pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan oleh BHL, mandor mempunyai peranan yang sangat penting, mandor harus menegur pekerja apabila pekerjaan
yang dihasilkan tidak sesuai atau tidak baik. Mandor I dan krani mempunyai tugas untuk membuat pelaporan hasil
kerja divisi baik harian, mingguan maupun bulanan. Mandor I merekap seluruh hasil kerja dari mandor pengawas yang kemudian diserahkan kepada kerani untuk
dibuat laporan. Selain itu, krani juga harus merekap daftar hadir pekerja. Laporan dan daftar hadir tersebut diserahkan kepada bagian pembukuan di kantor Tanjung
Bandul. Asisten divisi mempunyai tugas mengelola seluruh kegiatan teknis di
lapang. Asisten divisi juga bertanggung jawab atas areal pertanaman dengan luas 1 000 ha yang terbagi menjadi ± 20 blok tanaman. Tugas asisten divisi meliputi
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan di lapang yang nantinya dibantu oleh mandor I dan kerani dalam pelaksanaannya.
Pada teknik tersebut karyawan bekerja setiap harinya 7 jam kerja yang dimulai pukul 07.00-15.00 tetapi pada pukul 12.00-13.00 istirahat,dengan jumlah
hari kerja setiap bulannya 26 hari karena teknik libur menggunakan cuti bulanan. Waktu cuti dibagi menjadi tiga kali dalam satu bulan. Pembagian waktu cuti bagi
karyawan dilakukan secara bertahap dengan waktu 4 hari 1 orang untuk setiap divisi pada tiap minggunya. kondisi tersebut digunakan agar tidak terjadi ke-
kosongan SDM. Pada perusahaan tidak terdapat teknik lembur kecuali jika ada surat perintah lembur dari GM.
4. Tenaga Kerja Kontrak Borongan
Sistem tenaga kerja kontrak diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan kebun tertentu seperti penebasan lorong dan gawangan hidup, serta membersihkan
piringan pada tanaman sagu. Sistem tersebut dilaksanakan dengan kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor yang membawahi tenaga kerja kontrak.
Kesepakatan dilegalkan dengan surat perjanjian kerjasama SPK yang telah di- sepakati oleh kedua belah pihak.
Kontraktor dapat mengepalai satu atau lebih rombongan pekerja, dengan jumlah tiap tim minimal 4 orang pekerja. Satu rombongan pekerja melakukan pe-
nebasan pada satu blok tanaman. Perusahaan tidak memperbolehkan lebih dari satu rombongan dengan kontraktor yang sama pada satu divisi. Pada sistem ter-
sebut tidak ada target baik waktu atau hasil dalam satu hari. Perusahaan akan membayar pekerjaan setelah pekerjaan selesai dilakukan.
Untuk pekerjaan pembuatan gawangan hidup dan pembersihan piringan sagu, upah yang diterima oleh kontraktor tergantung pada kondisi kebun. Jika
kondisinya ringan maka upah yang diterima berkisar Rp. 200 000,00 ha. Hal ter- sebut tergantung pada kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor. Untuk
areal dengan kondisi sedang maka upah yang diterima berkisar sebesar Rp. 300 000,00 ha sedangkan jika kondisinya berat maka upah yang akan diterima
kontraktor berkisar Rp. 400 000,00. Upah yang diterima pekerja tidak sebesar yang diberikan perusahaan karena ada pemotongan dari kontraktor sesuai dengan
kesepakatan antara pekerja dan kontraktor.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan
pemeliharaan tanaman. Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulaman. Hal ini dikarenakan dari 12.000 ha kebun yang sudah di-
tanami, kurang lebih hanya 4000 ha kebun yang tanamannya tumbuh dengan baik. Berikut penjelasan mengenai masing-masing teknis budidaya yang dilakukan di
kebun.
Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan pengadaan bahan tanaman yang diper- gunakan oleh kebun untuk menanami kebun terebut. Kegiatan dalam pembibitan
meliputi kegiatan penyeleksian bibit dan persemaian. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik sehingga mempunyai persentase hidup
yang tinggi saat ditanam nantinya. Pada kegiatan pembibitan, PT National Sago Prima bekerja sama dengan PT Prima Kelola. PT Prima kelola adalah perusahaan
swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk menanami seluruh areal PT. National Sago Prima.
Penyeleksian Bibit
Bahan tanam sucker diperoleh dari kebun yang dimiliki perusahaan dan dari kebun sagu petani dari daerah di sekitar lokasi perusahaan PT. National Sago
Prima atau dari daerah lain. Bibit yang akan disemai, diseleksi terlebih dahulu oleh asisten PT. Prima Kelola, mandor PT. Prima Kelola dan pengawas pembibit-
an dari PT. National Sago Prima. Bibit diseleksi berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit.
Kriteria bibit yang sehat dan berkualitas adalah: bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan
pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit berkisar antara 2- 4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L” karena anakan yang
dihasilkan berjauhan dari induknya Gambar 5.
Gambar 5. Sucker Berbentuk “L” Diterima Perusahaan dan Sucker tidak berbentuk “L”
Sistem kerja yang diterapkan oleh PT. Perima Kelola dalam kegiatan pen- carian anakan yaitu sistem borongan. Perusahaan membayar upah kepada pekerja
sesuai sucker yang didapatkan. Harga satu sucker yang diambil dari kebun sendiri sebesar Rp. 1 000,00sucker dan dengan ketentuan bahwa sucker yang diambil
tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah, dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar.
Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong Rp. 50 000,00. Sucker yang berasal dari kebun petani dihargai Rp. 2 000,00
sucker . Tambahan upah sebesar Rp 200,00 diperoleh pekerja jika sekaligus
dilakukan persemaian. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh pekerja borongan
yaitu 80 bibit hari. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh buruh harian lepas yaitu 40 bibit hari, sedangkan prestasi kerja mahasiswa dalam peng-
ambilan bibit yaitu 20 bibit bibit. Kecepatan pengambilan sucker dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu besar sucker, letak sucker, banyaknya
sucker yang bisa diambil dalam satu jalur dan ketrampilan pekerja.
Persemaian
PT. National Sago Prima menggunakan teknik persemaian rakit di kanal. Persemaian tersebut menjadi tanggung jawab PT. Perima Kelola. Rakit dibeli dari
dari masyarakat setempat dengan harga Rp 6 500 rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar 1 m yang terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah
rakit dapat memuat 80-100 bibit tergantung ukuran bibit. Rakit yang telah selesai dibuat selanjutnya diletakkan di lokasi Pembibitan. Adapun syarat untuk lokasi
pembibitan yaitu pembibitan dilakukan di kanal dengan air yang mengalir, lokasi mudah didatangi sehingga pengawasan dapat berjalan dengan baik, dan jauh dari
sumber hama dan penyakit. Sucker
yang telah siap selanjutnya direndam dalam larutan fungisida dithane m-45
dengan dosis 2 gl sebelum disusun di rakit agar terhindar dari serangan cendawan. Sucker yang telah dipotong daunnya hingga tinggi pelepah ±
40 cm dari banir disusun di rakit secara rapat dengan posisi rhizome tegak di bawah Gambar 6. Ketinggian air dijaga hingga batas pelepah dan rhizome harus
terendam dalam air. Pembibitan dilakukan selama 3-4 bulan. Bibit dapat ditanam di lapang setelah bibit tersebut memiliki 3-4 helai daun, tumbuh akar nafas, dan
memiliki perakaran yang baik.
Gambar 6. Penyusunan Sucker Terseleksi di Rakit
Persiapan Lahan
Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah pe- nyulaman untuk divisi I-IV. Persiapan lahan dilakukan terkait dengan dilakukan-
nya penyulaman dan penanaman di areal perusahaan tersebut. Penyiapan lahan tersebut meliputi pemancangan ajir lubang tanam, pembuatan jalur tanam, pe-
lorongan, dan pembuatan lubang tanam.
Pemancangan Ajir Lubang Tanam
Pemancangan ajir lubang tanam untuk penyulaman dilaksanakan bersama- an dengan sensus hidup-mati. Menurut Bintoro 2008 pancang ajir lubang tanam
berguna sebagai tanda titik yang ditanami bibit sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Pemberian ajir dilakukan dengan arah Utara-Selatan, sesuai dengan
jalur tanaman lorong tanaman. Dalam pemancangan dan sensus hidup-mati biasanya dilakukan oleh dua
orang BHL dan seorang mandor. Buruh harian lepas bertugas untuk mencari ajir dan menancapkan ke daerah yang dijadikan lubang tanam Gambar 7. Mandor
bertugas sebagai pengawas kegiatan pengajiran sekaligus melakukan sensus hidup-mati. Ajir yang digunakan biasanya dari pelepah sagu dengan tinggi 2.5-3.0
m. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan penanaman, sebagian dari pelepah sagu tersebut bisa digunakan untuk sampiang. Target yang harus dicapai dalam
kegiatan pancang ajir yaitu 8 jalur tanamreguHK untuk areal kategori berat, sedangkan untuk areal kategori ringan target yang harus dicapai 16 jalur tanam
reguHK.
Gambar 7. Pemancangan Ajir Lubang Tanam pada Blok K28 Divisi I
Pelorongan
Pelorongan dalam kegiatan penyulaman berupa pembuatan jalur tanaman dan pembuatan lorongan bersih. Pelorongan dilakukan untuk membuat jalur atau
lorong tanaman dengan arah utara-selatan. Pelorongan dilakukan secara manual dengan menggunakan chainsaw dan parang. Biasanya kendala yang dijumpai
dalam kegiatan pelorongan yaitu sering dijumpai akar-akar, tunggul, dan kayu bekas logging yang merintangi lorong sehingga banyak lorong yang tidak lurus.
Pembuatan jalur tanam dilakukan jika banyak tanaman yang harus ditanam dalam satu blok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu, tenaga,
dan biaya. Jalur tanam biasanya mempunyai lebar 1.5-2.0 m dan panjangnya se- suai dengan panjang blok tersebut. Pembuatan jalur tanam dilakukan oleh tenaga
borongan. Harga yang diberikan berkisar Rp. 200 000,00 - Rp. 300 000,00Ha. Pembuatan lorongan bersih bisanya dilakukan jika tanaman yang hidup
lebih banyak daripada tanaman yang mati. Pelaksanaan pembuatan lorongan bersih hampir sama dengan pembuatan jalur tanam. Pembuatan lorongan bersih
dilakukan secara manual oleh tenaga borongan Gambar 8.
Gambar 8. Pelorongan Secara Manual oleh Tenaga Kerja Borongan Pada borongan pembuatan lorongan bersih biasanya dilakukan juga
pembuatan piringan pada pertanaman sagu. lebar penebasan piringan 1.0 m melingkar di sekeliling rumpun tanaman. Penebasan dilakukan hingga tinggi
gulma 5.0 cm di atas permukaan tanah. Sampah-sampah penebasan dan pelepah kering di sekeliling tanaman selanjutnya diletakkan di gawangan mati.
Pengendalian gulma di piringan bermaksud
untuk memudahkan proses
pemupukan, sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman dapat terserap sepenuhnya. Ongkos pembuatan lorongan bersih dan piringan berkisar Rp. 200
000,00 untuk areal dengan kategori ringan. Untuk areal dengan kondisi sedang, upah yang diberikan berkisar sebesar Rp. 300 000,00 ha sedangkan jika kondisi-
nya berat, upah yang diberikan berkisar Rp. 400 000,00ha.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam digunakan untuk penanaman bibit sagu yang telah disemai. Pembuatan lubang tanam di perusahaan disesuaikan dengan ukuran
bibit Gambar 9. Lubang tanam dibuat pada pancang ajir lubang tanam dengan kedalaman tertentu hingga menyentuh permukaan air tanah. Pembuatan lubang
tanam sebaiknya dilakukan pada waktu yang tidak jauh berbeda dengan penyulaman bibit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penutupan lubang
tanam kembali oleh tanah akibat hujan lebat. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam harus dibersihkan dari
kotoran atau daun-daun untuk mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Apabila permukaan air tanah sangat dalam, lubang tanam digali sampai kedalaman 60 cm.
Setelah lubang tanam selesai dibuat maka bibit bisa segera ditanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Prestasi kerja tenaga borongan
tersebut 150 lubangHK.
Gambar 9. Lubang Tanam Yang Disesuaikan Ukuran Bibit
Pengelolaan Air
Air merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman sagu merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak. Tingkat ke-
dalaman air tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu, dalam budidaya sagu kedalaman air tanah harus dipertahankan dan muka air
tanah harus dikendalikan. Kanal merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam menun-
jang kegiatan kebun. Sistem kanal yang digunakan perusahaan terdiri atas kanal utama atau primer main canal, kanal sekunder collector canal dan kanal
tersier. Kanal utama main canal adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 6 m dan dalam 4 m yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama penghubung antar
divisi. Kanal sekunder collector canal adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 5 m dan dalam 3 m yang berfungsi sebagai kanal penghubung antara kanal cabang
dan kanal utama. Kanal tersebut juga berfungsi sebagai jalur transportasi serta se- bagai isolasi jika terjadi kebakaran. Kanal tersier kanal cabang adalah kanal yang
memiliki ukuran lebar 3-4 m dan dalam 2-3 m yang berfungsi untuk aktivitas pengangkutan bibit dan pupuk serta untuk antisipasi kebakaran.
Salah satu kegiatan dalam pengelolaan air adalah pendalaman kanal. Pen- dalaman kanal dilakukan untuk menunjang fungsi kanal tersebut supaya tetap
optimal. Pendalaman kanal dilakukan untuk memperbaiki kanal yang sudah mengalami pendangkalan. Kegiatan tersebut dilakuksan dengan menggunakan alat
berat jenis Ekskavator tipe Short Arm EX 200 Gambar 10. Pendalaman kanal di- lakukan dengan mengangkat gumpalan tanah pada dasar kanal dengan meng-
gunakan alat pengeruk ekskavator. Pengangkatan harus dilakukan secara perlahan agar gumpalan tanah di dasar kanal tidak pecah dan dapat terangkat, karena jika
gumpalan tanah tersebut pecah maka kanal tersebut akan cepat mengalami pen- dangkalan kembali karena yang terangkat hanyalah lumpur.
Alat berat yang digunakan merupakan alat berat yang disewa dari kontrak- tor. Setiap ekskavator dioperasikan oleh dua orang pekerja. Satu orang bekerja
sebagai operator dan seorang lainnya sebagai pembantu operator helper. Setiap ekskavator bekerja 10 jamhari. Sistem sewa yang diterapkan dihitung dengan
satuan Buldozer Unit BU yang setara dengan waktu satu jam kerja alat dengan
biaya sewa Rp. 400 000,00 BU. Prestasi kerja pencucian kanal setiap harinya sekitar 180 mHK. Pengawasan dalam mengawasi jalannya alat tersebut sangat
penting agar alat tersebut dapat mencapai target pada satu hari kerja. Pengawasan tersebut dilakukan oleh mandor tiap-tiap divisi.
Gambar 10. Pendalaman Kanal dengan Alat Berat Ekskavator Tipe Short Arm EX 200 Selain pendalaman kanal, perusahaan harus melakukan pengamatan ter-
hadap tinggi muka air kanal. Ketinggian muka air kanal diukur dengan melihat jarak antara muka tanah dan muka air di saluran. Keadaan muka air dari
permukaan tanah untuk tanaman sagu perlu diamati dan diukur secara rutin untuk mengetahui status keberadaan air pada areal pertanaman sagu. Salah satu cara
untuk melakukan monitoring ketinggian air yaitu dengan menggunakan alat water level
Gambar 11. Untuk mengetahui ketinggian air kanal, perusahaan menggunakan alat
water level . Ketinggian air tersebut diukur dari permukaan tanah. Skala 0 cm
sejajar dengan permukaan tanah dengan bagian ukuran negatif di bagian bawah dan ukuran positif di bagian atas. Dari alat tersebut diperoleh data mengenai
ketinggian muka air kanal yang kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanaman atau penyulaman.
Gambar 11. Water Level yang Diletakkan Pada Kanal Utama Divisi I
Sensus Tanaman
Sensus tanaman merupakan kegiatan inventarisasi kebun sebagai acuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan lainnya. Sensus tanaman terdiri atas
sensus hidup-mati, sensus produksi, dan sensus anakan. Sensus hidup-mati tanam- an yaitu sensus yang dilakukan untuk melihat persentase tanaman yang hidup dan
mati dalam blok tersebut, dengan tujuan untuk pelaksanaan penyulaman. Sensus hidup mati yang dilakukan perusahaan adalah sensus 100 karena perusahaan
akan melakukan penyulaman terhadap semua blok yang ada di perusahaan ter- sebut.
Kegiatan sensus produksi dilaksanakan oleh masing-masing divisi. Peubah yang diamati dalam kegiatan sensus produksi adalah tinggi batang tanaman yaitu
jumlah tanaman dengan kriteria tinggi sebagai berikut: 0.00-2.61 m, 2.61-3.48 m, 3.48-4.35 m, 4.35-5.22 m, 5.22-6.09 m, dan 6.09 m, nyorong, dan berbunga.
Selain itu, dalam sensus produksi juga dihitung jumlah dari anakan dengan berat 3-5 kg, 5-10 kg, dan 10 kg Lampiran 4. Berdasarkan peubah tersebut didapat-
kan data tanaman yang dapat dipanen. Sensus produksi yang dilakukan perusahaan adalah sensus 50. Peng-
ambilan contoh sensus produksi dilakukan secara acak dan teratur pada setiap
blok. Untuk Blok genap, sensus dimulai dari jalur tanaman ke-1 dan ke-2, sementara itu untuk Blok ganjil sensus dimulai dari jalur tanaman ke-3 dan ke-4.
Pengambilan contoh diharapkan dapat mewakili tanaman secara keseluruhan. Sensus produksi dilakukan perusahaan untuk memperkirakan jumlah
tanaman yang dapat dipanen pada tahun sekarang ini dan tahun-tahun berikutnya. Sensus produksi dilakukan perusahaan terkait dengan akan didirikannya pabrik
pengolahan sagu. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengetahui jumlah bahan baku yang berasal dari kebun sendiri sebagai acuan dalam menentukan kapasitas
pabrik. Sensus produksi yang dilakukan pada Divisi I di Blok I29, H28, K28, dan
L28, didapatkan hasil bahwa pohon sagu yang dapat dipanen pada tahun 2010 se- banyak 1216 pohon. Sementara itu, sebanyak 1432 batang pohon sagu dapat di-
panen pada tahun 2011 dan sebanyak 1866 batang sagu dapat dipanen pada tahun 2012 pada ke empat blok tersebut Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sensus Produksi Divisi I Blok I29, H28, K28, dan L28
Blok
DIVISI I
Ank 0 -
2.61 2.61
- 3.48 3.48
- 4.35 4.35
- 5.22 5.22
- 6.09 6.09
NY BB SA
5 kg 5.-10
10kg I29
2945 1318
1593 462
269 266
167 130
127 39
44 20
H28 2027
1854 3971
450 355
383 363
264 323
272 164
123 K28
3410 1873
2484 851
562 577
467 249
207 175
99 15
L28 2324
1455 1659
530 398
513 434
290 59
122 98
9 Jumlah
10706 6500
9707 2293
1584 1739
1431 933
716 608
405 167
Pelaksanaan sensus produksi dilakukan di setiap lorong untuk satu blok tanaman. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma, sensus cukup
dilakukan oleh satu orang untuk mengamati dua jalur tanaman pada lorong ter- sebut, sedangkan pada lorong yang belum dilakukan pengendalian gulma sensus
dilakukan oleh dua orang yang bertugas sebagai penebas dan pengamat. Kecepat- an penyensus untuk menyensus satu lorong dipengaruhi oleh jumlah tanaman dan
kondisi lorong. Lorong yang jumlah tanamannya lebih banyak membutuhkan waktu sensus lebih lama daripada lorong yang jumlah tanamannya sedikit. Pada
lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma dan bebas dari tunggul serta
pelepah kering, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari lorong yang belum di- lakukan pengendalian gulma dan banyak tunggul serta pelepah kering. Prestasi
kerja karyawan untuk jalur yang sudah di lakukan pengendalian gulma adalah 16 jalur tanaman HK, sedangkan prestasi mahasiswa 12 jalur tanaman HK. Apabila
jalur tersebut belum dilakukan pengendalian gulma prestasi karyawan 10 jalur tanaman HK, sedangkan prestasi mahasiswa 8 jalur tanaman HK.
Selain sensus hidup-mati tanaman dan sensus produksi, dalam kegiatan perusahaan juga terdapat sensus anakan. Sensus anakan dilakukan sebelum ke-
giatan penjarangan tanaman dengan memberi tanda X pada anakan yang akan di- jadikan bibit dengan warna putih dan anakan yang akan ditinggalkan sebagai
calon tanaman induk dengan warna kuning sesuai dengan kriteria yang telah di- tentukan, sedangkan untuk anakan yang akan dibuang tidak diberi tanda. Pada saat
magang kegiatan sensus anakan tidak dilakukan oleh PT. National Sagu Prima. Perusahaan hanya mencatat jumlah anakan yang terdapat di kebun mereka. Pe-
laksanaannya bersamaan dengan dilakukannya sensus produksi.
Penyulaman
Kegiatan penyulaman di PT National Sago Prima dilakukan oleh PT Prima Kelola. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang mati
karena terserang hama dan penyakit atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkung- an baru. Kegiatan tersebut dilakukan setelah dilaksanakan sensus hidup mati
tanaman, dari hasil sensus tersebut dapat terlihat jumlah bibit yang dibutuhkan untuk untuk kegiatan penyulaman.
Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, asisten dan mandor PT Prima Kelola mempersiapkan bibit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan blok yang
akan disulam. Asisten dan mandor PT Prima Kelola dibantu oleh mandor dari PT National Sago Prima menyeleksi bibit yang digunakan untuk penyulaman.
Sebelumnya asisten PT Prima Kelola telah membuat peta pohon untuk areal yang akan ditanami sehingga dapat diketahui dengan pasti posisi tanaman yang akan di-
sulam. Kemudian bibit didistribusikan dengan menggunakan pompong melalui kanal. Proses pengangkutan bibit dari rakit persemaian ke lapangan harus di-
lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bibit.
Pelaksanaan penyulaman dilakukan setelah lubang tanaman selesai di- kerjakan. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Penyulaman
biasanya dilakukan oleh dua orang pekerja pada setiap lorong tanaman dua jalur tanaman. Orang pertama bertugas untuk membawa bibit dengan ambung bambu
yang dibawa di punggungnya sesuai dengan jumlah tanaman yang disulam, lalu bibit tersebut diletakkan di dekat lubang tanam. Orang kedua bertugas untuk
membawa pupuk, mencampur pupuk dengan media, dan menanam bibit. Sebelum bibit ditanam, tiap lubang tanam diberikan 0.5 kg pupuk Rock Phosphate sebagai
pupuk dasar. Bibit ditanam dengan posisi banir menempel pada lubang tanam dan tegak. Agar posisi bibit tidak berubah maka bibit tersebut diberi dua pancang
sampiang yang disilangkan sebagai penyangga bibit. Bibit sagu ditimbun media sampai bonggol bibit tertimbun Gambar 12. Kegiatan penyulaman sebaiknya di-
lakukan pada musim hujan untuk mengurangi transpirasi dan permukaan air tanah ideal untuk penanaman.
Gambar 12. Penanaman Bibit Sagu Tenaga kerja borongan dapat melakukan penyulaman sebanyak 124 ta-
namanHK Tabel 2. Upah yang diberikan sebesar Rp 1 500,00 untuk pembuatan satu lubang tanam beserta penyulamannya. Prestasi kerja dalam penyulaman ter-
sebut dipengaruhi oleh jumlah bibit yang harus ditanam dalam satu lorong ter- sebut serta letak lubang tanam yang harus disisip satu dengan yang lainnya.
Titik tumbuh
Banir Sampiang
Ajir lubang tanam
Lubang tanam Pupuk RP +
media tanam
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penyulaman Sucker pada Blok I28 Divisi I Selama Tiga Hari
Tanggal Tanam No Jalur Tanaman
Bibit ditanam 31 Juli 2010
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,
32,33 437
1 Agustus 2010 66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,
79,80,81,82,83,84,85 364
2 Agustus 2010 50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,
63,64,65,86,87,88,89,90,91,92,93,94,95, 96,97,98,99,102,103,104,105,106,107,108,
109,110,111,112,113,114 692
Jumlah 1493
Rata-rata 4 HOK 497
Pengawasan pelaksanaan penyulaman dilakukan oleh asisten dan mandor PT Prima Kelola. Jika tenaga kerja yang digunakan melalui kontraktor borongan,
maka pengawasan harus dilakukan lebih ketat karena pekerja tersebut melaksana- kan tugas untuk mengejar kuantitas bukan kualitas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dalam perkebunan sagu harus dilakukan secara ber- kesinambungan agar tanaman sagu mempunyai produktivitas yang tinggi. Pe-
meliharaan yang kurang itensif akan menyebabkan produksinya tidak optimum. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di PT National Sago Prima terdiri atas
pemangkasan dan penjarangan anakan thinning out, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan Pruning dan Penjarangan Anakan
Pemangkasan pruning adalah pembersihan secara selektif atas tanaman seperti cabang dan tunas atau bagian tanaman yang sudah mati. Pemangkasan ber-
fungsi untuk menjaga kesehatan dan vigor pertumbuhan bagi tanaman baru, mem- bentuk tanaman, memelihara ukuran tanaman, dan mengoptimalkan hasil meta-
bolisme bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman Bintoro, 2008. Kegiatan pemangkasan yang biasa dilakukan di kebun yaitu kegiatan pe-
motongan pelepah yang sudah tua. Kegiatan tersebut dilakukan karena pelepah
tersebut menyebabkan kondisi kebun menjadi berantakan sehingga susah untuk dilakukan pemeliharaan lanjutan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh
Buruh Harian Lepas. Penjarangan anakan adalah kegiatan pembuangan anakan yang tidak di-
perlukan. Penjarangan anakan sagu berfungsi untuk mengurangi persaingan per- tumbuhan antar anakan sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya dan mem-
permudah dalam pengaturan panen. Jong 2007 menambahkan penjarangan anak- an berfungsi untuk mendukung pertumbuhan induk tanaman.
Pelaksanaan penjarangan anakan di PT Nasional Sago Prima dilakukan sekaligus kegiatan pengadaan bibit yang dilakukan oleh PT. Prima Kelola dengan
menggunakan tenaga borongan. PT Prima kelola adalah perusahaan swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk me-
nanami seluruh areal PT. National Sago Prima. Dalam pengambilan anakan, pe- kerja harus menyisakan minimal empat anakan terbesar. Dengan demikian, proses
pengadaan bibit tersebut sekaligus kegiatan penjarangan anakan. Kegiatan penjarangan anakan harus dilakukan pengawasan dengan ketat
karena penjarangan anakan dilakukan sekaligus kegiatan pengadaan bibit oleh tenaga borongan. Pengawasan dilakukan oleh asisten dan mandor PT. Prima
Kelola. PT Prima Kelola mengeluarkan ketentuan bahwa sucker yang diambil tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah,
dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar. Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong
Rp. 50 000,00. Sebenarnya dalam perusahaan telah ditetapkan aturan mengenai pen-
jarangan anakan tersebut. Aturan dalam penjarangan anakan tersebut yaitu se- belum anakan berumur dua tahun, penjarangan dilakukan dengan membuang
semua anakan tetapi setelah tanaman berumur dua tahun dilakukan pemeliharaan satu anakan setiap dua tahun sehingga diperoleh 5-6 anakan dalam satu rumpun
sehingga kegiatan panen dapat berkelanjutan. Pada tanaman yang telah memiliki anakan, penjarangan dilakukan pada anakan yang tidak diberi tanda cat setelah
sensus anakan selesai dilakukan. Kegiatan penjarangan anakan dilakukan dengan memangkas daun-daun dari tunas anakan yang baru tumbuh, termasuk daun-daun
dari anakan yang tidak diinginkan. Anakan yang menempel pada tanaman induk dibuang dengan cara memotong daun hingga bagian pangkal daun karena tidak
baik digunakan sebagai bibit maupun sebagai calon tanaman induk. Pemotongan tidak boleh dilakukan terlalu dekat dengan tanaman induk kerena dapat melukai
tanaman induk dan memungkinkan tanaman tersebut terserang hama dan pe- nyakit.
Pengendalian Gulma
Pertumbuhan dan perkembangan sagu akan lebih cepat jika tidak ada gangguan gulma. Gulma akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah
yang lembab. Pertumbuhan gulma yang sangat cepat berpengaruh terhadap per- tumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian gulma.
Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan utama yang dilakukan perusahaan perkebunan sebagai proses pemeliharaan kebun. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk menekan kompetisi tanaman sagu dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh agar pertumbuhan tanaman sagu
optimal. Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian gulma secara manual dan kimia.
1. Pengendalian Manual