Prosedur Sakarifikasi dengan pemanasan Prosedur Sakarifikasi dengan Starter Aspergillus awamori Nakaz.

tersebut dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121 C pada tekanan 15 psi selama 15 menit. Setelah dingin, ditambahkan 10 ml larutan kultur Aspergillus awamori Nakaz. dan dihomogenkan dengan pengadukan kemudian larutan starter tersebut diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 hari 48 jam agar siap untuk dipergunakan dalam fermentasi Anonim, 2008; Toyama dan Koshin, 1967.

3.2.3. Penyiapan sampel

Sampel ubi kayu diambil bagian umbinya lalu dikupas dan dibersihkan dari kotoran berupa tanah dan serpihan lain yang melekat. Ubi kayu yang telah dibersihkan kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dengan ukuran panjang 15 cm. Ubi kayu yang telah dipotong lalu dihaluskan dengan diparut sehingga diperoleh massa yang halus seperti bubur.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Prosedur Sakarifikasi dengan pemanasan

Sampel yang telah dihaluskan berupa bubur ubi kayu kemudian dimasukkan ke dalam panci. Sampel dalam panci ditambahkan dengan air dengan perbandingan volume 4 : 1 dengan jumlah bubur ubi kayu yang dipergunakan sehingga untuk 1,5 kg sampel ubi kayu yang dipergunakan ditambahkan air hingga 6 liter. Kemudian setelah diaduk hingga homogen, bubur ubi kayu dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit dengan pengadukan konstan selama pemanasan. Setelah 30 menit dididihkan, ditambahkan lagi sejumlah air ke dalam panci untuk mencukupkan kembali air yang hilang akibat pemanasan sebelumnya lalu diaduk kembali hingga merata dan dibiarkan hingga dingin. Universitas Sumatera Utara

3.3.2. Prosedur Sakarifikasi dengan Starter Aspergillus awamori Nakaz.

Sampel yang telah dihaluskan berupa bubur ubi kayu kemudian dimasukkan ke dalam panci. Sampel dalam panci ditambahkan dengan air dengan perbandingan volume 4 : 1 dengan jumlah bubur ubi kayu yang dipergunakan sehingga untuk 1,5 kg sampel ubi kayu yang dipergunakan ditambahkan air hingga 6 liter. Kemudian setelah diaduk hingga homogen, bubur ubi kayu dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit dengan pengadukan konstan selama pemanasan. Setelah 30 menit dididihkan ditambahkan lagi sejumlah air ke dalam panci untuk mencukupkan kembali air yang hilang akibat pemanasan sebelumnya lalu diaduk kembali hingga merata dan dibiarkan hingga dingin. Setelah bubur ubi kayu dingin, dimasukkan starter Aspergillus awamori Nakaz. sebanyak 600 ml 10 dari total volume bubur ubi kayu dan dilakukan pengadukan agar starter dan bubur ubi kayu tercampur homogen lalu bubur ubi kayu dibiarkan selama 3 jam dengan pengadukan setiap 30 menitnya. 3.3.3. Prosedur fermentasi Ragi Saccharomyces cerevisiae Hansen. yang akan dipergunakan dalam fermentasi ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 30 gram untuk 6 liter bubur ubi kayu jumlah ragi yang dipergunakan adalah 0,5 bv dari jumlah bubur ubi kayu yang akan difermentasi Hidayat N., dkk. 2006. Ragi yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dalam 100 ml air hangat ±40 C dan diaduk selama lima menit sebelum digunakan dengan tujuan untuk mengaktifkan ragi tersebut. Kemudian ke dalam 6 liter bubur ubi kayu yang telah dingin ditambahkan ragi yang telah diaktifkan dan diaduk hingga merata, lalu diuji pH bubur ubi Universitas Sumatera Utara tersebut pH fermentasi = 5 dan selanjutnya bubur ubi tersebut dibagi ke dalam enam wadah, masing-masing wadah sebanyak 1 liter bubur ubi kapasitas wadah fermentasi 1,5 liter. Proses fermentasi dilakukan dengan variasi waktu fermentasi yang berbeda untuk tiap wadah mulai dari wadah 1 selama 2 hari, wadah 2 selama 3 hari, wadah 3 selama 4 hari, wadah 4 selama 5 hari, wadah 5 selama 6 hari dan wadah 6 selama 7 hari yang bertujuan untuk melihat perbedaan jumlah hasil bioetanol yang akan diperoleh nantinya. Setelah difermentasi, dilakukan filtrasi dengan menggunakan saringan dan filtrat yang diperoleh kemudian didestilasi agar diperoleh etanol yang lebih murni dan tinggi kadarnya. Perlakuan diatas dilakukan kembali sebanyak 2 kali sehingga terdapat 3 kali total perlakuan yang serupa dengan tujuan agar diperoleh data yang lebih akurat. 3.3.4. Prosedur Pemurnian Biotanol 3.3.4.1. Destilasi

Dokumen yang terkait

Daya Terima Beras Analog Dari Tepung Ubi Kayu Sebagai Pangan Pokok Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupate Dairi Tahun 2014

1 70 88

Karakteristik Fisikokimia Pati Umbi Keladi Sebaring (Alocasia macrorhiza) yang Dimodifikasi dengan Metode Asetilasi dan Aplikasinya pada Produk Mi Kering

1 96 107

Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase (Gpx) dan Histopatologi Hepar Mencit (Mus musculus L.) yang Diberi Perlakuan Latihan Fisik Maksimal

0 59 147

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

5 67 57

Identifikasi Dan Inventarisasi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) Di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

4 73 46

Analisa Sistem Usahatani Kombinasi Ubi Kayu Dan Pembesaran Ayam Buras

0 37 66

Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat Sebagai Insektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi

32 166 52

Pengembangan Alternatif Teknologi Bioproses Pembuatan Bioetanol Dari Ubi Kayu Menggunakan Trichoderma viride, Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae

1 6 104

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl.) DAN KULIT NANAS PADA PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN Aspergillus niger

0 5 45