23
1. Terhindar dari peluang adanya manipulasi keterlibatan rakyat akan memperjelas apa sebetulnya dikehendaki masyarakat;
2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin banyak yang terlibat semakin baik;
3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat. Secara teknis mekanisme partisipasi masyarakat dalam perencanaan tata ruang
kotawilayah dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Sumber: Warta Kebijakan, 2002
Gambar 2.3 Alur mekanisme pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam partisipatoy planning
2.9 Sustainability Planning
Pearce dan Barbier dalam Sugandhy, 2002, menyebutkan bahwa maksud perencanaan berkelanjutan adalah untuk memastikan bahwa dengan upaya
pembangunan, kesejahteraan generasi mendatang paling tidak akan mempunyai potensi dan peluang ekonomi dan stok kapital baik sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan sama dengan peluang yang diperoleh generasi
sekarang.
Sustainability planning bukan hanya terkait dengan faktor lingkungan, ekonomi, bahkan yang lebih penting lagi adalah terselenggaranya sebuah integrasi
24
sosial melalui pembaruan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang didalamnya memberikan wadah partisipasi bagi masyarakat.
2.10 Strategic Planning
Perencanaan strategis mempunyai karakter, lebih proaktif berdasar konsensus stakeholders mendasarkan diri pada kekuatan dan kelemahan yang ada untuk
memanfaatkan peluang dengan mengantisipasi ancaman, berfokus pada beberapa isu strategis saja, dan berorientasi ke implementasi Djunaedi, tanpa tahun.
Isu-isu strategis muncul dari konflik antar tiga faktor esensial, yaitu: 1 tujuan kebijakan kabupaten hal-hal yang kabupaten ingin mencapainya, dalam
arti layanan, keuangan, atau sasaran-sasaran manajemen 2 mandat penugasan pelayanan hal-hal yang harus dilakukan menurut peraturan
perundang-undangan 3 kecenderungan dalam lingkungan perubahan nyata dan dirasakan dalam hal
kependudukan, ekonomi, sosial-politik, kebutuhan layanan, dan sebagainya.
Sumber: Kemp, dalam Djunaedi, tanpa tahun
Gambar 2.4 Skema faktor esensial yang mempengaruhi isu-isu strategis
25
2.11 Konsep Bencana
Dalam buku Disaster Management–A Disaster Manager’s Handbook yang ditulis oleh Carter, bencana didefinisikan sebagai suatu kejadian, alam atau buatan
manusia, tiba-tiba atau progesive, yang menimbulkan dampak yang dasyat hebat sehingga komunitas masyarakat yang terkena atau terpengaruh harus merespon
dengan tindakan-tindakan luar biasa Kodoatie Sjarief, 2006:67. Definisi lain tentang bencana disaster, diambil dari naskah Akademik RUU Tentang Penanganan
Bencana Panja Komisi VIII DPR RI, 2005, adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada
kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumber data-
sumber data sendiri. Namun demikian, Carter dalam Kodoatie Sjarief, 2006:67, menerangkan
beberapa definisi cenderung merefleksikan karakteristk berikut ini: 1. Gangguan atau kekacauan pada pola normal kehidupan. Gangguan atau
kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba, tidak disangka, dan wilayah cakupannya cukup luas.
2. Dampak ke manusia seperti kehilangan jiwa, luka-luka, dan kerugian harta benda 3. Dampak ke penduduk utama struktur sosial dan ekonomi seperti kerusakan
infrastruktur: sistem jalan, sistem air bersih, listrik, komunikasi, dan pelayanan fasilitas penting lainnya.
Dari uraian tersebut, bencana dan penyebabnya serta pengelolaannya secara sederhana dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.5.
26
Sumber: Kodoatie Sjarief, 2006
Gambar 2.5 Diagram sederhana kejadian bencana
2.12 Disaster Management