Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak

akaran Islam itu berpangkal pada teori jalan tengah. Yang dimaksud teori jalan tengah di sini adalah kebajikan. Kebajikan ini merupakan keseimbangan antara dua sisi yang merupakan keburukan. 2. Ibnu Miskawaih juga menguraikan bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan pendidikan akhlak kepada anak melalui materi dan metode yang tepat. Rumusan pendidikan akhlak yang dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih ini sudah relevan ketika diterapkan pada pendidikan Islam yang berguna untuk upaya pencapaian tujuan Pendidikan Islam. Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih tersebut dapat digunakan untuk menghindarkan anak dari perbuatan yang tercela dan tabiat yang buruk. Penelitian yang dilakukan Eko Hadi Santoso dengan judul “Konsep Jati Diri Manusia Menurut Ibnu Miskawaih dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam. Dengan hasil penelitian bahwa manusia menurut Ibnu Miskawaih harus mengoptimalkan pada jiwanya. Jiwa adalah initi dari kenyataan sejati manusia. Jiwa manusia memliki peran penting dalam membimbing kegiatan sehari-hari manusia. Konsep jati diri manusia Ibnu Miskawaih dijelaskan dalam suatu kesatuan yang utuh dan seimbang dari seorang manusia yang meliputi tiga aspek penting: kepribadian, identitas diri, dan keunikan manusia. Sumbangsih konsep jati diri manusia Ibnu Miskawaih dalam pendidikan agama Islam, bahwa cita-cita yang meliputi pendidikan akhlak mulia dan menjaga output pendidikan dari kenakalan remaja yang semakin merajalela, budaya tawuran antar sekolah, seks bebas, dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur dapat terlaksana jika didasari pendidikan jiwa yang ditawarkan Ibnu Miskawaih dalam Tahdzib al- Akhlaq. Penelitian yang dilakukan oleh Moh Sullah dengan judul “Studi Komparasi Konsep Pendidikan Akhlak Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Ibnu Miskawaih. Dengan hasil penelitian bahwa banyak persamaan antara dua tokoh tersebut dbandingkan dengan perbedaannya. Persamaan tersebut terletak pada landasan dasar akhlak yaitu berlandaskan pada ontology tauhid, epistimologi ilmu dan aksiologi akhlakmoral yang mengacu pada Al- Qur‟an dan Hadits, materi pendidikan, serta tujuan pendidikan akhlak itu sendiri. Sedangkan bentuk perbedaannya terletak pada hakikat dari pendidikan akhlak itu sendiri. Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas bahwa akhlak mengalami perubahan dikarenakan faktor lingkungan yang dikenal dengan teori empirisme. Sedangkan Ibnu Miskawaih bahwa akhlak itu diperoleh dari pembawaan dan lingkungan di sekitarnya yang dikenal dengan teori konvergensi. Penelitian yang dilakukan oleh Andika Ukik Krisnando dengan judul “Pendidikan Akhlak Komparasi Pemikiran Ibnu Miskawaih dan Al-Ghazali” dengan hasil penelitian : Pemikiran Pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih yaitu hakkat manusia terletak pada fakultas fikir melalui otak, dan konsep akhlaknya yaitu doktrin jalan tengah sebagai dasar keutamaan akhlak, dimana yang menjadi ukuran akal dan syariat. Tujuan pendidikan akhlaknya bersifat sosial. Materi pendidikan akhlaknya meliputi; ilmu syariat, dan ilmu akhlak. Metode pendidikan akhlaknya yaitu alami, pembiasaan, riyadah, dan mujahadah. Kewajiban mendidik anak pertama kali adalah orang tuanya. Sedangkan pemikiran pendidikan akhlak oleh Al-Ghazali adalah hakikat manusia terletak pada kekuatan pengetahuan melalui hati, dan konsep akhlaknya yaitu doktrin jalan tengah sebagai dasar keutamaan akhlak, dimana yang menjadi ukuran akal dan syariat. Tujuan pendidikan akhlaknya bersifat individu. Materi pendidikan akhlaknya semua akhlak terpuji menurut syariat. Metode pendidikan akhlaknya yaitu melalui anugerah ilahi dan kesempurnaan fitri, pembiasaan, riyadah dan mujahadah. Menurutnya, orang tua adalah pendidik pertama kali bagi seorang anak. Kemudian, lingkungan dan unsur makanan maupun minuman akan mempengaruhi pembentukan akhlak seseorang. Secara keseluruhan pemikiran pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih dengan Al-Ghazali memiliki banyak kesamaan. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Basuni dengan skripsi yang berjudul “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Akhlak Anak study Pemikiran Ibnu Miskawaih dalam Kitab Tahdzib al-Akhlak. Dengan hasil penelitian : Pemikiran Ibnu Miskawaih tentang pendidikan akhlak anak yang mengatakan bahwa waktak itu bisa berubah, dan perubahan itu bisa melalui pendidikan dan pengajaran. Juga memaparkan tentang kebaikan dan kebahagiaan, karena Ibnu Miskawaih di dalam meninjau akhlak berdasarkan nilai-nilai kebajikan al- khairu untuk mencapai kesempurnaan hidup, maka orang harus mencapai al- khairu terlebih dahulu, kebaikan atau kebajikan merupakan kunci kesempurnaan manusia. Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa orang tua sangat berperan dalam pendidikan akhlak anak. Menurutnya pendidikan akhlak merupakan konsepsi baku pembentukan pribadi anak, kedua orang tua yang mula-mula tampil untuk melakukan tugas tersebut. Pencapaian kepribadian akhlak yang luhur dan berbudi pekerti, orang tua selaku pendidik mempunyai peran: member contoh atau teladan yang baik, member nasehat, dan memberikan perhatian.