Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa pendapatan orangtua kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Tingkat
pendapatan orangtua diduga akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas belajar anak dalam mendukung kegiatan belajar dan prestasi belajar anak.
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeloloaan sumberdaya
yang sama Sukandar 2007. Besar keluarga contoh dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kategori kecil, apabila jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang;
kategori menengahsedang, apabila jumlah anggota keluarga 5-7 orang; dan kategori besar, apabila jumlah anggota keluarga 7 orang BKKBN 2008.
Secara umum, besar keluarga contoh kedua kelompok sebagian besar termasuk dalam kategori sedang 61.02, dengan rata-rata 4.9 ± 0.92. Besar
keluarga minimum contoh adalah 3 orang, sedangkan besar keluarga maksimal contoh adalah 7 orang. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test
antara kedua kelompok, diperoleh bahwa besar keluarga kedua kelompok tidak berbeda p0.05.
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan kategori besar keluarga
Akselerasi Reguler
Total Besar Keluarga
n n
n
Kecil ≤ 4 orang 8
42.11 15
37.5 23
38.98 Menengah 5-7 orang
11 57.89
25 62.5
36 61.02
Besar 7 orang 0.00
0.00
Total 19
100.00 40
100 59
100.00 Rata-rata±SD
4.84 ± 1.07 4.92 ± 0.86
4.9 ± 0.92 Min-max
3-7 4-7
3-7 Uji beda p=0.744
Menurut Sanjur 1982, jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap belanja pangan. Semakin tingginya besar jumlah anggota dalam
keluarga, maka akan menyebabkan menurunnya pendapatan per kapita dan belanja pangan. Adanya kepadatan dalam keluarga akan mengganggu pola dan
corak hubungan antar anggota keluarga sehingga jaringan komunikasi antara anggota keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya Gunarsa Gunarsa
2004.
Karakteristik Individu Usia Masuk Sekolah
Umur menjadi salah satu syarat untuk masuk sekolah karena diduga dapat mempengaruhi tingkat kematangan dan penerimaan belajar siswa. Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1990 Bab VIII pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah dasar dan sederajat, seseorang
harus berusia sekurang-kurangnya 6 tahun. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mulai masuk sekolah pada usia 6 tahun 55.93,
dengan presentase siswa akselerasi 68.42 lebih banyak daripada siswa reguler 50. Hasil uji beda independent sample T-test menunjukkan bahwa
usia masuk sekolah kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan usia masuk sekolah
Akselerasi Reguler
Total Usia Masuk Sekolah
n n
N
6 tahun 13
68.42 20
50 33
55.93 ≥6 tahun
6 31.58
20 50
26 44.07
Total 19
100 40
100 59
100 Uji beda p=0.183
Umur
Umur akan mempengaruhi tingkat kematangan berpikir seseorang. Berdasarkan data yang diperoleh, umur siswa berkisar pada 9 sampai 11 tahun.
Rata-rata umur siswa akselerasi adalah 9.4 ± 0.5 tahun, sedangkan siswa reguler rata-rata berumur 10.35 ± 0.5 tahun. Umur minimum siswa adalah 9
tahun, sedangkan umur maksimal siswa adalah 11 tahun. Pada kelas akselerasi sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 9 tahun, sedangkan pada kelas
reguler sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 10 tahun. Sebaran umur siswa akselerasi dan siswa reguler dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan umur
Akselerasi Reguler
Total Umur
n n
n
9 tahun 13
68.4 13
22.03 10 tahun
6 31.6
26 65
32 54.24
11 tahun 0.0
14 35
14 23.73
Total 19
100 40
100 59
100
Berdasarkan teori Piaget, anak pada umur 7 sampai 11 tahun memasuki taraf perkembangan kognitif yang disebut taraf operasional konkret. Anak pada
tahap ini mulai mempunyai kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam
berhadapan dengan persoalan-persoalan konkret sehingga mulai mampu menyelesaikan persoalan-persoalan konkret dan sistematis Suparno 2002 .
Mereka sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan Hurlock 1997 dalam Widayati 2009. Monks 1992 dalam Widayati 2009 melakukan
pembagian perkembangan remaja adalah pra remaja 10-12 tahun, remaja awal atau pubertas 12-15 tahun, remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan remaja
akhir usia 18-21 tahun. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa dalam penelitian ini berada dalam fase anak-anak hingga pra
remaja. Hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa umur kedua kelompok berbeda nyata p=0.000.
Jenis Kelamin
Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar jenis kelamin siswa akselerasi adalah laki-laki 63.16. Sebaliknya pada siswa reguler, sebagian
besar siswa berjenis kelamin perempuan 55. Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin
Akselerasi Reguler
Total Jenis Kelamin
n n
n
Laki-laki 12
63.16 18
45 30
50.85 Perempuan
7 36.84
22 55
29 49.15
Total 19
100 40
100 59
100
Uang Saku
Besar uang saku siswa berkisar antara Rp 1000 hingga Rp 30000 per hari, dengan rata-rata Rp 10559.32 ± 5688.07. Sebagian besar siswa 74.58 pada
kedua kelompok memiliki uang saku antara Rp 5000 hingga Rp 10000 per hari dengan persentase 78.95 pada siswa akselerasi dan 72.5 pada siswa
reguler. Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan kategori uang saku
Akselerasi Reguler
Total Uang Saku
Rphari n
n N
5000 1
5.26 1
2.5 2
3.39 5000-10000
15 78.95
29 72.5
44 74.58
10000 3
15.79 10
25 13
22.03
Total 19
100.00 40
100 59
100.00 Rata-rata ± SD
9526.3 ± 6801.7 11050 ± 5098.8
10559.32 ± 5688.1 Min-Max
4000-30000 1000-30000
1000-30000 Uji beda p=0.393
Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa besar uang saku kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Hasil uji korelasi
spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara uang saku dengan umur siswa r=0.197; p=0.134. Sebaran uang saku siswa dapat dilihat
pada tabel 12. Khomsan 2002 menyarankan kepada orangtua untuk membekali anak
dengan uang saku bila berangkat ke sekolah, karena jajan bagi anak sekolah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas sekolah
yang tinggi terutama bagi anak yang tidak sarapan pagi.
Fasilitas Belajar
Orang tua bertugas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan intelektual atau pendidikan anak Opit 1996. Fasilitas belajar merupakan salah satu
kebutuhan dalam pendidikan untuk menunjang keberhasilan anak dalam belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar
anak adalah dengan menyediakan fasilitas belajar seperti: alat tulis, buku pelajaran, dan sarana belajar Nio 1985 dalam Rukoyah 2003.
Dari tabel 13 dapat dilihat kategori kepunyaan fasilitas belajar siswa seperti meja belajar, laptopkomputer, akses internet, peralatan tulis, dan mengikuti
leskursus. Berdasarkan data pada tabel 13, diketahui bahwa proporsi terbesar kepunyaan fasilitas belajar pada kedua kelompok adalah kepunyaan peralatan
tulis pribadi 96.6. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua kelompok mengenai fasilitas
belajar yang dimiliki p0.05. Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan fasilitas belajar yang dimilki
Akselerasi Reguler
Total No Kategori
n n
n
1 Memiliki Meja Belajar
15 78.9
36 90
51 86.4
2 Memiliki Laptopkomputer
18 94.7
36 90
54 91.5
3 Memiliki akses internet
15 78.9
30 75
45 76.3
4 Memiliki peralatan tulis pribadi
18 94.7
39 97.5
57 96.6
5 Mengikuti leskursus
9 47.4
11 27.5
20 33.9
Rata-rata total kepunyaan 4
78.95 3.8