6 kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran
guttapercha, sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet chicle. Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri
perkaretan Anonim,2011.
Karet adalah polimer dari satuan isoprena politerpena yang tersusun dari 5000 hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama bersifat
[[isomer|trans]] dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk amorf. Pada suhu rendah ia akan mengkristal.
Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet
bersifat elastis Anonim, 2011.
2.3.2 Sifat-Sifat Karet Alam
Warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat
dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99
o
C, melunak pada 130
o
C dan terurai sekitar 200
o
C. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun demikian, karakteristik listrik
pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet
yang kenyal agar mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon Marthan,1998.
2.3.3 Penggunaan Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam industri
seperti mesin-mesin pengerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam skelompok produk-produk komersial, sol sepatu, segel
karet, insulasi listrik, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain. Muis, 1992
2.3.4 Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Biasanya karet sintetis yang dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang
tahan tehadap panas atau suhu tinggi, pengaruh udara, bahkan ada yang kedap gas. Tim Penulis PS, 1999
Dalam agroindustri pembuatan ban, jenis karet sintetis yang cocok dan banyak digunakan adalah karet sintetis jenis SBR Styrene Butadiene Rubber. Menurut Anonim
2010, jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling populer. SBR merupakan kopolimer acak dari 75 butadiena dan 25 stirena yang diproduksi dengan cara polimerisasi emulsi.
Jika dibandingkan dengan karet alam, karet sintetis SBR memiliki beberapa kelebihan seperti tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran terhadap extender oil tanpa menyebabkan
terjadinya penurunan sifat, dan ketahanan terhadap penuaan dan abrasi. Karet SBR merupakan polimer amorfus yang tidak menguat sendiri, sehingga perlu penambahan pengisi
penguat saat komponding. Seperti karet alam, karet SBR juga divulkanisasi dengan menggunakan sistem vulkanisasi sulfur terakselerasi. Oleh karena ikatan ganda yang dimiliki
SBR lebih sedikit dibandingkan karet alam, maka jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet alam.
7
2.3.5 Proses Pembuatan Ban