Sampel tempat pemotongan ayam dipilih dengan metode acak sederhana simple random sampling.
Data sekunder berasal dari Laporan Hasil Pembinaan Tempat Pemotongan Ayam TPA Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Administrasi
Jakarta Timur tahun 2004. Pengumpulan sampel tempat pemotongan ayam dipilih dengan metode acak sederhana simple random sampling. Besaran sampel sebanyak
134 sampel Tabel 1. Tabel I Lokasi pengambilan dan jumlah sampel TPA di wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur Jumlah TPA
Besaran No. Kecamatan
Kelurahan Prosentase sampel
1 Matraman
165 36
50.0 30
2 Pulogadung 172
37 42.0
18 3 Duren
Sawit 32
67 85.0
28 4 Cakung
16 37
42.0 6
Pasar Rcbo
5 25
40.0 11
6 Makassar
54 15
20.0 26
7 Cipayung 2
18 12.0
4 8 Ciracas
3 15 20.0 11
Jumlah 449
2050 40.0 134
3.5 Pengukuran Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan pernotong ayam digunakan 14 pertanyaan mengenai tatacara pemotongan ayam yang baik dan benar, terdiri dari pertanyaan benar dan salah.
Responden pemotong ayam diharapkan dapat memberikan pilihan jawaban dalam bentuk benar, salah atau tidak tahu. Untuk jawaban yang benar diberi skor 3,
sedangkan jawaban yang salah atau jawaban tidak tahu diberi skor 0. Jumlah skor untuk setiap responden peternak dihitung berdasarkan jawaban yang benar. Dengan
demikian jumlah skor maksimum yang diperoleh responden dari seluruh jawaban adalah 3 x 14 = 42, sedangkan jumlah skor minimun adalah 0 x 14 = 0. Indeks dari
tingkat pengetahuan pemotong ayam berdasarkan jawaban yang benar dapat dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2 Indeks tingkat pemotong ayam berdasarkan jawaban yang benar Indeks pengetahuan responden
Skor - Baik
33 - Sedang
2 1 - 3 3 - Buruk
21
Peprofilan tempat pemotongan ayamTPA dijaring informasinya dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan meliputi :
1 . Exiling bangunan dengan pertanyaan sebanyak 13 soal. Untuk jawaban yang benar diberi skor 4, dengan rentang skor jawaban 1- 4;
2. Peralatan pemotongan dengan pertanyaan sebanyak 10 soal. Untuk jawaban yang benar diberi skor 5, dengan rentang skor jawaban 1- 5;
3. Proses pemotongan ayam dengan pertanyaan sebanyak 12 soal. Untuk jawaban yang benar diberi skor 5, dengan rentang skor jawaban 1- 5;
4. Sanitasi personal dengan pertanyaan sebanyak 6 soal. Untuk jawaban yang benar diberi skor 5, dengan rentang skor jawaban 1- 5;
Kemudian dilanjutkan penjumlahan masing-masing nilai jawaban dan hasil penjumlahan diberikan skor.
Tabel 3 Indeks tingkat TPA berdasarkan jawaban yang benar Indeks pemropilan TPA
Skor - Baik
80 - Sedang
50 - 80 - Buruk
50
3.6 Definisi Operasional
Untuk memberikan pengertian yang jelas dan agar dapat menghilangkan keraguan maka perlu dirumuskan difinisi operasional dari istilah peubah yang digunakan
dalam penelitian antara lain yaitu:
1. Karakteristik Pemotong: merupakan ciri-ciri individu pemotong ayam yang relatif
tidak berubah dalam waktu singkat. Data karakteristik pemotong ayam yang dimaksud disini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengetahuan,
pengalaman usaha, pendapatan usaha dan skala uasaha.
2. Tempat Pemotongan Ayam: adalah bangunan atau kompleks dengan desain dan
syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat.
3. Umur: adalah usia responden pemotong ayam pada jarak ulang tahun terdekat. 4. Tingkat Pendidikan: adalah jumlah tahun dari jenjang pendidikan sekolah
pendidikan formal yang pernah ditempuh pemotong ayam.
5. Pengetahuan: adalah merupakan tingkat penguasaan mengenai fakta-fakta yang
berhubungan dengan aspek pengelolaan tempat pemotongan ayam, yang ditunjukkan oleh „skor indeks dari uji pengetahuan yang dilakukan.
6. Pengalaman Usaha: adalah rentang waktu dari saat dimulainya kegiatan usaha
pemotongan ayam sampai dilakukan wawancara. Ini diklasifikasikan kurang dari 5 tahun, 6-10 tahun dan lebih dari 10 tahun.
7. Pendapatan usaha: adalah penerimaan yang diperolah pemotong ayam dari hasil
kegiatan usaha pemotongan ayam setiap bulan setelah dikurangai biaya produsi penerimaan bersih.
8. Skala usaha: adalah merupakan skala yang dibagi dalam ernpat katagori
≤ 50 ekorhari, 50 - 100 ekorhari, 100 - 200 ekorhari clan 200 ekorhari.
3.7 Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan menentukan distribusi frekuensi, range, persentase, skor, dan analisis korelasi hubungan.
Data hubungan antara karakteristik pemotong ayam dan profil tempat pemotongan ayam dianalisis menggunakan analisis statistik non-parametrik, yaitu
koefisien korelasi rank Spearman RS. Menurut Siegel 1992, perhitungan koefisien korelasi Rank Spearman rs dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
dimana : rs = koefisien korelasi rank spearman
n = jumlah sampel d = selisih antara rangking suatu peubah bebas dengan rangking peubah tidak bebas
i = nomor responden 1,2,3 ….n Rs = I - 6
∑di
2
n
3
-n
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Pemotong Ayam
Sebagian besar pemotong ayam di Jakarta Timur berumur di bawah 50 tahun 79.3 dengan rincian umur 30-40 tahun sebanyak 28.9 dan umur 40-50 tahun
sebanyak 50.4. Sebanyak 20.7 pemotong ayam di Jakarta Timur berumur ≥50
tahun. Hampir semua pemotong ayam di Jakarta Timur berpendidikan minimum SLTP
94.0 dengan rincian pendidikan SLTP sebesar 52.2 dan SLTA sebesar 41.8. Hanya sebagian kecil pemotongan ayam berlatar belakang pendidikan SD 6.0.
Berdasarkan lama pengalaman usaha, sebagian besar pemotong ayam di Jakarta Timur telah menjalankan usahanya lebih dari 6 tahun 87.9 dengan rincian
pengalaman 6-10 tahun sebesar 40.2 dan pengalaman 10 tahun sebesar 47.7. Hanya sebagian kecil pemotong ayam memiliki pengalaman usaha di bawah 6 tahun 12. 1.
Sebagian besar pendapatan per bulan pemotong ayam di Jakarta Timur berkisar antara 500 000 dan 3 000 000 88.1 dengan rincian pendapatan 500 000-1 juta
sebesar 26.1, 1 juta-1.5 juta sebesar 23.1, 1.5 juta-2_juta sebesar 17.2, dan 2 juta-3 juta 21.6. Hanya sebagian kecil pemotong ayam yang memiliki pendapatan per
bulan di bawah 500 000 9.7 dan di atas 3.000.000 2.2. Berdasarkan skala usaha pemotongan ayam, umumnya pemotong ayam di Jakarta
Timur memotong antara ≤50 dan 200 ekor per hari 96.2 dengan rincian pemotongan
≤50 ekor per hari sebesar 32.8, 50-100 ekor per hari sebesar 43.3, dan 100- 200 ekor per hari sebesar 20.1. Sebagian kecil skala usaha pemotong ayam di
Jakarta Timur 200 ekorhari 3.7. Secara rinci distribusi umur, tingkat pendidikan, lama pengalaman usaha, pendapatan, dan skala usaha dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi pemotong ayam berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan, skala usaha di Kota Administrasi JakartaTimur
karakteristik Jumlah Presentasi
Umur 28.9
≥ 30 – 40 tahun 35
50.4 ≥ 40 – 50 tahun
61 20.7
≥ 50 tahun 25
Tingkat pendidikan
SD 8 6.0
SLTP 70 52.2
SLTA 56 41.8
Pengalaman Usaha
1 – 5 tahun 16
12.1 6 – 10 tahun
53 40.2
10 tahun 63
47.7
Pendapatan
≥500.000 13 9.7
500.000 – 1.5 juta 35
26.1 1 juta – 1.5 juta
31 23.1
1.5 juta – 2 juta 23
17.2 2juta – 3 juta
29 21.6
Juta – 3.5 juta 3
2.3
Skala usaha
≤50 ekor hari 44
32.8 50 – 100 ekorhari
58 43.3
100 – 200 ekor hari 27
20.1 200 elor hari
5 3.8
4.1.1. Hasil pengamatan menunjukkan, tidak terdapat hubungan antara umur responden pemotong ayam dengan profil tempat pemotongan ayam. Nilai korelasi r sebesar
0.082. Hasil ini memberikan indikasi tidak terdapat kecenderungan kuat bahwa semakin tinggi usia responden pemotong ayam sernakin baik sikap mereka terhadap pengelolaan
tempat pemotongan ayam. Sebagaimana pendapat Betting Haus Halim, 1992:17, terdapat perbedaan diantara individu yang berbeda usia.
4.1.2. Nilai korelasi antara tingkat pendidikan responden peternak terhadap pengelolaan tempat pemotongan ayamnya diperoleh sebesar -0.130. Secara statistik nilai korelasi ini
tidak signifikans. Dengan hasil ini tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan responden pengelolaan tempat pemotongan ayarn. Pendidikan merupakan faktor penting dalam
menetukan kemampuan usaha seseorang. 4.1.3. Hasil pengamatan rnemperlihatkan pengalaman usaha diperoleh korelasi positip
yang signifikans sebesar 0.210. Dengan kata lain, terdapat kecenderun-an semakin tinggi pengalaman berusaha responden pemotong ayam sernakin baik dalam mengelola usahanya.
4.1.4. Tingkat pendapatan mcmpunyai korelasi r 0.204, memberikan hasil yangg signifikans. Dengan kata lain. Tingkat pendapatan merupakan variabel yang secara nyata
dapat menunjukkan semakin tinngi pendapatan semakin baik responden pemotong ayarn dalam mengelola tempat pemotongan ayam. 4.1.5. Nilai korelasi skala usaha 0.053,
tergolong rendah. hujuan berusaha mencerminkan tingkat ketergantungan ekonomik responden pernotong ayarn terhadap kegiatan tempat pernotongan ayarnnya. Skala usaha
dapat menimbulkan motivasi dalam pengelolaan kegiatan usaha tempet pemotonganayam. 4.1.5. Skala usaha menunjukkan tidak ada assosiasi yang nyata terhadap profil tempat
pemotongan ayam. Ini memperlihatkan bahwa profil tempat pemotongan ayam tidak akan dapat dipengaruhi dengan karakteristik usaha. Dengan pengertian skala usaha pemotongan
200 ekor per hari tidak menunjukkan tempat , pemotongan ayam memenuhi karakteristik baik.
4.2 Pengetahuan Pemotong Ayam