21
4. aspek ruang dan waktu Aspek ruang dan waktu tidaklah dimaksudkan sebagai pembatasan perencana
dalam membuat perencanaan. Melainkan bertujuan untuk mengarahkan perencana dalam membuat rencana agar mencakup berbagai bidang lingkunan seperti sosial,
budaya, ekonomi. Bahkan termasuk didalamnya harus mencakup bidang fisik seperti tata letak ruang, tata guna lahan, kondisi tanah hingga kualitas lingkungan udara dan
air.
2.7 Perencanaan Darurat
Keinginan daerah atau bangsa untuk mencapai pembangunan dan tingkat pertumbuhan yang tinggi sangat bergantung pada konsep perencanaannya.
Perencanaan dikatakan baik bilamana mencakup semua sektor dengan tingkat kelayakan dalam berbagai kondisi. Artinya perencanaan tidak hanya bersifat
menciptakan hal baru progress, namun juga harus bersifat antisipatif, seperti munculnya bencana yang unpredictable. Sehingga menjadi penting pertimbangan
darurat dalam perencanaan. Menurut Radjiman 2007:3 perencanaan darurat emergency planning dalam
konteks pembangunan daerah didefinisikan sebagai aksi-aksi yang diambil daerah untuk melindungi masyarakatnya dan aset-aset daerah, dari ancaman yang tercipta
oleh kemungkinan bencana alam natural disaster dan bencana buatan manusia man made disaster.
22
Secara skematik model perencanaan darurat dalam konteks perencanaan pembangunan daerah dapat digambarkan dengan jelas, dalam Gambar 2.2.
Perencanaan Konvensional Kriteria Perencanaan
Karakter wilayah
dikelola cermat
Tujuan lingkup pengembangan
perencanaan
Implikasi perencanaan darurat yang berkelanjutan
Pertimbangan bencanakondisi darurat
+ antisipasi → Untuk
menjaga keharmonisan wilayah
Strategi Perencanaan Wilayah Implementasi +
Pengendalian Program
Perencanaan wilayah yang aman
bencana perncanaan darurat
Sumber: Radjiman, G. 2007:10
Gambar 2.2 Skema Perencanaan Darurat
2.8 Participatory Planning
Tuntutan perencanaan dewasa ini adalah adanya peran aktif para stakeholder dalam penentuan kebijakan dan strategi pembangunan. Dengan kata lain terjadi
pergeseran dari pola perencanaan yang sentralistik top-down menuju pola perencanaan yang partisipatif bottom-up. Abe 2001:114 mendefinisikan
perencanaan partisipatif participatory planning sebagai perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Abe 2002 melihat adanya dampak positif dari perencanaan yang melibatkan banyak kalangan yaitu:
23
1. Terhindar dari peluang adanya manipulasi keterlibatan rakyat akan memperjelas apa sebetulnya dikehendaki masyarakat;
2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin banyak yang terlibat semakin baik;
3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat. Secara teknis mekanisme partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang
kotawilayah dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Sumber: Warta Kebijakan, 2002
Gambar 2.3 Alur mekanisme pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam partisipatoy planning
2.9 Sustainability Planning