Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul
“FUNGSI LEGISLASI DPRD Suatu Kajian Fungsi Legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009
– 2014.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanakan Fungsi Legislasi DPRD Provinsi Sumatera
Utara periode 2009 – 2014?
2. Apakah sajakah faktor yang menjadi penghambat dan pendukung Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan Fungsi Legislasi pada periode 2009
– 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan fungsi legislasi dalam
pembentukan Peraturan Daerah yang dilaksanakan oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009
– 2014. 2.
Untuk mengetahui secara jelas faktor penghambat dan pendukung bagi DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009
– 2014 dalam melaksanakan fungsi legislasinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan fungsi legislasi yang
dilaksanakan oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009 –
2014. 2.
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai pembentukan Perda.
3. Menjadi bahan pembelajaran bagi praktisi hukum dan kalangan
masyarakat luas yang ingin mengetahui tentang Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam pembentukan Peraturan Daerah
di Provinsi Sumatera Utara 4.
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang hukum pada umumnya dan ilmu Hukum Tata Negara pada khususnya.
D.
Keaslian Penulisan
Bahwa skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara” merupakan hasil karya dan ide sendiri dari penulis. Dan
sudah ditelusuri dan diketahui di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan dengan judul di atas belum pernah ditulis dalam skripsi.
Pernyataan ini dibuktikan oleh hasil uji bersih oleh perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas
Hukum USU pada tanggal 16 Februari 2015. Dalam penulisan ini, penulis akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan pembaca kepada fungsi legislasi yang dilaksanakan oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara pada periode 2009
– 2014.
E.
Tinjauan Kepustakaan 1. Pembagian Kekuasaan
Pembagian kekuasaan sebagaimana yang dikenal sekarang merupakan pengembangan atau reformasi dari teori “pemisahan kekuasaan”,
19
dalam bahasa Indonesia dimaknai
separation of power
dimulai dari pemahaman atas teori Trias Politica Monstequieu.
20
Monstequieu menyatakan dalam teori Trias Politica bahwa kekuasaan negara harus dibagi
– bagi dalam tiga kekuasaan yang terpisah – pisah
la separation des pouvoirs
= pemisahan kekuasaan – kekuasaan . Ketiga
kekuasaan itu ialah :
Kekuasaan membentuk undang – undang legislatif,
Kekuasaan menjalankan undang
– undang eksekutif,
Kekuasaan mengadili pelanggaran – pelanggaran terhadap undang –
undang yudikatif.
21
Dari pandangan Monstequieu tersebut memberikan pemahaman bahwa pemisahan kekuasaan bertujuan agar penguasa atau pemerintah dalam
menjalankan tugas dan fungsi – fungsi pemerintahan untuk menghindari tindakan
19
Arsyad Mawardi, Pengawasan Keseimbangan antara DPR dan Presiden Dalam Sistem Ketatanegaraan RI,
Semarang : RaSAIL, 2013, hal.67
20
Saldi Isra, Op.cit, hal.76
21
M.Solly lubis., Op.cit, hal.55
Universitas Sumatera Utara
sewenang – wenang, menjamin hak-hak warga negara, dan memberikan ruang
gerak terhadap pelaksanaan prinsip kebebasan dan kemerdekaan.
22
Berbeda dengan Montesquieu, John Locke mengemukakan bahwa kekuasaan negara harus dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu :
Kekuasaan legislatif,
Keuasaan eksekutif, dan
Kekuasaan federatif federatif disebutnya :
federative power of the commomwealth
, yang masing – masing terpisah yang satu dari yang lain.
Berdasarkan pembagian kekuasaan di atas, Jhon Locke menerangkan bahwa kekuasaan legislatif meliputi wewenang membuat peraturan, kekuasaan eksekutif
meliputi wewenang mempertahankan peraturan serta mengadili perkara Jhon Locke melihat wewenang mengadili itu suatu uitvoering pelaksanaan, dan
kekuasaan federatif meliputi wewenang - wewenang yang tidak termasuk pada kekuasaan legislatif dan eksekutif. Hubungan dengan luar negeri termasuk
kekuasaan federatif.
23
Apabila pendapat John Locke dan Montesquieu dibandingkan, maka akan tampak perbedaan konsep yaitu : Locke berpendapat bahwa kekuasaan eksekutif
merupakan kekuasaan yang mencakup kekuasaan yudisial, dikarenakan kekuasaan federatif merupakan kekuasaan yang berdiri sendiri. Sedangkan Montesquieu
yang menyatakan, bahwa kekuasaan eksekutif mencakup kekuasaan federatif karena melaksanakan hubungan luar negeri adalah termasuk kekuasaan eksekutif,
dan kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan yang terpisah dari eksekutif yang
22
Arsyad Mawardi., Op.cit, hal.67
23
M.Solly lubis., Op.cit, hal.57
Universitas Sumatera Utara
berdiri sendiri.
24
Dari kedua pendapat tersebut juga memiliki persamaan, yakni kedua-duanya sama-sama dilatarbelakangi atas kepedulian dan perlawanan
terhadap praktik Raja atau penguasa yang absolut.
25
Pembagian kekuasaan merupakan salah satu usaha untuk membatasi kekuasaan pemerintah dalam negara hukum.
26
Melalui pembagian kekuasaan, maka lembaga - lembaga negara akan melakukan tugas dan wewenang sesuai
dengan ketentuan konstitusi, dengan demikian menjadi jelas batas tugas dan kewenangan.
27
Kekuasaan harus dilakukan berdasarkan dan wewenang dari ketentuan hukum yang didasarkan kepada teori sistem pemerintahan sehingga
menjadi jelas batas tugas dan wewenang dari masing – masing cabang
pemerintahan dan sekaligus menjadi tolak ukur pertangungjawabannya.
28
Pembagian tugas dan wewenang yang dimaksud dalam bagian ini, ialah pembagian tugas pemerintahan meliputi : wewenang legislatif, wewenang
eksekutif, dan wewenang yudikatif.
29
Ada dua jenis pembagian kekuasaan yang dikenal dalam praktik ketatanegaraan di banyak negara yaitu : pembagian secara horizontal dan
pembagian secara vertikal.
30
Pembagian kekuasaan secara vertikal adalah : “ Pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud ialah
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan.”
31
Pembagian
24
Arsyad Mawardi., Op.cit, hal.26
25
Ibid.,hal.70
26
Ibid.,hal.25
27
Ibid.,
28
Ibid., hal. 67
29
M.Solly lubis., Op.cit, hal.54
30
Juanda, Op.cit , hal.36
31
Prof.Miriam Budiardjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT.Ikrar Mandiriabadi,
2010, hal.267
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan secara vertikal ini dapat disebut pembagian karena bentuk negara atau pembagian secara teritorial. Sedangkan pembagian kekuasaan secara horizontal
adalah : “Pembagian yang menunjukkan perbedaan antara fungsi – fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal
dengan Trias Politika atau pembagian kekuasaan
division of powers
.”
32
Sistem baru yang dianut oleh Indonesia dalam UUD 1945 pasca perubahan keempat adalah sistem pemisahan kekuasaan berdasarkan prinsip
checks and balances atau
keseimbangan dan saling mengawasi diantara lembaga – lembaga
negara.
33
Akan tetapi, istilah “pembagian” itu tetap dipergunakan dalam UUD 1945 pada Pasal 18 ayat 1 UUD 1945 dalam konteks pengertian pembagian
yang bersifat vertikal atau
territorial division of power
.
34
Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupatenkota.
Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupatenkota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat
dalam bidang administrasi dan kewilayahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom
provinsi dan kabupatenkota untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya. Pemerintah daerah yang dimaksud menerima
32
Ibid., hal.267
33
Jimlly Asshiddiqie, Op.cit , hal.24
34
Ibid., hal.25
Universitas Sumatera Utara
kewenangan dari pemerintah pusat terdiri atas Kepala Daerah dan DPRD. Keberadaan DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dan sebagai
lembaga legislatif daerah merupakan perwujudan atau berakar dari adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan.
2. Desentralisasi Pemerintahan
Istilah desentralisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu “de = lepa
s dan “
centerum
” = pusat. Berdasarkan peristilahannya desentralisasi adalah melepaskan dari pusat.
35
Ada beberapa definisi desentralisasi menurut para ahli, diantaranya ialah ;
1. Philipus M. Hadjon mengemukakan dalam buku Titik Triwulan Tutik bahwa :
“Desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan tidak
semata-mata dilakukan oleh Penterintah Pusat, melainkan dilakukan juga oleh satuan-satuan pemerintahan yang lebih
rendah, baik dalam bentuk satuan teritorial maupun fungsional. Satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah
diserahi dan dibiarkan mengatur dan dibiarkan mengatur
dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan.”
36
2. Bagir
Manan memberikan gambaran mengenai desentrlisasi, yaitu : “Desentralisasi adalah bentuk dari susunan organisasi negara yang terdiri dari
satuan – satuan Pemerintah Pusat dan satuan pemerintahaih yang lebih rendah
yang dibentuk baik berdasarkan teritorial atau fungsi pemerintahan tertentu.”
37
3. Selain dari definisi di atas, ada juga definisi desentralisasi dari segi politik,
yaitu menurut Henry Maddick, desentralisasi ialah mencakup proses dekonsentrasi dan devolusi, merupakan pengalihan kekuasaan secara hukum
35
Juanda., Op.cit, hal.21
36
Titik Triwulan Tutik., Op.cit, hal.250
37
B.Hestu Cipto Handoyo dan Y.Theresianti.S, Dasar – Dasar Hukum Tata Negara
Indonesia, Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogjakarta, 2000, hal.88
Universitas Sumatera Utara
untuk melaksanakan fungsi yang spesifik maupun residual yang menjadi kewena
ngan pemerintah daerah.”
38
Desentralisasi dalam arti ketatanegaraan adalah pelimpahan kekuasaan pemerintahan dari pusat kepada daerah
– daerah, yang mengurus rumah tangga nya sendiri daerah
– daerah otonomi.
39
Di Indonesia penjelasan mengenai arti desentralisasi dapat di lihat dalam Undang
– Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 angka 7, yang berbunyi : “desentralisasi
adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.” Dari beberapa definisi diatas penulis menarik kesimpulan desentralisasi ialah penyerahan sebagian wewenang atau urusan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom untuk mengurusi pemerintahannya sendiri.
Desentralisasi pada dasarnya terjadi karena sentralisasi melalui asas dekonsentrasi tidak dapat melaksanakan tugas pemerintahan secara baik dalam
mewujudkan pemerintahan masing – masing yang demokratis.
40
Desentralisasi dibagi menjadi dua yaitu desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional. Desentralisasai teritorial ialah penyerahan urusan
pemerintahan pelimpahan wewenang untuk menyelenggarkan suatu urusan pemerintahan dari Pemerintahan Pusat kepada badan yang bersifat kewilayahan
teritorial, sedangkan desentralisasi fungsional ialah penyerahan urusan pemerintahan pelimpahan wewenang untuk menyelenggarkan suatu urusan
38
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung : Nusa Media, 2012 , hal.62
39
Juanda., Op.cit ,hal.119
40
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.249
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan dari Pemerintahan Pusat kepada badan fungsional tertentu, menjelma dalam bentuk badan- badan yang didasarkan kepada tujuan-tujuan
tertentu.
41
Joeniarto mengemukakan tiga elemen pokok dalam desentralisasi yaitu : “
Pertama,
pembentukan organisasi pemerintahan daerah otonom,
kedua,
pembagian wilayah negara menjadi daerah otonom, dan
ketiga,
penyerahan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepada daerah
otonom”. Dengan kata lain, dalam proses desentralisasi adalah wewenang pemerintah pusat.
42
Tujuan desentralisasi adalah agar pemerintahan di daerah lebih disesuaikan dengan keadaan daerah masing- masing. Dalam rangka desentralisasi
dibentuklah daerah otonom.
43
3. Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan esensi pemerintahan desentralisai. Secara etimologi, istilah otonomi atau “autonomy” berasal dari penggalan dua kata
bahasa Yunani, yakni
autos
yang berarti sendiri dan
nomous
yang berarti hukum atau undang
– undang . Otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri
zelfwet
-
geving
.
44
Menurut Encyclopedia of Social Science, otonomi dalam pengertian orisinil adalah
the legal self sufficiency of social body and its actual independence
. Berdasarkan pengertian di atas, ada dua ciri hakikat dari otonomi
41
Hestu Cipto Handoyo dan Y.Theresianti.S., Op.cit, hal.90
42
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.252
43
Ibid.,
44
Ni’Matul Huda., Pemerintahan Daerah, Op.cit, hal.83
Universitas Sumatera Utara
yaitu
legal self
sufficiency dan
actual independence
.
45
Menurut Koesoemahatmadja, “otonomi selain mengandung arti perundangan
regeling
juga mengandung arti pemerintahan
bestuur
”.
46
Dalam perkembangannya, konsepsi otonomi daerah selain mengandung arti
zelfwetgeving
membuat perda- perda, juga utamanya mencakup
zelfbestuur
pemerintahan sendiri.
47
Kesimpulannya otonomi adalah tatanan yang bersangkutan dengan cara –
cara membagi wewenang, tugas dan tanggungjawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah.
48
Ada beberapa pengertian mengenai otonomi daerah ini, diantaranya sebagai berikut :
a. C.W. van der Pot memahami konsep otonomi daerah sebagai “
eigen huishouding
menjalankan rumah tangganya sendiri”.
49
b. Bagir Manan, merumuskan pengertian otonomi daerah adalah “kebebasan
dan kemandirian
vrijheid en zelfstandigheid
satuan pemerintahan yang lebih
rendah untuk
mengatur dan
mengurus sebagian
urusan pemerintahan”.
50
c. Menurut Undang – Undang No.32 Tahun 2004 pada Pasal 1 Angka 5,
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan keperntingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang
–
undangan”.
45
Juanda., Op.cit, hal.125
46
Ibid.,
47
Ni’Matul Huda., Pemerintahan Daerah, Op.cit, hal.83
48
Ibid.,hal.41
49
Ibid.,
50
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.255
Universitas Sumatera Utara
Dari pendapat para ahli dan peraturan perundang – undangan tersebut, dapat
diketahui bahwa otonomi daerah subsistem dari negara kesatuan dimana daerah –
daerahnya diberikan kemandirian dan kebebasan untuk mengatur daerahnya sendiri. Kemandirian itu adalah wujud dari pemberian kesempatan yang harus
dipertanggungjawabkan.
51
Otonomi daerah dalam penyelenggaraan dan pelaksanaannya memiliki prinsip. Adapun prinsip
– prinsip otonomi daerah adalah :
52
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan,
serta potensi
dan keanekaragaman daerah.
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggung jawab. c.
Pelaksanaan otonomi daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan
otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga teteap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antar daerah. e.
Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonom, sehingga dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi, demikian pula di kawasan-kawasan khusus
yang dibina oleh pemerintah atau pihak-pihak lain, seperti badan otoritas, kawasan industri, kawasan kehutanan, kawasan pertambangan, kawasan
pedesaan, kawasan kota, kawasasan wisata, dan semacam itu berlaku ketentuan daerah otonomi.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah
g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam
kedudukan sebagai
wilayah administrasi
untuk melaksanakan
kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
h. Pelaksanaan
asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
51
Juanda.,Op.cit, hal. 126
52
Ateng Syafrudin, Kapita Selekta Hakikat Otonomi Desentralisasi Dalam Pembangunan Daerah
, Yogyakarta : PT.Citra Media, 2006, hal.21
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia selain terkandung dalam UUD 1945 pada Pasal 18 ayat 2 dan Pasal 18 ayat 5, juga di
atur dalam Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam peraturan perundang – undangan di atas, menggunakan prinsip otonomi,
yaitu :
53
a. Otonomi seluas-luasnya, yaitu daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan-urusan pemerintahan kecuali yang menjadi urusan pemerintah pusat.
b. Otonomi
nyata, yaitu suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan harus dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban
yang telah ditetapkan sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. c.
Otonomi bertanggung jawab merupakan otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar – benar sejalan dengan tujuan pemberian
otonomi.
Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat daerah, partisipasi masyarakat,
,produktivitas masyarakat daerah sesuai dengan kondisi dan keunggulan daerah yang bertujuan meningkatan kesejahteraan rakyat guna mewujudkan efisiensi dan
efektivitas pemerintahan.
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidak-benaran dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesis.
54
Dalam rangka mencapai hasil yang
53
Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara Pengadilan Tata Usa Negara , Jakarta : Pustaka Yustisia, 2012, hal.63
54
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali pers, 2006, hal.7
Universitas Sumatera Utara
diharapkan serta kebenaran dari si penulis dapat dipertanggung jawabkan, maka untuk memperoleh data yang tepat dan ada relevansinya dengan pembahasan
skripsi ini serta menunjang masalah yang dibahas, maka metode penelitiannya adalah sebagai berikut.
1.
Metode Pendekatan Masalah
Metode pendekatan masalah yang digunakan adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada studi terhadap bahan-bahan
kepustakaan atau studi terhadap dokumen berupa peraturan tertulis dan bahan- bahan hukum lain.
55
Pendekatan Yuridis Normatif digunakan untuk mengkaji dan menganalisa masalah prosedur dan mekanisme proses pembentukan peraturan daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi
objek penelitian. Metode deskriptif analitis ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran, gejala dan peristiwa yang terjadi dan memaparkan obyek penelitian
berdasarkan kenyataan secara kronologis dan sistematis kemudian diadakan penganalisaan tentang realitas tersebut yang dihubungkan dengan peraturan
hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3.
Sumber Data
55
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Yurimetri, Jakarta: Gralia Indonesia, 1980, hal.9
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa sumber data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu :
a Studi Kepustakaan yang merupakan hasil penelitian bersumber dari data yang ada pada peraturan perundang-undangan yang terkait dan bahan buku-buku
hukum. b Studi Lapangan merupakan penunjang studi kepustakaan, yang diperoleh dari
proses wawancara dengan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara maupun file laporan yang berkaitan langsung dengan Fungsi Legislasi di DPRD
Provinsi SumatraUtara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis-jenis data yang terdiri
dari: 1
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi
yang kemudian diolah oleh peneliti. 2
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku- buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
laporan, skripsi atau makalah ilmiah, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut, dapat dibagi menjadi :
56
a Bahan Hukum Primer yaitu, bahan yang diteliti mengenai undang-undang
yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu: a.
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
56
Zainuddin Ali.,Op cit, hal.106
Universitas Sumatera Utara
b. Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan c.
Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d.
Undang – Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang
– Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; e.
Undang-Undang No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
f. Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan g.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah b
Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang tertuang didalam buku-buku, penelitian-penelitian, teori-teori hukum dan pendapat ahli yang dapat
dipertanggung jawabkan keilmiahannya yang terkait dengan objek penelitian ini.
c Bahan Hukum Tertier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan
hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
57
4.
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis dapat memanfaatkan data yang didapat dari sumber data, data tersebut kemudian dikumpulkan dengan metode sebagai
berikut:
57
Ibid., hal.106
Universitas Sumatera Utara
a Studi Dokumen
Melakukan pendataan terhadap bahan-bahan hukum yang didapat pada berkas-berkas program legislatif daerah Provinsi Sumatera Utara, produk hukum
seperti perda yang dikeluarkan di daerah Sumatera Utara. b
Wawancara interview
Wawancara interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak, yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian.
58
Wawancara yang dilakukan dengan wawancara terstruktur untuk menggali sebanyak-sebanyaknya informasi yang
diperoleh dari anggota DPRD. Alat instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah daftar wawancara yang
terstruktur
structured interview schedule
dengan pedoman wawancara
interview guide
yang disusun sebelumnya dengan pemilihan responden dilakukan secara
porpossive sampling
, yaitu pengambilan sample yang ditentukan oleh penulis sendiri yaitu sebanyak 6 enam orang yang terdiri dari ; 5 lima orang anggota
DPRD Periode 2009 – 2014 dan 1 satu orang kepala bagian kesekretariatan
DPRD Provinsi Sumatera Utara bidang hukum dan perundang – undangan.
Responden tersebut dipilih karena dianggap terkait untuk menunjang studi dokumen.
5.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian baik dari penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode
58
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach jilid II, Yogyakarta : Andi, 2004.hal.82.
Universitas Sumatera Utara
diskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh di lapangan maupun di perpustakaan,
disusun secara
sistematis setelah
diseleksi berdasarkan
permasalahan dan dilihat kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku, selanjutnya disimpulkan sehingga diperoleh jawaban permasalahan.
G.
Sistematika Penulisan
Dalam menulis karya ilmiah diperlukan penulisan yang sistematis. Adapun sistematika penulisan ini dibagi menjadi 4 empat bab yang dapat diuraikan
secara garis besar.
Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi pengantar yang menguraikan
mengenai latar belakang penulisan skripsi, permasalahan yang diangkat tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode
penelitian, dan diakhiri oleh sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Keberadaan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan di Indonesia, pada bab ini akan mulai dibahas
permasalahan dengan menguraikan tentang keberadaan lembaga perwakilan rakyat daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Bab III Pelaksanaan Fungsi Legislasi, pada bab ini diuraikan terlebih
dahulu mengenai gambaran umum kedudukan dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kemudian gambaran anggota dan alat kelengkapan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2009 – 2014 , dan
Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009 –
2014, dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan fungsi legislasi
Universitas Sumatera Utara
DPRD pada periode 2009 – 2014 sekaligus menjawab dua permasalahan pada
penulisan ini.
Bab IV Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan dari analis
penelitian yang dilakukan oleh penulis dan saran dari analisis yang ada.
Daftar Pustaka Lampiran
– Lampiran
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan
Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata
sistem
dan
ketatanegaraan.
Sistem adalah suatu kesatuan dimana di dalamnya terdapat unsur – unsur, yang
masing – masing unsur mempunyai sifat keterikatan, kohesif, sehingga bentuk
totalitas unit tersebut terjaga utuh konsistennya.
59
Sistem ketatanegaraan dapat diartikan sebagai susunan ketatanegaraan, yaitu segala sesuatu yang berkenaan
dengan organisasi Negara, baik yang menyangkut susunan dan kedudukan lembaga
– lembaga Negara yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya masing
– masing maupun hubungan satu sama lain.
60
Para pakar hukum tata negara membagi sistem ketatanegaraan dalam dua sudut pandang, yaitu ;
Pertama
, sistem ketatanegaraan menurut sifatnya, dan
Kedua,
sistem ketatanegaraan menurut pembagian kekuasaan.
61
Sistem Ketatanegaraan Indonesia adalah susunan ketatanegaraan di Indonesia yang berkenaan dengan susunan Organisasi Negara Republik Indonesia
yaitu yang menyangkut susunan dan kedudukan lembaga – lembaga Negara, tugas
dan wewenang maupun hubungannya satu sama lain menurut UUD 1945.
62
59
Abdi Yuhana, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945, Bandung : Fokus Media, 2013, hal.68
60
Ibid.,hal.68
61
Titik Triwulan Tutik, Op.Cit, hal.8
62
Abdi Yuhana, Op.cit, hal.69
Universitas Sumatera Utara
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945 adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa Indonesia.
63
B. Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 1. Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia Sebelum Perubahan UUD 1945
Indonesia sebagai negara yang menganut dan mengakui esensi demokrasi telah mengatur tentang eksistensi lembaga perwakilan rakyat seperti MPR, DPR.
Mengenai lembaga perwakilan ini dapat dilihat pada UUD 1945 sebelum perubahan yang meletakkan kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Tetapi
pada UUD 1945 sebelum perubahan tidak diatur tentang lembaga perwakilan rakyat daerah walaupun sudah mengakui adanya pemerintahan daerah sebagai
delegasi kewenangan pusat. Oleh karena itu, pengaturan mengenai keberadaan lembaga perwailan rakyat daerah dapat dilihat dalam beberapa undang
– undang tentang Pemerintahan Daerah yang pernah berlaku di Indonesia diantaranya
sebagai berikut :
a. Undang – Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Daerah
Dalam undang – undang ini yang berkedudukan menjadi lembaga
perwakilan rakyat daerah adalah Komite Nasional Daerah dengan nama Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Badan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut sebagai BPRD merupakan lembaga yang mewakili rakyat untuk
63
Ibid., hal.69
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan urusan – urusan rumah tangganya sendiri.
64
BPRD berfungsi sebagai badan legislatif yang dipimpin oleh Kepala Daerah , sehingga BPRD
dalam menjalankan fungsi legislatifnya sangat lemah khususnya dalam menjalankan otonomi daerah.
65
Adapun yang menjadi wewenang Badan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi tiga hal, yaitu :
1 membuat peraturan – peraturan untuk kepentingan daerahnya otonomi;
2 membantu menjalankan peraturan – peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
dari tingkat yang lebih tinggi daripadanya medebewind dan selfgovernment 3
membuat atau membentuk peraturan yang diperintahkan oleh Undang – Undang umum dengan ketentuan peraturan tersebut harus disahkan terlebih
dahulu oleh pemerintahan yang lebih tinggi.
66
b. Undang – Undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan
Daerah
Undang – Undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan
Daerah ialah pengganti dari Undang – Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Komite
Nasional Daerah. Menurut undang – undang ini, pemerintahan daerah terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan Dewan Perwakilan Daerah DPD.
67
DPRD merupakan alat pemerintahan daerah yang tertinggi yang bertugas mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.
68
Undang – undang ini
merupakan undang – undang pertama yang menyatakan keberadaan lembaga
64
Juanda, Op.cit, hal.148
65
Ibid.,
66
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara, Op.cit, hal.337
67
Ibid., hal.315
68
Juanda , Op.cit, hal.152
Universitas Sumatera Utara
perwakilan rakyat daerah sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. DPRD memiliki kewenangan sebagai berikut :
69
1 DPRD berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya Pasal 23 ayat
1 2
DPRD berhak bersama – sama dengan beberapa daerah mengatur
kepentingan mereka bersama Pasal 27 ayat 1; 3
DPRD mempunyai kekuasaan memilih anggota DPD Pasal 14 ayat 1; 4
DPRD berhak memberitahukan anggota DPRD yang telah melanggar larangan Pasal 6 2;
5 DPRD berhak membuat pedoman untuk DPD guna mengatur cara
menjalankan kekuasaan dan kewajibannya Pasal 15 ayat 1; 6
DPRD berhak membuat peraturan tentang uang kehormatan anggota DPD Pasal 16 ayat 1;
7 DPRD berhak mengajukan usul kepada yang berwajib agar Kepala Daerah
diberhentikan Pasal 5 ayat 4; 8
DPRD berhak membela kepentingan daerah dan penduduknya di hadapan Pemerintah dan DPR maupun terhadap DPD danatau DPRD atasnya
Pasal 26 ;
9 DPRD berhak membuat peraturan daerah untuk melaksanakan otonomi
atau medebewind Pasal 28 10
DPRD berhak menetapkan hukuman kurungan selama – selama tiga bulan atau denda sebanyak
– banyaknya Rp.100,- terhadap pelanggaran peraturan
– peraturannya Pasal 29 ; 11
DPRD berhak mengajukan keberatan terhadap putusan DPRD yang tidak mendapat pengesahan Presiden atau Dewan Pemerintahan Daerah kepada
DPD setingkat lebih atas dari DPD yang menolak Pasal 30 ayat 4; 12
DPRD berhak mengajukan usul perubahan terhadap APBD yang telah ditetapkan dengan syarat harus disahkan lebih dahulu oleh yang
berwenang Pasal 31 ; 13
DPRD berhak membuat peraturan – peraturan tentang pemungutan – pemungutan pajak
– pajak daerah Pasal 32 ayat 1; 14
DPRD berhak mengadakan pinjaman uang bagi kepentingan daerahnya dengan syarat ada pengesahan dari yang berwenang Pasal 33;
15 DPRD berhak menetapkan peraturan dalam rangka pengurusan keuangan
daerah Pasal 38 ayat 1; 16
DPRD berhak mengajukan keberatan terhadap penolakan pengesahan atas perubahan APBD kepada DPD setingkat lebih atas dari DPD yang
menolak Pasal 39 ayat 7;
69
Ibid ., hal.153
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang – Undang No. 22 Tahun 1948 ini, DPRD sebagai alat
kelengkapan pemerintah daerah tertinggi memiliki kewenangan untuk melakukan pengaturan yang diwujudkan dalam membuat peraturan daerah dan membuat
peraturan lain yang berhubungan dengan kemajuan daerah.
c. Undang – Undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok – Pokok
Pemerintahan di Daerah
Kedudukan DPRD pada Pasal 5 dalam Undang – Undang No. 1 Tahun
1957 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah ialah sebagai pemerintah
daerah. DPRD sebagai pemerintah daerah dan berfungsi sebagai badan legislatif memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut :
1 Memilih ketua dan wakil ketuanya sendiri;
2 Memberikan pengecualian terhadap larangan melakukan usaha pekerjaan
yang dilarang bagi anggota DPRD; 3
Memberhentikan anggota yang tidak menaati larangan melakukan usaha pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota DPRD;
4 Membuat peraturan tentang uang sidang, uang jalan, dan uang penginapan
anggota DPRD; 5
Membuat peraturan tentang uang kehormatan ketuawakil ketua DPRD; 6
Bersidang sekurang – kurangnya sekali dalam 3 bulan;
7 Mengadakan rapat tertutup dan membebaskan kewajiban merahasiakan
segala pembicaraan yang dilangsungkan dalam rapat tertutup; 8
Membuat peraturan tata tertib rapat DPRD; 9
Memilih dan memberhentikan anggota DPD; 10
Memberhentikan anggota DPD karena melanggar larangan melakukan usaha pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota itu atau karena sesuatu
alasan lain; 11
Membuat pedoman cara DPD menjalankan kekuasaan dan kewajibannya; 12
Mengesahkan peraturan tata tertib rapat DPD; 13
Membuat peraturan tentang uang kehormatan, uang jalan, dan uang penginapan anggota DPD;
14 Memilih dan memberhentikan Kepala Daerah.
15 Mencalonkan KepalaWakil Kepala Daerah Istimewa kepada Pusat;
16 Membuat peraturan tentang gaji, uang jalan, uang penginapan, dan
penghasilan lainnya bagi Kepala Daerah; 17
Mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya;
Universitas Sumatera Utara
18 Menyerahkan urus rumah tangga daerahnya kepada daerah – daerah
bawahan; 19
Membantu menjalankan peraturan perundangan dari Pusat atau daerah yang lebih tinggi tingkatnya yang ditugaskan kepadanya;
20 Menugaskan kepala daerah bawahan untuk menjalankan peraturannya;
21 Membela kepentingan daerah dan penduduknya ke hadapan pemerintah,
DPR, atau pemerintah daerah tingkat di atasnya; 22
Membuat peraturan untuk kepentingan daerah dan melaksanakan
otonomimedebewind; peraturan ini dinamakan peraturan daerah; 23
Menetapkan ancaman kurungan selama – lamanya 6 enam bulan atau denda sebanyak
– banyaknya Rp 5.000,- lima ribu rupiah bagi pelanggaran terhadap peraturannya;
24 Menunjuk
pegawai daerah yang diberi tugas pengusutan terhadap pelanggaran peraturannya;
25 Membebankan kepada pelanggar keputusannya biaya yang dikeluarkan
untuk bantuan yang diberikan oleh alat kekuasaan lain bagi pelaksanaan keputusan itu;
26 Bekerjasama
dengan daerah lain untuk mengatur dan mengurus kepentingan bersama;
27 Membentuk panitia – panitia untuk melancarkan pelaksanaan tugasnya;
28 Menunjuk instansi – instansi yang akan menjalankan hal – hal yang telah
dilalaikan pelaksanaan pembantuannya oleh daerah – daerah bawahan;
29 Mengangkat dan memberhentikan sekretaris daerah;
30 Membuat peraturan tentang pengangkatan, pemberhentian, pemberhentian
sementara, gaji, pensiun, uang tunggu, dan hal – hal lain mengenai
kedudukan hukum pegawai daerah; 31
Meminta kepada Pusat agar dipekerjakan pegawai – pegawai Pusat untuk melaksanakan urusan
– urusan tertentu bagi kepentigan daerahnya; 32
Memungut pajak dan retribus; 33
Mendirikan perusahaan daerah; 34
Memegang semua kekuasaan mengenai pengelolaan umum keuangan daerah;
35 Menetapkan anggaran keuangan daerah termasuk perubahannya;
36 Mengajukan keberatan kepada instansi yang setingkat lebih atas dari
instansi yang menolak mengesahkan keputusannya; 37
Memberikan keterangan yang diminta oleh instansi pengawas; 38
Menyelidiki dan memeriksa pekerjaan mengurus rumah tangga atau tugas pembantuan yang dilakukan oleh daerah
– daerah bawahan.
70
Kewenangan DPRD berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1957
tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah lebih luas dibandingkan undang –
undang sebelumnya.
70
Ibid ., hal.160
Universitas Sumatera Utara
d. Undang – Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok – Pokok
Pemerintahan di Daerah
DPRD pada Pasal 5 ayat 1 dalam Undang – Undang No. 18 Tahun 1965
tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah berkedudukan sebagai
pemerintah daerah. Undang – undang tidak merumuskan secara tegas mengenai
kewenangan DPRD. Tetapi secara umum ada beberapa kewenangan yang
dianggap sebagai kewenangan DPRD yaitu :
1 Membuat peraturan daerah bersama Kepala Daerah Pasal 27 ayat 1 dan
ayat 2 2
Melakukan sidang atau rapat sekurang – kurangnya sekali dalam tiga
bulan; 3
Membuat Peraturan Tata Tertib DPRD; 4
Memberikan pertimbangan atas usul Kepala Daerah tentang penambahan jumlah anggota BPH.
71
Pengaturan mengenai kewenangan DPRD yang tidak tegas dikarenakan undang
– undang ini menganggap DPRD bukanlah pemegang kekuasaan yang utama dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Kedudukan dan kewenangan
DPRD hanya sebagai formalitas atau pelengkap demokrasi.
72
e. Undang – Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok
Pemerintahan di Daerah
Kedudukan DPRD dalam Undang – Undang No. 5 Tahun 1974 tentang
Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah ialah sebagai pemerintah daerah,
ketentuan ini diatur pada Pasal 13 ayat 1 dalam undang – undang ini. Menurut
Undang – Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di
71
Ibid., hal.176
72
Ibid ..,
Universitas Sumatera Utara
Daerah kewenangan DPRD sebagai pemerintah daerah dan lembaga perwakilan ialah sebagai berikut ;
1 Memberikan persetujuan Kepala Daerah dalam membuat Peraturan
Daerah; 2
Bersama – sama Kepala Daerah menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja daerah dan peraturan-peraturan Daerah untuk kepentingan Daerah dalam batas
– batas wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang pelaksanaannya
ditugaskan kepada Daerah; 3
Mengawasi jalannya pemerintahan daerah; 4
Menetapkan waktu dan penyelenggaraan sidang atau rapat; 5
Merahasiakan segala sesuatu yang dibicarakan dalam rapat atau sidang tertutup, kewajiban itu berlangsung terus sampai ada penegasan putusan
Dewan bahwa sifat ketertutupannya diubah menjadi bersifat terbuka;
6 Membuat dan menetapkan peraturan Tata Tertib dengan mengidah
petunjuk Menteri Dalam Negeri; 7
Mengusulkan penambahan urusan rumah tangga daerah yang ditetapkan sebagai atau wewenang pangkal dalam Undang
– Undang pembentukan daerah;
8 Menyetujui penetapan Peraturan Daerah kepentingan rumah tangga daerah
atau untuk melaksanakan peraturan perundang – undangan yang lebih
tinggi tingkatannya yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah; 9
Menyetujui penetapan Peraturan Daerah yang mengandung ancaman kurungan selama
– lamanya enam bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp 50.000,- lima puluh ribu rupiah terhadap pelanggaran peraturan
– peraturannya dengan atau tidak merampas barang
– barang tertentu, kecuali jikalau dengan peraturan
– peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi tingkatannya ditetapkan lain;
10 Menyetujui penetapan Peraturan Daerah tentang penunjuk pegawai –
pegawai Daerah yang diberi tugas melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang
– berlaku;
11 Menyetujui
penetapan Peraturan Daerah tentang pembebanan biaya kepada si pelangar Peraturan
– Peraturan Daerah apabila biaya itu diperlukan untuk meminta bantuan alat
– alat kekuasaan; 12
Menyetujui penetapan Peraturan Daerah tentang kedudukan dan
kedudukan keuangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pegawai Daerah;
13 Menyetujui
penetapan Peraturan
Daerah tentang
Pengangkatan, pemberhentian, pemberhentian sementara, gaji, pensiun, uang tunggu dan
lain sebagainya mengenai kedudukan hukum pegawai daerah; 14
Menyetujui penetapan peraturan Peraturan Daerah tentang perbantuan pegawai daerah kepada daerah lainnya;
Universitas Sumatera Utara
15 Menyetujui penetapan peraturan Pemerintah Daerah tentang pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang peraturan pokonya diterapkan dalam Undang
– Undang; 16
Mengadakan ketentuan tentang pengusahaan sumber alam yang ada di daerahnya dan mengadakan membentuk Perusahaan Daerah yang
mengolahnya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
17 Menetapkan bahwa barang – barang milik Daerah yang dipergunakan
untuk melayani kepentingan umum dapat dijual, diserahkan hak – haknya
kepada pihak lain, dijadikan tanggungan atau digadaikan; 18
Menetapkan penjualan, penyewaan, atau pengepakan barang – barang termaksud di atas, tidak dilelang di muka umum, tetapi dibawah tangan;
19 Membahas keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah;
20 Menyiapkan
segala sesuatu berhubungan dengan proses pencalonan Kepala Daerah, memilih calon
– calon Kepala Daerah yang akan disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk mengangkatnya;
21 Memberikan persetujuan calon wakil Kepala Daerah yang disampaikan
oleh Kepala Daerah; 22
Menyusun laporan tahunan pada setiap akhir tahun; 23
Menyusun memori danatau laporan akhir masa jabatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
24 Setiap anggota mengucapkan sumpah janji sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk itu.
73
DPRD sebagai lembaga perwakilan memiliki tiga fungsi utama yaitu
perundang- undangan, anggaran, dan pengawasan. Selain itu DPRD juga memiliki hak yang diatur pada Pasal 29 ayat 1 undang
– undang ini, yaitu : hak anggaran, hak mengajukan pertanyaan bagi masing
– masing anggota, meminta keterangan, mengadakan
perubahan, mengajukan
pertanyaanpendapat, prakarsa,
penyelidikan.
f. Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang – Undang ini merupakan undang – undang yang pertama sekali
tidak menyebut DPRD sebagai bagian dari pemerintah daerah tetapi sebagai
73
Ibid., hal.183
Universitas Sumatera Utara
badan legislatif daerah.
74
Ketentuan ini dapat dilihat pada Pasal 14 ayat 1 yang berbunyi : “Di Daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan
Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah.” Kemudian ditegaskan kembali pada Pasal 14 ayat 2 yang berbunyi ; “Pemerintah Daerah terdiri atas
Kepala Daerah beserta perangkat Daerah lainnya.” Kemudian Pasal 16 ayat 2 menyatakan bahwa kedudukan DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah sejajar
dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Undang
– undang ini juga menegaskan bahwa DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi
berdasarkan Pancasila Pasal 16 ayat 1 . DPRD memiliki tugas dan wewenang yang diatur pada Pasal 18 ayat 1 yaitu sebagai berikut :
a. memilih GubernurWakil Gubernur, BupatiWakil Bupati, dan
WalikotaWakil Walikota; b.
memilih anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Utusan Daerah;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur Wakil
Gubernur, BupatiWakil Bupati, atau Walikota Wakil Walikota; d.
bersama dengan Gubernur, Bupati, atau Walikota membentuk Peraturan Daerah;
e. bersama dengan Gubernur, Bupati, atau Walikota menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; f.
melaksanakan pengawasan terhadap : 1 pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan
perundangundangan lain; 2 pelaksanaan Keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
3 pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 4 kebijakan Pemerintah Daerah; dan
5 pelaksanaan kerja sama internasional di Daerah;
g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah
terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan
h. menampung dan menindaklanjuti aspirasi Daerah dan masyarakat
74
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara, Op.cit, hal.361
Universitas Sumatera Utara
Selain tugas dan wewenang diatas DPRD memiliki hak yang diatur pada Pasal 19 ayat 1 undang
– undang ini. Adapun hak DPRD itu, ialah sebagai berikut :
a. meminta pertanggungjawaban Gubernur, Bupati, dan Walikota;
b. meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah;
c. mengadakan penyelidikan;
d. mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah;
e. mengajukan pernyataan pendapat;
f. mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
g. menentukan Anggaran Belanja DPRD; dan
h. menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Kedudukan, kewenangan dan hak DPRD diatur sedemikan rupa dalam undang
– undang ini yaitu dapat dilihat pada isi Pasal yang pada undang – undang sebelumnya tidak diatur dengan jelas
Keberadaaan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebelum amandemen UUD 1945 dapat dilihat dalam Undang
– Undang Pemerintah Daerah yang pernah berlaku di Indonesia walaupun UUD 1945 tidak mengatur mengenai keberadaan
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah. Undang – Undang Pemerintahan Daerah
yang pernah berlaku di Indonesia menyatakan dengan jelas bahwa untuk mewujudkan demokrasi di daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang baik harus memiliki Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada satu lembaga saja. Selain itu dapat dilihat juga bahwa
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah kemudian namanya berganti menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD berkedudukan sebagai Badan Legislatif
memiliki fungsi pengaturan yaitu diwujudkan dalam pembentukan perda dan peraturan lainnya yang bertujuan untuk mengtur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Kedudukan dan Fungsi , Tugas dan Wewenang Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah
Perubahan UUD 1945
Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah diatur dengan jelas pada Pasal 18 ayat 3 dalam UUD
1945 setelah perubahan kedua yang menyatakan bahwa pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Ketentuan ini menjadi suatu dasar hukum terhadap keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam sistem ketatanegaran di Indonesia.
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Pasal 18 ayat 3 tidak menjelaskan mengenai kedudukan dan fungsi, tugas dan wewenang dari DPRD, tetapi UUD 1945 setetelah perubahan pada Pasal 18 ayat
7 menyatakan bahwa ada undang – undang khusus yang mengatur mengenai
susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah. Undang
– Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan undang
– undang pertama yang dibentuk untuk mengatur pemerintahan daerah setelah perubahan UUD 1945. Dalam undang
– undang ini diatur kedudukan dan fungsi, tugas dan wewenang DPRD. Kedudukan DPRD
dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 ialah sebagai lembaga perwakilan
rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memiliki fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah provinsi dan unsur penyelenggara pemerintahan daerah memiliki tugas dan
Universitas Sumatera Utara
wewenang. Tugas dan wewenang DPRD diatur dalam undang – undang
pemerintahan daerah yaitu sebagai berikut :
75
a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat
persetujuan bersama; b.
membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan
perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah
dalam melaksanakan
program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah;
d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala daerahwakil
kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur
bagi DPRD kabupatenkota;
e. memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan
wakil kepala daerah; f.
memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sana internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah; h.
meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;
j. melakukan
pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;
k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
Kemudian Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah direvisi menjadi Undang – Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kedudukan dan fungsi DPRD dalam undang – undang ini masih mengikuti
ketentuan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Sedangkan tugas dan wewenang dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang
75
Pasal 42 ayat 1 Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan Daerah mengalami perubahan yaitu pengahapusan huruf i pada Pasal 42 ayat 1 tentang tugas dan wewenang DPRD.
76
Penjelasan mengenai kedudukan DPRD selain diatur dalam undang –
undang pmerintahan daerah , diatur juga dalam Undang – Undang No. 27 Tahun
2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Pasal 291, pada
undang – undang ini bukan hanya menjelaskan kedudukan tetapi juga susunan
DPRD yang terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud di atas, DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang
– undangan. Peraturan perundang
– undangan yang mengatur tugas dan wewenang DPRD ialah Undang
– Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah . Tugas dan wewenang DPRD provinsi ialah sebagai berikut :
77
a. membentuk peraturan daerah provinsi bersama gubernur;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan oleh gubernur;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi; d.
mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian gubernur danatau wakil gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan danatau pemberhentian;
76
Pasal 42 ayat 1 huruf i Undang – Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
77
Pasal 293 ayat 1 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
e. memilih wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil
gubernur; f.
memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah provinsi terhadap rencanaperjanjian internasionaldi daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi; h.
meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi; i.
memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
j. mengupayakan
terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan ; dan k.
melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang
– undangan. Berdasarkan tugas dan wewenang sebagaimana diuraikan di atas Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah memiliki hak dan kewajiban. DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
78
Hak interpelasi adalah hak DPRD provinsi untuk meminta keterangan kepada gubernur mengenai
kebijakanpemerintah provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
79
Hak angket adalah hak DPRD provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah provinsi
yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
80
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPRD provinsi untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan gubernur atau mengenai kejadian
luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya
78
Siswanto Sunarno, Op.Cit, hal.68
79
Pasal 298 ayat 2 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
80
Pasal 298 ayat 3 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
81
Selain tiga hak tersebut, anggota DPRD provinsi juga memiliki hak lain yang diatur
dalam undang – undang, yaitu sebagai berikut :
82
a. mengajukan rancangan Perda;
b. mengajukan pertanyaan
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. protokoler; dan .
h. keuangan dan administratif
Pada Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai hak anggota DPRD provinsi ditambah satu
hak yaitu mengikuti orientasi dan pendalaman tugas. Selain memiliki hak, anggota DPRD juga memiliki kewajiban yaitu sebagai berikut :
83
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila ;
b. melaksanakan Undang
– Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang
– undangan ; c.
mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan ; e.
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat ; f.
menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ;
g. menaati tata tertib dan kode etik ;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi ;
81
Pasal 298 ayat 4 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
82
Pasal 44 ayat 1 Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
83
Pasal 300 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kujungan
kerja secara berkala ; j.
menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat ; dan
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada
konstituen di daerah pemilihannya.
Untuk mengoptimalkan pelaksaan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan kewajiban anggota DPRD provinsi di bentuk fraksi sebagai wadah berhimpun
anggota DPRD provinsi. Pada Pasal 50 dalam Undang – Undang nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan daerah menjelaskan bahwa setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi dan jumlah anggota setiap fraksi sebagaimana
dimaksud sekurang-kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi hanya
dapat membentuk satu fraksi. Partai politik yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 fraksi, wajib bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk
fraksi gabungan. Fraksi yang sudah terbentuk wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak memenuhi syarat untuk dapat membentuk satu
fraksi. Apabilah fraksi gabungan yang sudah dibentuk belum juga memenuhi syarat sebagai fraksi gabungan, maka seluruh anggota fraksi gabungan tersebut
wajib bergabung dengan fraksi danatau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. Kententuan ini diatur dalam Undang
– Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Selain fraksi, DPRD provinsi juga memiliki alat kelengkapan untuk menjalankan fungsi, tugas dan wewenang DPRD yang terdiri atas ;
84
1. Pimpinan ;
2. Badan Musyawarah ;
3. Komisi ;
4. Badan Legislasi Daerah ;
5. Badan Anggaran ;
6. Badan Kehormatan ; dan
7. Alat Kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat
paripurna.
Jumlah pimpinan DPRD dan komisi yang dibentuk pada provinsi tergantung pada jumlah anggota DPRD yang terpilih tiap provinsi berdasarkan hasil dari keputusan
Komisi Pemilihan Umum yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri sesuai dengan peraturan perundang
– undangan yang berlaku. Ketentuan tata cara pembentukan, susunan, tugas dan wewenang dari alat
kelengkapan daerah diatur dalam peraturan DPRD tentang tata tertib masing –
masing provinsi.
84
Pasal 302 ayat 1 Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
BAB III PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPRD
A. Kedudukan, Fungsi, Keanggotaan dan Alat Kelengkapam DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009