12
2.6 Etanol
Alkohol seperti metanol dan etanol yang paling sering digunakan. Meskipun penggunaan alkohol yang berbeda menyajikan beberapa perbedaan berkaitan dengan
kinetika reaksi, hasil akhir dari ester tetap kurang lebih sama. Oleh karena itu, pemilihan alkohol berdasarkan biaya dan pertimbangan kinerja. Etanol dapat
diproduksi dari sumber daya pertanian terbarukan. Selain itu, etanol sebagai pelarut ekstraksi lebih baik daripada metanol karena daya melarutkan yang jauh lebih tinggi
untuk minyak [18]. Oleh karena itu, menghasilkan etil ester daripada metil ester lebih menarik karena selain sifat pertanian alami etanol, atom karbon tambahan yang
disediakan oleh molekul etanol sedikit meningkatkan kandungan panas dan angka setana. Dari sudut pandang lingkungan, pemanfaatan etil ester juga lebih
menguntungkan daripada pemanfaatan metil ester [30].
2.7 Potensi Ekonomi Biodiesel dari CPO
Produksi CPO di Indonesia yang meningkat setiap tahunnya membuat Indonesia sangat berpotensi untuk memproduksi biodiesel. Indonesia merupakan
salah satu produsen CPO terbesar di dunia dengan kapasitas produksi sebesar 30 juta ton pada tahun 2015. Produksi CPO yang sangat besar di Indonesia membuat CPO
sangat diharapkan untuk dapat menjadi sumber bahan baku utama dalam pembuatan biodiesel. Sangat disayangkan jika Indonesia mengimpor biodiesel sementara
Indonesia memiliki sumber bahan baku biodiesel yang sangat banyak. Biodiesel memainkan peran penting dalam sektor energi di Indonesia. Penggunaan energi di
Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pemanfaatan energi yang kurang baik. Penggunaan biodiesel di Indonesia diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai potensi ekonomi biodiesel
dari CPO. Dalam hal ini akan dilakukan kajian potensi ekonomi yang sederhana. Perlu diketahui harga bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biodiesel yang
juga mempengaruhi harga jual biodiesel. Berikut harga komersial bahan baku CPO dan harga jual biodiesel.
Harga CPO = Rp 7000 liter [46]
Harga Biodiesel = Rp 9200 liter [47]
Universitas Sumatera Utara
13 Terlihat bahwa harga jual CPO dan harga jual biodiesel tidak berbeda jauh
tanpa mengaitkan biaya produksi. Dengan perbedaan harga jual yang tidak terlalu jauh, pembuatan biodiesel terlihat tidak ekonomis. Namun, sejak tahun 2013,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 252013 yang menghimbau masyarakat untuk menggunakan bahan bakar nabati biofuel. Dari
peraturan tersebut maka pemanfaatan bahan bakar nabati semakin diperluas dan ditingkatkan dengan tujuan agar mengurangi Indonesia untuk mengimpor bahan
bakar minyak BBM. Ini dapat menghemat devisa negara serta berdampak baik pada ketahanan energi nasional. Pemerintah juga mewajibkan badan usaha untuk
melakukan pencampuran bahan bakar nabati ke dalam bahan bakar minyak transportasi. Saat ini campuran nabati untuk BBM diwajibkan harus 10, meningkat
dibandingkan peraturan awal yang mewajibkan 5 saja dan pada tahun 2016 diharapkan menjadi 20.
Pengembangan BBN menargetkan biodiesel mensubstitusi 15 konsumsi solar pada tahun 2015. Produksi biodiesel Indonesia dalam lima tahun terakhir
2009-2014 terus meningkat dengan laju pertumbuhan rata rata 49,8 per tahun, dari 412,98 ribu ton ditahun 2009 menjadi 2,58 juta ton ditahun 2013. Demikian pula
dengan ekspor selama periode tersebut, pada tahun 2009 ekspor biodiesel sebesar 309,15 ribu ton dengan nilai US 199,6 juta, namun ditahun 2013 ekspornya telah
mencapai 1,69 juta ton dengan nilai US 1,41 milyar. Oleh karena itu, perluasan pemakaian biodiesel untuk menstubtitusi konsumsi
solar semakin ditingkatkan. Harga jual biodiesel dapat fleksibel sesuai dengan biaya produksi dan bahan baku. Produksi biodiesel berpeluang besar menjadi industri yang
berkembang pesat sehingga produksi biodiesel menggunakan bahan baku CPO tetap menguntungkan dimana dapat mengurangi ketergantungan bagi Indonesia untuk
mengimpor bahan bakar minyak, bahkan Indonesia dapat menjadi pengekspor biodiesel terbesar di dunia.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN