Pemulusan Eksponensial Berganda Adaptive Inventory Control untuk Procurement

18

4.1.1 Pemulusan Eksponensial Berganda

Metode pemulusan eksponensial banyak diartikan sebagai metode peramalan dengan melakukan penghalusan data masa lalu, yaitu dengan mengambil rata-rata dari nilai di masa lalu untuk menaksir nilai pada periode ke depan. Penggunaan nilai rata-rata bertujuan untuk memanfaatkan data masa lalu untuk mengembangkan suatu sistem peramalan pada periode mendatang. Bentuk umum dari metode pemulusan adalah: Keterangan: = ramalan satu periode ke depan = parameter pemulusan = data aktual pada periode ke t = ramalan pada periode ke t Selain itu, dikatakan pula bahwa metode Pemulusan Eksponensial merupakan sekelompok metode yang menunjukkan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai observasi yang lalu atau dengan kata lain obsevasi yang baru diberikan bobot yang relatif besar dengan nilai observasi yang lalu. Pada dasarnya, telah kita ketahui bahwa pemulusan eksponensial terdiri dari empat macam yang berbeda kegunaan dan fungsinya masing-masing, yaitu pemulusan eksponensial tunggal, pemulusan eksponensial ganda, pemulusan eksponensial triple, dan pemulusan eksponensial menurut klasifikasi Pegels. Penggunaan metode pemulusan eksponensial ganda dikarenakan data yang ada menunjukkan pola data tren linier yang dapat juga dilihat dari plot nilai-nilai autokorelasi yang menunjukkan pola data tren linier. Analisa dan Pengolahan Data Analisa diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu penyajian yang lebih mudah ditafsirkan dan menguraikan masalah secara parsial ataupun keseluruhan. Analisa data dilakukan agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan. Selanjutnya akan dilakukan analisa terhadap data penggunaan bahan baku karet sintetis yang selanjutnya disebut sebagai material A. Metode analisa yang dipakai dalam peramalan kebutuhan material ini adalah metode pemulusan berganda Brown, dimana datanya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Data Penggunaan Bahan Baku A t = 24 Periode Q Xt 1 150 2 178 3 209 4 133 5 140 6 142 7 187 19 Tabel 1. Data Penggunaan Bahan Baku A t = 24 lanjutan Periode Q Xt 8 232 9 220 10 253 11 114 12 148 13 155 14 163 15 176 16 130 17 202 18 240 19 244 20 176 21 198 22 200 23 160 24 156 Setelah mendapatkan data penggunaan historis 24 bulan lalu, tahap selanjutnya adalah plotting data tersebut menjadi grafik. Transformasi setelah menjadi bentuk grafik adalah sebagai berikut. Gambar 4. Grafik Penggunaan Bahan Baku A t = 24 Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa data tersebut termasuk data musiman. Data ini terjadi bila seriesnya dipengaruhi oleh faktor musiman, seperti tahunan, bulanan, atau mingguan. Pada pemulusan eksponensial tunggal dilakukan peramalan dengan satu kali pemulusan saja. Sedangkan metode pemulusan eksponensial ganda Brown ini dilakukan dua kali pemulusan dan kemudian dilakukan peramalan. Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial ganda Brown ini hampir sama dengan rata-rata bergerak linier karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda tertinggal dari data yang sebenarnya jika terdapat unsur tren. Perbedaan nilai pemulusan tunggal dan ganda ditambahkan 50 100 150 200 250 300 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Data Penggunaan Bahan Baku A 20 kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuaikan dengan tren. Persamaan yang dipakai dalam implementasi pemulusan eksponensial ganda linier Brown dengan satu parameter adalah: , dimana m = 1, 2, 3,… Dimana m adalah jumlah periode ke muka yang diramalkan. Pada t = 1 nilai dan tidak tersedia jadi harus ditentukan pada periode awal yaitu dengan menetapkan dan sama dengan X t atau dengan menggunakan suatu nilai rata-rata dari beberapa nilai pertama sebagai titik awal. Berikut adalah tabel hasil perhitungan pemulusan pertama hingga pemulusan kedua. Tabel 2. Hasil Perhitungan Pemulusan Pertama dan Kedua Periode Q Xt S t S t a t b t F t 1 150 150 150 - - - 2 178 155.60 151.12 160.08 1.12 - 3 209 166.28 154.15 178.41 3.032 161.20 4 133 159.62 155.25 164.00 1.0944 181.44 5 140 155.70 155.34 156.06 0.09056 165.10 6 142 152.96 154.86 151.06 -0.47552 156.15 7 187 159.77 155.84 163.69 0.98121 150.58 8 232 174.21 159.52 188.91 3.674268 164.67 9 220 183.37 164.29 202.45 4.770855 192.59 10 253 197.30 170.89 223.70 6.601836 207.23 11 114 180.64 172.84 188.44 1.949591 230.31 12 148 174.11 173.09 175.13 0.25417 190.39 13 155 170.29 172.53 168.04 -0.56107 175.38 14 163 168.83 171.79 165.87 -0.74037 167.48 15 176 170.26 171.49 169.04 -0.30552 165.13 16 130 162.21 169.63 154.79 -1.85499 168.74 17 202 170.17 169.74 170.60 0.107551 152.94 18 240 184.14 172.62 195.65 2.879274 170.71 19 244 196.11 177.32 214.90 4.698005 198.53 20 176 192.09 180.27 203.90 2.954073 219.60 21 198 193.27 182.87 203.67 2.599794 206.86 22 200 194.62 185.22 204.01 2.349063 206.27 23 160 187.69 185.71 189.67 0.494633 206.36 24 156 181.35 184.84 177.87 -0.87199 190.17 21 Dalam perhitungan pemulusan eksponensial ganda ini akan selalu muncul permasalahan inisiasi. Jika parameter pemulusan α tidak mendekati nol, pengaruh dari proses inisiasi ini akan menjadi kurang berarti dengan berjalannya waktu. Tetapi jika α mendekati nol, proses inisiasi ini dapat memainkan peranan yang nyata selama beberapa periode waktu ke depan. Maka dari itu ditetapkan nilai α = 0.2. Setelah mendapat hasil pemulusan pertama dan pemulusan kedua baru setelah itu dicari hasil ramalan untuk periode ke depannya, dalam hal ini t = 24. Untuk peramalan ini menggunakan nilai m = 1, 2, 3, …, 12 mengikuti periode ke-m. Berikut adalah hasil peramalan yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 3. Hasil Peramalan t = 24 Periode F t 1 177.00 2 176.13 3 175.25 4 174.38 5 173.51 6 172.64 7 171.77 8 170.89 9 170.02 10 169.15 11 168.28 12 167.41 13 166.53 14 165.66 15 164.79 16 163.92 17 163.05 18 162.17 19 161.30 20 160.43 21 159.56 22 158.69 23 157.81 24 156.94 Hasil peramalan diatas yang akan dijadikan dan diperhatikan selanjutnya untuk pengadaan material bahan baku pada periode berikutnya 24 bulan ke dapan. Dapat terlihat dari hasil peramalan diatas bahwa dari waktu ke waktu jumlah stok semakin menurun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan data historis yang bersifat musiman sehingga menjadikan data yang sangat dinamis. Hal ini juga dapat diartikan sebagai bentuk ‘antisipasi’ terhadap jumlah material bahan baku agar tidak menumpuk di dalam gudang atau dengan kata lain mengoptimalkan stok di dalam gudang agar efektif dan efisien. Optimalisasi stok di dalam gudang dapat memberikan manfaat, antara lain: 22 1. Pemerataan stok dari satu periode ke periode berikutnya. Contoh, jika terdapat selisih berlebih antara hasil peramalan dengan jumlah actual di lapangan, maka user dan warehouse manager dapat mensiasatinya dengan menggunakan selisih tersebut pada periode berikutnya. 2. Selanjutnya, dengan pengalokasian selisih berlebih dari penggunaan material pada periode sebelumnya ke periode berikutnya, akan berimbas pada berkurangnya waktu tenggat lead time pengadaan material bahan baku tersebut. Dengan berkurangnya lead time, maka waktu produksi juga akan lebih stabil dan juga dapat mengurangi idle dalam kegiatan berproduksi. 3. Dengan optimalisasi stok material bahan baku di gudang, hal ini juga akan sejalan dengan optimalisasi ruang penyimpanan dalam gudang. Pengurangan jumlah stok yang tidak diperlukan tentunya akan menghemat ruang penyimpanan dalam gudang. 4. Tidak hanya memberi manfaat dalam proses penggudangan dan penggunaan bahan baku, hasil peramalan diatas juga akan memberikan manfaat terhadap aspek financial perusahaan. Perusahaan akan lebih mudah melakukan penjadwalan pengeluaran untuk pengadaan bahan baku. Hal ini sering menjadi kendala ketika user memerlukan material bahan baku A namun bagian finance memerlukan waktu tambahan diluar lead time untuk mengambil keputusan melakukan pembelian material tersebut. Dengan manfaat tersebut diatas, peramalan dengan menggunakan metode pemulusan ganda Brown akan memperlancar proses produksi sesuai dengan jadwal produksi untuk memenuhi permintaan konsumen akan produk yang diproduksi. Selanjutnya akan menyebabkan peningkatan revenue perusahaan dengan pemenuhan permintaan yang tepat waktu sebagai akibat kepuasan konsumen atas pelayanan perusahaan. Demo lengkap mengenai tahapan peramalan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 Microsoft, 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Gambar 5. Grafik Hasil Peramalan t = 24 Berdasarkan teori sebelumnya, ramalan yang baik adalah ramalan yang mempunyai nilai galat eror yang paling rendah. Hal ini juga bertujuan untuk menetapkan metode peramalan yang terbaik untuk diterapkan pada perhitungan Adaptive Inventory Control. Dari pengamatan terhadap tiga jenis metode peramalan, perataan bergerak, pemulusan eksponensial, dan metode Winter’s, didapat nilai MSE terkecil pada pemulusan eksponensial berganda. Nilai MSE atau Mean Squared Error nilai tengah kesalahan kuadrat yang didapat adalah sebesar 1388.79. Hasil tersebut didapat dengan menggunakan persamaan: 145.00 150.00 155.00 160.00 165.00 170.00 175.00 180.00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Hasil Peramalan t = 24 Ft 23 dimana dan n = 12. Demo lengkap mengenai perhitungan nilai eror sebagai pembanding metode pemulusan eksponensial dengan metode lainnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Dan berikut adalah tabel berisi perbandingan nilai MSE dari metode-metode peramalan lainnya. Tabel 4. Perbandingan Nilai MSE antar Metode Peramalan Metode Peramalan Nilai MSE Perataan Bergerak MA 3x3 2866.99 Pemulusan Eksponensial 1388.79 Metode Winter’s 2114.21

4.2 Pengendalian Persediaan dengan Teknik