Issu Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Panti Pascabencana Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perubahan Fungsi Lahan

48 26 dan SD non dispendik sebanyak 13, SLTP dispendik 2 dan SLTP non dispendik sebanyak 6 sekolah. Tingkat SMU hanya disediakan SMU non dispendik dengan jumlah 4 sekolah. Fasilitas sosial lainnya adalah fasilitas kesehatan dan peribadatan. Jumlah saranafasilitas kesehatan menurut data Puskesmas 2005 terdapat 1 puskesmas, 3 puskesmas pembantu, 5 polides, dan posyandu sebanyak 70. Fasilitas peribadatan yang ada di Kecamatan Panti hanya dua, masjid dan vihara. Mengingat mayoritas masyarakat Panti adalah muslim, maka masjid dan musholla merupakan fasilitas peribadatan yang paling banyak dijumpai di wilayah ini. Dan juga terdapat 33 pondok pesantren dengan jumlah santri sebanyak 1.835 orang santri. Fasilitas sosial lain yang turut menunjang perekonomian daerah meliputi KUD, koperasi, dan Bank.

4.2 Issu Penataan Ruang Wilayah Kecamatan Panti Pascabencana

Ada beberapa issu penataan ruang wilayah Kecamatan Panti Kabupaten Jember yang diekstrak dari kondisi pascabencana banjir bandang dan tanah longsor dan beberapa peraturan serta kebijakan daerah yang diberlakukan. Pemetaan issu ini dijadikan pembuka kondisi eksisting Kecamatan Panti pascabencana. Selanjutnya dari hal tersebut akan dijawab dalam analisa kebijakan perubahan penataan ruang berikut rekomendasi model yang berdasarkan analisa ekspert. Issu tersebut adalah :

a. Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Issu degradasi kualitas lingkungan sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dan tidak terencana dengan baik perlu segera diatasi. Eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan ini terjadi di kawasan perbatasan dan di pegunungan Argopuro. Penurunan kualitas lingkungan ini terjadi akibat penebangan hutan secara liar illegal logging dan pengambilan hasil hutan lainnya. Selain hal di atas, degradasi kualitas lingkungan ini diakibatkan oleh maraknya konversi lahan lindung menjadi lahan budidaya tanam rakyat yang tidak terkendali dan terbukanya lahan-lahan eks tebangan yang belum ditanami dan menjadi lahan- 49 lahan kritis. Hal ini semua pada gilirannya akan mengurangi potensi sumber daya alam Kecamatan Panti khusunya dan Kabupaten Jember pada umumnya.

b. Perubahan Fungsi Lahan

Masyarakat Panti sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini yang paling dominan adalah sektor pertanian dan perkebunan. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan dua sektor tersebut, pertanian dan perkebunan, telah menjadi tombak kehidupan masyarakat Panti. Ketergantungan masyarakat pun akhirnya terjadi pada dua sektor ini. Namun demikian karena wilayah Panti, khususnya desa Kemiri dan sebagian dusun Desa Suci, notabene berkontur bukit, ketergantungan akan pertanian menjadi masalah. Banyak lahan yang beralih fungsi, dari yang semula termasuk daerah aliran sungai berubah menjadi area tanam padi. Beberapa kawasan lindung pun sudah banyak yang berubah menjadi kawasan budi daya. Selain itu juga bergantinya jenis tanaman. Tanah yang seharusnya ditanami tanaman tahunan digantikan dengan tanaman musiman. Memang kondisi sebagaimana disebutkan di atas berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas pada kedua sektor tersebut. Namun berbagai perubahan yang ada juga menjadikan perubahan ketahanan alam. Area yang sebenarnya berfungsi sebagai penahan barrier ketika ada hujan tak lagi bisa menahan derasnya aliran air dari lereng gunung. Erosi pun semakin sulit untuk dihidari.

c. Area Relokasi Rawan Bencana