaitu skualen.
5.2 Saran
Saran yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah perlunya dilakukan metode ekstraksi yang lain yaitu menggunakan suhu dingin untuk mencegah
terjadinya kerusakan senyawa bioaktif antioksidan dalam lintah laut. Melakukan pemurnian dengan kromatografi kolom untuk memperoleh senyawa yang lebih
selektif. Melakukan pengujian aktivitas dan toksisitas terhadap senyawa yang ditemukan dalam lintah laut.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Y. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keenam. Jakarta: Gramedia.
Amarowicz R. 2009. Squalene: a natural antioxidant?. European Journal Lipid
Science Technology. 111:411–412. American Association of Cereal Chemist [AACC]. 1983. Approved Methods of
The American Association of Cereal Chemist. Ed ke-8. Maret. USA :American Association of Cereal Chemist.
American Association of Cereal Chemist [AACC]. 1994. Approved Methods of The American Association of Cereal Chemist. Ed ke-9. Vol 1. USA
:American Association of Cereal Chemist. Andriyani R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antoksidan dari lintah laut
Discodoris sp. asal perairan Kepulauan Belitung. [Skripsi]. Teknologi Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Association of Official Analytical Chemist [AOAC]. 2005. Official Methods of Analysis 18 Edn. Association of Official Analytical Chemist Inc.
Mayland. USA. Astawan M, Kasih AL. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Badan Standarisasi Nasional [SNI]. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Bahan Pangan. SNI 7387-2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Bailey PD. 1992. An Introduction to Peptide Chemistry. New York: J Wiley. Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Chemistry. Ed rev ke-4. Verlag:
Springer. Bernardi APM, Lopez AC, Aspee A, Rech S, Poser GLV, Bride R, Lissp E. 2007.
Antioxidant activity of flavonoids isolated from Hyperincum ternum. J Chil Chem Soc 524:1326-1329.
Bhakuni DS, Rawat DS. 2005. Bioactive Marine Natural Products. Springer, New York, USA.
Budiyanto AK. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Carine D, Nathalie A, Marie F, Louis C, Robert S and Anne N. 2002. Mitochondrial oxidative stress is modulated by oleic acid via an epidermal
growth factor receptor-dependent activation of glutathione peroxidase. Biochem. J. 3672: 889–894.
Chen CYO, Blumberg JB. 2007. Phytochemical composition of nuts. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition. 17S1: 329-332.
ChunYan H, Hong P, ZhenYu Z, Jing S. 2010. Evaluation of antioxidant and antitumour activities of lemon essential oil. Journal of Medicinal Plants
Research.418:1910-1915 Conforti F, Statti G, Loizzo MR, Sacchetti G, Poli F, Menichini F. 2005. In vitro
antioxidant effect and inhibition of a-amylase of two varieties of Amaranthus caudatus seeds. Biol Pharm Bull.286:98-102.
Costantino L, Giulio R, Maria CG, Joe AV, Pratima B, Anna I, Mariagrazia S, Luciano A, Antonella DC, Umberto M, and Albano A. 1999.
1-Benzopyran-4-one Antioxidants as Aldose Reductase Inhibitors. Journal of Medical Chemestry. 4211:1881–1893.
Cui CB, Xu C, Gu QQ, Chu SD, Ji HH, Jing G. 2004. A new furostanol saponin from the water-extract of Dioscorea nipponica Mak., the raw material of
the traditional Chinese herbal medicine wei ao xin. Chinese Chemical Letters 1510:1191-1194.
Darusman LK, Sajuthi D, Sutriah K, Pamungkas D. 1995. Ekstraksi Komponen Bioaktif sebagai Bahan Obat dari Karang-karangan, Bunga Karang, dan
Ganggang di Perairan P. Pari Kepulauan Seribu. Bogor: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewan Standarisasi Nasional [SNI]. 1991. Metode Pengujian Kimia Produk Perikanan. Penentuan Logam Berat. SNI 01-2362-1991.Jakarta:
Departemen Perindustrian RI. Dewan Standarisasi Nasional [SNI]. 1998. Cara Uji Cemaran Logam dalam
Makanan. SNI 01-2896-1998. Jakarta: Departemen Perindustrian RI. Faulkner DJ dan Ghiselin MT. 1983. Chemical defense and evolutionary ecology
of Dorid nudibranchs and some other opisthobranch gastropods. Review Journal of Marine Ecology-Progress Series.13:295-301.
Fennema OR, editor. 1996. Food Chemistry. Ed ke-3. New York: Marcel Dekker, Inc.
Fontana A, Ciavatta ML, D’Souza L, Mollo E, Naik CG, Parameswaran PS, Wahidulla S, Cimino G. 2001. Selected chemo-ecological studies of
marine opisthobranchs from Indian coasts. J. Indian Inst. Sci. 81:403-415. Grkovic T, Appleton DR, Copp BR. 2005. Chemistry and chemical ecology of
some of the common opisthobranch molluscs found on the shores of NE New Zealand. Chemistry in New Zealand.12-15.
Hagedorn LU, Lippold BC. 1995. Absorption of sunscreens and other compounds through human skin in vivo: derivation of a method to predict maximum
fluxes. Pharmaceutical Research.129:1354-60.
Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 23:127 –133. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. Harris CA, Henttu P, Parker MG, Sumter JP. 1997. The Estrogenic activity of
phthalate esters In Vitro. Environ Health Perspect 1058:802-811. Hawab HM. 2003. Pengantar Biokimia. Edisi pertama. Cetakan pertama.
Bayumedia Publishing. Malang. Helper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1988. Pangan, gizi dan pertanian. Suhardjo,
penerjemah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Terjemahan dari: Food, Nutrition and Agriculture.
Higa T, Junichi T, Ikuko I. Ohatani, Musri Musman, Michael C. Roy and Ikuma Kuroda. 2001. Bioactive compounds from coral reef invertebratates.
Journal Pure Appl Chem.733:589-593. Holland JS. 2009. Nudibranch si siput tak bercangkang.
http:farmasea.blogspot.com [13 Maret 2009]. Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of
Natutal Extracts. London: Chapman and Hall. Huang ZR, Lin YK, Fang YJ. 2009. Biological and pharmacological activities of
squalene and related compounds: Potential uses in cosmetic dermatology. Molecules.14:540–554.
Hustiany R. 2005. Karakteristik produk olahan kerupuk dan surimi dari daging ikan patin Pangasius sutchi hasil budidaya sebagai sumber protein
hewani. Media Gizi Keluarga.292:66-74. Ibrahim M. 2001. Isolasi dan uji aktivitas biologi senyawa steroid dari lintah
laut, Discodoris sp. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jordi M. 2010. Extruder unknown identification; Case study. Final Report. Jordi Labs LLC. USA.
Kasuro P and Schewer PJ. 2002. Natural products from three nudibranchs: Nembrotha kubaryana, Hypselodoris infucata and Chromodoris
petechialis. Journal of Molecules.71:1-6. Kaufman PB, Cseke LJ, Warber S, Duke JA, Brielmann HL. 1999. Natural
Products from Plants. Boca Raton: CRC. Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI
Press. Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptoraharjo A, penerjemah;
Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic Concept of Analytical Chemestry.