± 1.07 4.92 ± 0.86 ± 0.92 Min-max Pengaruh Konsumsi, Status Gizi, dan Aktivitas Sehari-hari dengan Prestasi Belajar Murid Akselerasi SD Islam PB Sudirman Jakarta

Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa pendapatan orangtua kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Tingkat pendapatan orangtua diduga akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas belajar anak dalam mendukung kegiatan belajar dan prestasi belajar anak. Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeloloaan sumberdaya yang sama Sukandar 2007. Besar keluarga contoh dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kategori kecil, apabila jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang; kategori menengahsedang, apabila jumlah anggota keluarga 5-7 orang; dan kategori besar, apabila jumlah anggota keluarga 7 orang BKKBN 2008. Secara umum, besar keluarga contoh kedua kelompok sebagian besar termasuk dalam kategori sedang 61.02, dengan rata-rata 4.9 ± 0.92. Besar keluarga minimum contoh adalah 3 orang, sedangkan besar keluarga maksimal contoh adalah 7 orang. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test antara kedua kelompok, diperoleh bahwa besar keluarga kedua kelompok tidak berbeda p0.05. Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan kategori besar keluarga Akselerasi Reguler Total Besar Keluarga n n n Kecil ≤ 4 orang 8 42.11 15 37.5 23 38.98 Menengah 5-7 orang 11 57.89 25 62.5 36 61.02 Besar 7 orang 0.00 0.00 Total 19 100.00 40 100 59 100.00 Rata-rata±SD

4.84 ± 1.07 4.92 ± 0.86

4.9 ± 0.92 Min-max

3-7 4-7 3-7 Uji beda p=0.744 Menurut Sanjur 1982, jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap belanja pangan. Semakin tingginya besar jumlah anggota dalam keluarga, maka akan menyebabkan menurunnya pendapatan per kapita dan belanja pangan. Adanya kepadatan dalam keluarga akan mengganggu pola dan corak hubungan antar anggota keluarga sehingga jaringan komunikasi antara anggota keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya Gunarsa Gunarsa 2004. Karakteristik Individu Usia Masuk Sekolah Umur menjadi salah satu syarat untuk masuk sekolah karena diduga dapat mempengaruhi tingkat kematangan dan penerimaan belajar siswa. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 Bab VIII pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah dasar dan sederajat, seseorang harus berusia sekurang-kurangnya 6 tahun. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mulai masuk sekolah pada usia 6 tahun 55.93, dengan presentase siswa akselerasi 68.42 lebih banyak daripada siswa reguler 50. Hasil uji beda independent sample T-test menunjukkan bahwa usia masuk sekolah kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan usia masuk sekolah Akselerasi Reguler Total Usia Masuk Sekolah n n N 6 tahun 13 68.42 20 50 33 55.93 ≥6 tahun 6 31.58 20 50 26 44.07 Total 19 100 40 100 59 100 Uji beda p=0.183 Umur Umur akan mempengaruhi tingkat kematangan berpikir seseorang. Berdasarkan data yang diperoleh, umur siswa berkisar pada 9 sampai 11 tahun. Rata-rata umur siswa akselerasi adalah 9.4 ± 0.5 tahun, sedangkan siswa reguler rata-rata berumur 10.35 ± 0.5 tahun. Umur minimum siswa adalah 9 tahun, sedangkan umur maksimal siswa adalah 11 tahun. Pada kelas akselerasi sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 9 tahun, sedangkan pada kelas reguler sebagian siswa laki-laki dan perempuan berumur 10 tahun. Sebaran umur siswa akselerasi dan siswa reguler dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan umur Akselerasi Reguler Total Umur n n n 9 tahun 13 68.4 13 22.03 10 tahun 6 31.6 26 65 32 54.24 11 tahun 0.0 14 35 14 23.73 Total 19 100 40 100 59 100 Berdasarkan teori Piaget, anak pada umur 7 sampai 11 tahun memasuki taraf perkembangan kognitif yang disebut taraf operasional konkret. Anak pada tahap ini mulai mempunyai kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan konkret sehingga mulai mampu menyelesaikan persoalan-persoalan konkret dan sistematis Suparno 2002 . Mereka sudah dapat mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan Hurlock 1997 dalam Widayati 2009. Monks 1992 dalam Widayati 2009 melakukan pembagian perkembangan remaja adalah pra remaja 10-12 tahun, remaja awal atau pubertas 12-15 tahun, remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan remaja akhir usia 18-21 tahun. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa dalam penelitian ini berada dalam fase anak-anak hingga pra remaja. Hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa umur kedua kelompok berbeda nyata p=0.000. Jenis Kelamin Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar jenis kelamin siswa akselerasi adalah laki-laki 63.16. Sebaliknya pada siswa reguler, sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan 55. Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin Akselerasi Reguler Total Jenis Kelamin n n n Laki-laki 12 63.16 18 45 30 50.85 Perempuan 7 36.84 22 55 29 49.15 Total 19 100 40 100 59 100 Uang Saku Besar uang saku siswa berkisar antara Rp 1000 hingga Rp 30000 per hari, dengan rata-rata Rp 10559.32 ± 5688.07. Sebagian besar siswa 74.58 pada kedua kelompok memiliki uang saku antara Rp 5000 hingga Rp 10000 per hari dengan persentase 78.95 pada siswa akselerasi dan 72.5 pada siswa reguler. Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan kategori uang saku Akselerasi Reguler Total Uang Saku Rphari n n N 5000 1 5.26 1 2.5 2 3.39 5000-10000 15 78.95 29 72.5 44 74.58 10000 3 15.79 10 25 13 22.03 Total 19 100.00 40 100 59 100.00 Rata-rata ± SD 9526.3 ± 6801.7 11050 ± 5098.8 10559.32 ± 5688.1 Min-Max 4000-30000 1000-30000 1000-30000 Uji beda p=0.393 Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa besar uang saku kedua kelompok tidak berbeda nyata p0.05. Hasil uji korelasi spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara uang saku dengan umur siswa r=0.197; p=0.134. Sebaran uang saku siswa dapat dilihat pada tabel 12. Khomsan 2002 menyarankan kepada orangtua untuk membekali anak dengan uang saku bila berangkat ke sekolah, karena jajan bagi anak sekolah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas sekolah yang tinggi terutama bagi anak yang tidak sarapan pagi. Fasilitas Belajar Orang tua bertugas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan intelektual atau pendidikan anak Opit 1996. Fasilitas belajar merupakan salah satu kebutuhan dalam pendidikan untuk menunjang keberhasilan anak dalam belajar. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar anak adalah dengan menyediakan fasilitas belajar seperti: alat tulis, buku pelajaran, dan sarana belajar Nio 1985 dalam Rukoyah 2003. Dari tabel 13 dapat dilihat kategori kepunyaan fasilitas belajar siswa seperti meja belajar, laptopkomputer, akses internet, peralatan tulis, dan mengikuti leskursus. Berdasarkan data pada tabel 13, diketahui bahwa proporsi terbesar kepunyaan fasilitas belajar pada kedua kelompok adalah kepunyaan peralatan tulis pribadi 96.6. Berdasarkan hasil uji beda independent sample t-test, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua kelompok mengenai fasilitas belajar yang dimiliki p0.05. Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan fasilitas belajar yang dimilki Akselerasi Reguler Total No Kategori n n n 1 Memiliki Meja Belajar 15 78.9 36 90 51 86.4 2 Memiliki Laptopkomputer 18 94.7 36 90 54 91.5 3 Memiliki akses internet 15 78.9 30 75 45 76.3 4 Memiliki peralatan tulis pribadi 18 94.7 39 97.5 57 96.6 5 Mengikuti leskursus 9 47.4 11 27.5 20 33.9 Rata-rata total kepunyaan 4

78.95 3.8