digunakan saat proses perebusan. Dengan demikian diharapkan kerugian yang dialami oleh perusahaan diperebusan dapat diminimalkan.
Maka atas dasar tersebut penulis membuat tugas akhir dengan judul “
Pengaruh Tekanan dan Waktu Perebusan terhadap Kehilangan Minyak Losses pada Air Kondensat di Stasiun Sterilizer dengan Sistem Tiga Puncak Triple
Peak di Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Persero Pulu Raja”.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana pengaruh tekanan dan waktu perebusan yang digunakan saat proses perebusan di
stasiun sterilizer terhadap kehilangan minyak losses pada air kondensat di pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Pulu Raja.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1.
Untuk mengetahui tekanan dan waktu perebusan optimum yang digunakan pada unit perebusan untuk mendapatkan losses yang rendah
2. Untuk mengetahui jumlah losses pada proses perebusan dengan variabel
tekanan dan waktu perebusan yang berbeda pada perebusan system tiga puncak yang dianalisa di laboratorium
1.4. Manfaat
Universitas Sumatera Utara
Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1.
Memberikan informasi yang bertujuan sebagai masukan kepada perusahaan mengenai tekanan dan waktu perebusan optimal pada proses
perebusan untuk meminimalkan kadar lossesdi air kondensat 2.
Meningkatkan pencapaian sasaran mutu produk yang telah ditentukan 3.
Menerapkan teori yang dipelajari selama kuliah pada proses produksi industri dalam skala besar.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikaskan sebagai
berikut: Divisi
: Embryophyta Siphonagama Kelas
: Angiospermae
Ordo :
Monocotyledonae Famili
: Arecaceae Subfamili :
Cocoideae Genus
: Elaeis Spesies :
1. E. guineensis Jacq
. 2.
E. oleifera H.B.K Cortes 3.
E. odora
Universitas Sumatera Utara
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5
o
Lintang Utara sampai 23,5
o
Lintang Selatan. Adapun persyaratan untuk tumbuh tanaman kelapa sawit sebagai berikut.
Curah hujan 2.000 mmtahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering 100 mmbulan tidak lebih dari 3 bulan
Temperatur siang hari rata-rata 29-33
o
C dan malam hari 22-24
o
C Ketinggian tempat dari permukaan laut 500 m.
Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam perhari. Iyung Pahan, 2006
2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk
olahannya terutama minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Perkebunannya dapat ditemukan antara lain di Sumatera Utara dan Nangroe
Aceh Darussalam.
Awal mulanya, di Indonesia kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor dan sebagai tanaman penghias jalanan atau
pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya.
Tahun 1848 Pemerintahan Kolonial Belanda mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari Mauritus dan Amsterdam yang kemudian ditanam di Kebun Raya
Universitas Sumatera Utara
Bogor. Selanjutnya hasil anakannya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini, selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembangbiak hanya
berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli, sehingga potensi yang sesungguhnya belum kelihatan.
Mulai tahun1911, barulah kelapa sawit dibudidayakan secara komersial. Orang yang merintis usaha ini adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar
banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Ia mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput Aceh dan di Pulu Radja Asahan.
Rintisan Hallet ini kemudian diikuti oleh K. Schadt, seorang Jerman yang mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Kelapa sawit Deli ini
ternyata lebih produktif serta komposisi buahnya juga lebih baik dibandingkan dengan kelapa sawit dari Pantai Barat Afrika. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai
dibudidayakan di Indonesia.
2.1.2. Varietas Kelapa Sawit
Ada empat varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buahnya yaitu antara lain:
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat
tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur
pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan Psifera dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan varietas
Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan – perkebunan pada
saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm. dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah
tinggi, antara 60 – 96. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro carya
Buah dari varietas Macro carya memiliki tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm,
sedang daging buahnya tipis sekali.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan
persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24, sedangkan pada varietas Dura
Universitas Sumatera Utara
antara 16 – 18. Jenis kelapa sawit yang usahakan tentu saja yang mengandung rendemenn minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.
Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunanyang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera Tim Penulis, 1997.
2.1.3 Mutu Tandan Buah Segar
Tandan buah segar yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan
inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di loading ramp
.
2.1.3.1 Sortasi Panen
Tandan yang telah tiba di pabrik diketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan di tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya
dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dilakukan secara acak, yaitu 10 terhadap
truk yang telah diterima atau minimal setiap satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10 sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50 isi
truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standart fraksi tandan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Spesifikasi fraksi TBS
Fraksi Istilah Kriteria
00 Mentah sekali
Brondolan 0 Mentah
Brondolan 1-12,5 buah luar 1
Kurang matang Brondolan 12,5-25 buah luar
2 Matang I
Brondolan 25-50 buah luar 3
Matang II Brondolan 50-75 buah luar
4 Lewat matang
Brondolan 75-100 buah luar Ranum
Buah dalam ikut membrondol P. M. Naibaho, 1998
2.1.3.2 Penimbunan TBS di Loading Ramp
Loading ramp berperan untuk memuat buah kedalam lori. Akan tetapi loading
ramp digunakan sebagai wadah penimbunan sementara. Setiap pintu dapat menampung 8-15 ton tergantung pada muatan dari alat tersebut.
Penimbunan buah yang bermalam di loading ramp dapat menurunkan mutu minyak sawit, yang lebih cepat daripada penibunan di lapangan. Hal ini disebabkan
derajat kelukaan buah yang tinggi akibat frekuensi benturan mekanis lebih banyak dialami setelah sampai di pabrik P. M. Naibaho, 1998.
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit yang mengandung banyak komponen yang menentukan mutu produksi minyak sawit.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah sifat fisik dan sifat kimia dari minyak kelapa sawit. Tabel 2.2. Komposisi penyusun minyak kelapa sawit
Substansi Kandungan Asam Lemak Bebas FFA
3-5 Ghums phosphollipid dan phosphotida
300 ppm Kotoran 0,01
Cangkang Trace Kadar Air
0,15 Trace metal
0,50 Produk-produk oksidasi
Trace Total karotenoid
500-1.000 mgke Iyung Pahan, 2006
2.2.1 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kelapa Sawit
Seperti minyak-minyak kebanyakan, minyak kelapa sawit juga memiliki sifat
fisik dan sifat kimia sebagai berikut.
2.2.1.1. Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisik dari minyak kelapa sawit yang perlu diperhatikan diantaranya adalah warna, bau dan flavor, titik didih, titik cair dan polymorphism, kelarutan, bobot jenis,
indeks bias.
a. Warna
Zat warna yang terkandung dalam minyak kelapa sawit adalah karotenoid. Karotenoid menghasikan pigmen warna kuning orange pada minyak kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
Karotenoid larut dalam minyak dan bersifat tidak stabil pada suhu tinggi. Jika minyak kelapa sawit dialiri uap panas, maka warna kuning hilang.
b. Bau dan flavor
Bau dan flavor pada minyak kalapa sawit terdapat secara alami dan juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagi hasil penguraian
pada kerusakan minyak. Bau yang khas dari minyak kelapa sawit disebabkan karena adanya
β-ionon.
c. Kelarutan
Kelarutan dari minyak digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi dari bahan yang diduga mengandung minyak. Minyak kelapa sawit tidak larut dalam air,
tetapi larut sempurna dalam pelarut halogen dan sedikit larut dalam alkohol. Semakin panjang rantai asam-sam lemak yang dikandung oleh minyak maka kelarutannya
semakin kecil.
d. Titik cair