Berdasarkan  hal  tersebut,  penulis  tertarik  untuk  mengambil  judul
“FUNGSI  LEGISLASI  DPRD  Suatu  Kajian  Fungsi  Legislasi  DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009
– 2014.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  diatas,  maka  dapat dirumuskan permasalahan  sebagai berikut :
1. Bagaimanakah  pelaksanakan  Fungsi  Legislasi    DPRD  Provinsi  Sumatera
Utara periode 2009 – 2014?
2. Apakah sajakah faktor yang menjadi penghambat dan pendukung Dewan
Perwakilan Rakyat  Daerah Provinsi  Sumatera Utara  dalam melaksanakan Fungsi Legislasi pada periode 2009
– 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian
Dari  rumusan  permasalahan  di  atas,  tujuan  yang  ingin  dicapai  dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk  mengetahui  dan  memahami  pelaksanaan  fungsi  legislasi  dalam
pembentukan  Peraturan  Daerah  yang  dilaksanakan  oleh  DPRD  Provinsi Sumatera Utara periode 2009
– 2014. 2.
Untuk  mengetahui  secara  jelas  faktor  penghambat  dan  pendukung  bagi DPRD  Provinsi  Sumatera  Utara    Periode  2009
–  2014  dalam melaksanakan fungsi legislasinya.
Universitas Sumatera Utara
2.   Manfaat Penelitian
Adapun  manfaat  yang  dapat  diperoleh  dari  penelitian  ini  adalah  sebagai berikut:
1. Memberikan  gambaran  tentang  pelaksanaan  fungsi  legislasi  yang
dilaksanakan oleh DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009 –
2014. 2.
Menambah  pengetahuan  dan  wawasan    bagi  penulis  mengenai pembentukan Perda.
3. Menjadi  bahan  pembelajaran  bagi  praktisi  hukum    dan  kalangan
masyarakat  luas  yang  ingin  mengetahui  tentang  Peranan  Dewan Perwakilan  Rakyat  Daerah  dalam  pembentukan  Peraturan  Daerah
di Provinsi Sumatera Utara 4.
Untuk  memperkaya  khasanah  ilmu  pengetahuan  dibidang  hukum pada umumnya dan ilmu Hukum Tata Negara pada khususnya.
D.
Keaslian Penulisan
Bahwa  skripsi  yang  berjudul  “Pelaksanaan  Fungsi  Legislasi  DPRD Provinsi Sumatera Utara” merupakan hasil karya dan ide sendiri dari penulis. Dan
sudah  ditelusuri  dan  diketahui  di  Fakultas  Hukum  Universitas  Sumatera  Utara bahwa  penulisan  dengan  judul  di  atas  belum  pernah  ditulis  dalam  skripsi.
Pernyataan  ini  dibuktikan  oleh  hasil  uji  bersih  oleh  perpustakaan  Universitas cabang Fakultas Hukum USU Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas
Hukum  USU  pada  tanggal  16  Februari  2015.  Dalam  penulisan  ini,  penulis  akan
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan  pembaca  kepada  fungsi  legislasi  yang  dilaksanakan  oleh  DPRD Provinsi Sumatera Utara pada periode 2009
– 2014.
E.
Tinjauan Kepustakaan 1.  Pembagian Kekuasaan
Pembagian  kekuasaan  sebagaimana  yang  dikenal  sekarang  merupakan pengembangan atau reformasi dari teori “pemisahan kekuasaan”,
19
dalam  bahasa Indonesia dimaknai
separation of power
dimulai dari pemahaman atas teori Trias Politica  Monstequieu.
20
Monstequieu  menyatakan  dalam  teori  Trias  Politica bahwa kekuasaan negara harus dibagi
– bagi dalam tiga kekuasaan yang terpisah – pisah
la  separation  des  pouvoirs
=  pemisahan  kekuasaan – kekuasaan . Ketiga
kekuasaan itu ialah : 
Kekuasaan membentuk undang – undang legislatif,
 Kekuasaan menjalankan undang
– undang eksekutif, 
Kekuasaan  mengadili  pelanggaran –  pelanggaran  terhadap  undang  –
undang yudikatif.
21
Dari  pandangan  Monstequieu  tersebut  memberikan  pemahaman  bahwa pemisahan  kekuasaan  bertujuan  agar  penguasa  atau  pemerintah  dalam
menjalankan tugas dan fungsi – fungsi pemerintahan untuk menghindari tindakan
19
Arsyad Mawardi, Pengawasan Keseimbangan antara DPR dan Presiden Dalam Sistem Ketatanegaraan RI,
Semarang : RaSAIL, 2013, hal.67
20
Saldi Isra, Op.cit, hal.76
21
M.Solly lubis., Op.cit, hal.55
Universitas Sumatera Utara
sewenang –  wenang,  menjamin  hak-hak  warga  negara,  dan  memberikan  ruang
gerak terhadap pelaksanaan  prinsip kebebasan dan kemerdekaan.
22
Berbeda  dengan  Montesquieu,  John  Locke  mengemukakan  bahwa kekuasaan negara harus dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu :
 Kekuasaan legislatif,
 Keuasaan eksekutif, dan
 Kekuasaan  federatif  federatif  disebutnya  :
federative  power  of  the commomwealth
, yang masing – masing terpisah yang satu dari yang lain.
Berdasarkan  pembagian  kekuasaan  di  atas,  Jhon  Locke  menerangkan  bahwa kekuasaan legislatif meliputi wewenang membuat peraturan, kekuasaan eksekutif
meliputi  wewenang  mempertahankan  peraturan  serta  mengadili  perkara    Jhon Locke  melihat  wewenang  mengadili  itu  suatu  uitvoering  pelaksanaan,  dan
kekuasaan  federatif  meliputi  wewenang  -  wewenang  yang  tidak  termasuk  pada kekuasaan  legislatif  dan  eksekutif.  Hubungan  dengan  luar  negeri  termasuk
kekuasaan federatif.
23
Apabila pendapat John Locke dan Montesquieu dibandingkan, maka akan tampak perbedaan konsep  yaitu :  Locke berpendapat  bahwa kekuasaan eksekutif
merupakan kekuasaan yang mencakup kekuasaan yudisial, dikarenakan kekuasaan federatif  merupakan  kekuasaan  yang  berdiri  sendiri.  Sedangkan  Montesquieu
yang  menyatakan,  bahwa  kekuasaan  eksekutif  mencakup  kekuasaan  federatif karena melaksanakan hubungan luar negeri adalah termasuk kekuasaan eksekutif,
dan kekuasaan  yudikatif merupakan kekuasaan  yang terpisah dari eksekutif yang
22
Arsyad Mawardi., Op.cit, hal.67
23
M.Solly lubis., Op.cit, hal.57
Universitas Sumatera Utara
berdiri  sendiri.
24
Dari  kedua  pendapat  tersebut  juga  memiliki  persamaan,  yakni kedua-duanya  sama-sama  dilatarbelakangi  atas  kepedulian  dan  perlawanan
terhadap praktik Raja atau penguasa yang absolut.
25
Pembagian  kekuasaan  merupakan  salah  satu  usaha  untuk  membatasi kekuasaan  pemerintah  dalam  negara  hukum.
26
Melalui  pembagian  kekuasaan, maka  lembaga  -  lembaga  negara  akan  melakukan  tugas  dan  wewenang  sesuai
dengan  ketentuan  konstitusi,  dengan  demikian  menjadi  jelas  batas  tugas  dan kewenangan.
27
Kekuasaan  harus  dilakukan  berdasarkan  dan  wewenang  dari ketentuan  hukum  yang  didasarkan  kepada  teori  sistem  pemerintahan  sehingga
menjadi  jelas  batas  tugas  dan  wewenang  dari  masing –  masing  cabang
pemerintahan    dan  sekaligus  menjadi  tolak  ukur    pertangungjawabannya.
28
Pembagian  tugas  dan  wewenang  yang  dimaksud  dalam  bagian  ini,  ialah pembagian  tugas  pemerintahan  meliputi  :  wewenang  legislatif,  wewenang
eksekutif, dan wewenang yudikatif.
29
Ada  dua    jenis  pembagian  kekuasaan  yang  dikenal  dalam  praktik ketatanegaraan  di  banyak  negara  yaitu  :  pembagian  secara  horizontal  dan
pembagian  secara  vertikal.
30
Pembagian  kekuasaan  secara  vertikal  adalah  :  “ Pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud ialah
pembagian  kekuasaan  antara  beberapa  tingkat  pemerintahan.”
31
Pembagian
24
Arsyad Mawardi., Op.cit, hal.26
25
Ibid.,hal.70
26
Ibid.,hal.25
27
Ibid.,
28
Ibid., hal. 67
29
M.Solly lubis., Op.cit, hal.54
30
Juanda, Op.cit , hal.36
31
Prof.Miriam Budiardjo,  Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT.Ikrar Mandiriabadi,
2010, hal.267
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan secara vertikal ini dapat disebut pembagian karena bentuk negara atau pembagian  secara  teritorial.  Sedangkan  pembagian  kekuasaan  secara  horizontal
adalah  :  “Pembagian  yang  menunjukkan  perbedaan  antara  fungsi  –  fungsi pemerintahan  yang bersifat  legislatif, eksekutif,  dan  yudikatif  yang lebih dikenal
dengan Trias Politika atau pembagian kekuasaan
division of powers
.”
32
Sistem baru yang dianut oleh Indonesia dalam UUD 1945 pasca perubahan keempat  adalah  sistem  pemisahan  kekuasaan  berdasarkan  prinsip
checks  and balances  atau
keseimbangan  dan  saling  mengawasi  diantara  lembaga – lembaga
negara.
33
Akan tetapi,  istilah “pembagian” itu tetap  dipergunakan  dalam UUD 1945  pada  Pasal  18  ayat  1  UUD  1945    dalam  konteks  pengertian  pembagian
yang bersifat vertikal atau
territorial division of power
.
34
Berdasarkan ketentuan tersebut,  pembagian  kekuasaan  secara  vertikal  di  negara  Indonesia  berlangsung
antara  pemerintahan  pusat  dan  pemerintahan  daerah  pemerintahan  provinsi  dan pemerintahan kabupatenkota.
Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupatenkota terjalin  dengan  koordinasi,  pembinaan  dan  pengawasan  oleh  Pemerintahan  Pusat
dalam bidang administrasi dan kewilayahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul  sebagai  konsekuensi  dari  diterapkannya  asas  desentralisasi  di  Negara
Kesatuan  Republik  Indonesia.  Dengan  asas  tersebut,  Pemerintah  Pusat menyerahkan  wewenang  pemerintahan  kepada  pemerintah  daerah  otonom
provinsi  dan  kabupatenkota  untuk  mengurus  dan  mengatur  sendiri  urusan pemerintahan  di  daerahnya.  Pemerintah  daerah  yang    dimaksud  menerima
32
Ibid., hal.267
33
Jimlly Asshiddiqie, Op.cit , hal.24
34
Ibid., hal.25
Universitas Sumatera Utara
kewenangan  dari  pemerintah  pusat  terdiri  atas  Kepala  Daerah  dan  DPRD. Keberadaan  DPRD  sebagai  penyelenggara  pemerintahan  daerah  dan  sebagai
lembaga  legislatif  daerah  merupakan  perwujudan  atau  berakar  dari  adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan.
2.  Desentralisasi Pemerintahan
Istilah desentralisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu “de = lepa
s dan “
centerum
” = pusat. Berdasarkan peristilahannya desentralisasi adalah melepaskan  dari  pusat.
35
Ada  beberapa  definisi  desentralisasi  menurut  para  ahli, diantaranya ialah ;
1. Philipus M. Hadjon mengemukakan  dalam buku Titik Triwulan Tutik  bahwa :
“Desentralisasi  mengandung  makna  bahwa  wewenang untuk  mengatur  dan  mengurus  urusan  pemerintahan  tidak
semata-mata  dilakukan  oleh  Penterintah  Pusat,  melainkan dilakukan juga oleh satuan-satuan pemerintahan yang lebih
rendah,  baik  dalam  bentuk  satuan  teritorial  maupun fungsional.  Satuan-satuan  pemerintahan  yang  lebih  rendah
diserahi  dan  dibiarkan  mengatur  dan  dibiarkan  mengatur
dan mengurus sendiri sebagian urusan pemerintahan.”
36
2. Bagir
Manan  memberikan  gambaran  mengenai  desentrlisasi,  yaitu  : “Desentralisasi adalah bentuk dari susunan organisasi negara yang terdiri dari
satuan – satuan Pemerintah Pusat dan satuan pemerintahaih yang lebih rendah
yang dibentuk baik berdasarkan teritorial atau fungsi pemerintahan tertentu.”
37
3. Selain  dari  definisi  di  atas,  ada  juga  definisi  desentralisasi  dari  segi  politik,
yaitu  menurut    Henry  Maddick,  desentralisasi  ialah  mencakup  proses dekonsentrasi  dan  devolusi,  merupakan  pengalihan  kekuasaan  secara  hukum
35
Juanda., Op.cit, hal.21
36
Titik Triwulan Tutik., Op.cit, hal.250
37
B.Hestu  Cipto  Handoyo  dan  Y.Theresianti.S,  Dasar –  Dasar  Hukum  Tata  Negara
Indonesia, Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogjakarta, 2000, hal.88
Universitas Sumatera Utara
untuk  melaksanakan  fungsi  yang  spesifik  maupun  residual  yang  menjadi kewena
ngan pemerintah daerah.”
38
Desentralisasi  dalam  arti  ketatanegaraan  adalah  pelimpahan  kekuasaan pemerintahan  dari  pusat  kepada  daerah
–  daerah,  yang  mengurus  rumah  tangga nya  sendiri  daerah
– daerah otonomi.
39
Di  Indonesia  penjelasan  mengenai  arti desentralisasi dapat di lihat dalam Undang
– Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan    Daerah  pada  Pasal  1  angka  7,  yang  berbunyi  :  “desentralisasi
adalah  penyerahan  wewenang  pemerintahan  oleh  pemerintah  kepada  daerah otonom  untuk  mengatur  dan  mengurus  pemerintahan  dalam  sistem  Negara
Kesatuan  Republik  Indonesia.”  Dari  beberapa  definisi  diatas  penulis  menarik kesimpulan desentralisasi ialah penyerahan  sebagian wewenang atau urusan dari
pemerintah  pusat  kepada  pemerintah  daerah  otonom  untuk  mengurusi pemerintahannya sendiri.
Desentralisasi  pada  dasarnya  terjadi  karena  sentralisasi  melalui  asas dekonsentrasi  tidak  dapat  melaksanakan  tugas  pemerintahan  secara  baik  dalam
mewujudkan pemerintahan masing – masing yang demokratis.
40
Desentralisasi  dibagi  menjadi  dua  yaitu  desentralisasi  teritorial    dan desentralisasi  fungsional.  Desentralisasai  teritorial  ialah  penyerahan  urusan
pemerintahan    pelimpahan  wewenang  untuk  menyelenggarkan  suatu  urusan pemerintahan  dari  Pemerintahan  Pusat  kepada  badan  yang  bersifat  kewilayahan
teritorial,  sedangkan  desentralisasi  fungsional  ialah    penyerahan  urusan pemerintahan    pelimpahan  wewenang  untuk  menyelenggarkan  suatu  urusan
38
Ni’Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung : Nusa Media, 2012 , hal.62
39
Juanda., Op.cit ,hal.119
40
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.249
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan  dari  Pemerintahan  Pusat  kepada  badan  fungsional  tertentu, menjelma  dalam  bentuk  badan-  badan    yang  didasarkan  kepada  tujuan-tujuan
tertentu.
41
Joeniarto  mengemukakan  tiga  elemen  pokok  dalam  desentralisasi  yaitu  : “
Pertama,
pembentukan  organisasi  pemerintahan  daerah  otonom,
kedua,
pembagian  wilayah  negara  menjadi  daerah  otonom,  dan
ketiga,
penyerahan wewenang  untuk  mengatur  dan  mengurus  urusan  pemerintahan  kepada  daerah
otonom”.  Dengan  kata  lain,  dalam  proses  desentralisasi  adalah  wewenang pemerintah pusat.
42
Tujuan  desentralisasi  adalah  agar  pemerintahan  di  daerah  lebih disesuaikan dengan keadaan daerah masing- masing. Dalam rangka desentralisasi
dibentuklah daerah otonom.
43
3.  Otonomi Daerah
Otonomi  daerah  merupakan  esensi  pemerintahan  desentralisai.  Secara etimologi,  istilah  otonomi    atau    “autonomy”  berasal  dari  penggalan  dua  kata
bahasa Yunani,  yakni
autos
yang berarti sendiri dan
nomous
yang berarti hukum atau undang
– undang . Otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri
zelfwet
-
geving
.
44
Menurut  Encyclopedia  of  Social  Science,  otonomi  dalam pengertian  orisinil  adalah
the  legal  self  sufficiency  of  social  body  and  its  actual independence
. Berdasarkan pengertian di atas, ada dua  ciri hakikat dari otonomi
41
Hestu Cipto Handoyo dan Y.Theresianti.S., Op.cit, hal.90
42
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.252
43
Ibid.,
44
Ni’Matul Huda., Pemerintahan Daerah, Op.cit, hal.83
Universitas Sumatera Utara
yaitu
legal self
sufficiency dan
actual independence
.
45
Menurut Koesoemahatmadja,  “otonomi  selain  mengandung  arti  perundangan
regeling
juga  mengandung  arti  pemerintahan
bestuur
”.
46
Dalam  perkembangannya, konsepsi  otonomi  daerah selain mengandung arti
zelfwetgeving
membuat perda- perda, juga utamanya mencakup
zelfbestuur
pemerintahan sendiri.
47
Kesimpulannya otonomi adalah tatanan  yang bersangkutan dengan cara –
cara  membagi  wewenang,  tugas  dan  tanggungjawab  mengatur  dan  mengurus urusan  pemerintahan  antara  pusat  dan  daerah.
48
Ada    beberapa  pengertian mengenai otonomi daerah ini, diantaranya sebagai berikut :
a. C.W.  van  der  Pot  memahami  konsep  otonomi  daerah  sebagai  “
eigen huishouding
menjalankan rumah tangganya sendiri”.
49
b. Bagir  Manan,  merumuskan  pengertian  otonomi  daerah  adalah  “kebebasan
dan  kemandirian
vrijheid  en  zelfstandigheid
satuan  pemerintahan  yang lebih
rendah untuk
mengatur dan
mengurus sebagian
urusan pemerintahan”.
50
c. Menurut  Undang  –  Undang  No.32  Tahun  2004  pada  Pasal  1  Angka  5,
“Otonomi  daerah  adalah  hak,  wewenang,  dan  kewajiban  daerah  otonom
untuk  mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan  dan keperntingan  masyarakat  setempat  sesuai  dengan  peraturan  perundang
–
undangan”.
45
Juanda., Op.cit, hal.125
46
Ibid.,
47
Ni’Matul Huda., Pemerintahan Daerah, Op.cit, hal.83
48
Ibid.,hal.41
49
Ibid.,
50
Titik Triwulan Tutik., Op.cit.hal.255
Universitas Sumatera Utara
Dari pendapat para ahli dan peraturan perundang – undangan tersebut, dapat
diketahui bahwa otonomi daerah subsistem dari negara kesatuan dimana daerah –
daerahnya  diberikan  kemandirian  dan  kebebasan  untuk  mengatur  daerahnya sendiri.  Kemandirian  itu  adalah  wujud  dari  pemberian  kesempatan  yang  harus
dipertanggungjawabkan.
51
Otonomi  daerah  dalam  penyelenggaraan  dan  pelaksanaannya  memiliki prinsip. Adapun prinsip
– prinsip otonomi daerah adalah :
52
a. Penyelenggaraan  otonomi  daerah  dilaksanakan  dengan  memperhatikan
aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan,
serta potensi
dan keanekaragaman daerah.
b. Pelaksanaan  otonomi  daerah  didasarkan  pada  otonomi  luas,  nyata,  dan
bertanggung jawab. c.
Pelaksanaan  otonomi  daerah  kabupaten  dan  daerah  kota,  sedang  otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan
otonomi  daerah  harus  sesuai  dengan  konstitusi  negara sehingga  teteap  terjamin  hubungan  yang  serasi  antara  pusat  dan  daerah
serta antar daerah. e.
Pelaksanaan otonomi  daerah  harus  lebih  meningkatkan  kemandirian
daerah  otonom,  sehingga  dalam  daerah  kabupaten  dan  daerah  kota  tidak ada lagi wilayah administrasi, demikian pula di kawasan-kawasan khusus
yang dibina oleh pemerintah atau pihak-pihak lain, seperti badan otoritas, kawasan  industri,  kawasan  kehutanan,  kawasan  pertambangan,  kawasan
pedesaan,  kawasan  kota,  kawasasan  wisata,  dan  semacam  itu  berlaku ketentuan daerah otonomi.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah
g. Pelaksanaan  asas  dekonsentrasi  diletakkan  pada  daerah  provinsi  dalam
kedudukan sebagai
wilayah administrasi
untuk melaksanakan
kewenangan  pemerintahan  tertentu  yang  dilimpahkan  kepada  gubernur sebagai wakil pemerintah
h. Pelaksanaan
asas  tugas  pembantuan  dimungkinkan,  tidak  hanya pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa  yang  disertai  dengan  pembiayaan,  sarana  dan  prasarana,  serta sumber  daya  manusia  dengan  kewajiban  melaporkan  pelaksanaan  dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
51
Juanda.,Op.cit, hal. 126
52
Ateng  Syafrudin,  Kapita  Selekta  Hakikat  Otonomi    Desentralisasi  Dalam Pembangunan Daerah
,  Yogyakarta : PT.Citra Media, 2006, hal.21
Universitas Sumatera Utara
Dasar  hukum  penyelenggaraan  otonomi  daerah  di  Indonesia  selain terkandung dalam UUD 1945 pada Pasal 18 ayat 2 dan Pasal 18 ayat 5, juga di
atur  dalam  Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam  peraturan  perundang –  undangan  di  atas,  menggunakan  prinsip  otonomi,
yaitu :
53
a. Otonomi  seluas-luasnya,  yaitu  daerah  diberikan  kewenangan  mengurus  dan
mengatur  semua  urusan-urusan  pemerintahan  kecuali  yang  menjadi  urusan pemerintah pusat.
b. Otonomi
nyata,  yaitu    suatu  prinsip    bahwa  untuk  menangani  urusan pemerintahan harus dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban
yang telah ditetapkan sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. c.
Otonomi bertanggung  jawab    merupakan  otonomi  yang    dalam
penyelenggaraannya  harus  benar –  benar  sejalan  dengan  tujuan  pemberian
otonomi.
Adapun  tujuan  pemberian  otonomi  kepada  daerah  adalah  untuk meningkatkan  pelayanan  kepada  masyarakat  daerah,  partisipasi  masyarakat,
,produktivitas  masyarakat  daerah  sesuai  dengan  kondisi    dan  keunggulan  daerah yang bertujuan meningkatan kesejahteraan rakyat guna mewujudkan efisiensi dan
efektivitas pemerintahan.
F.
Metode Penelitian
Metode  penelitian  adalah  cara  yang  teratur  dan  terpikir  secara  runtut  dan baik  dengan  menggunakan  metode  ilmiah  yang  bertujuan  untuk  menemukan,
mengembangkan  maupun  guna  menguji  kebenaran  maupun  ketidak-benaran  dari suatu  pengetahuan,  gejala  atau  hipotesis.
54
Dalam  rangka  mencapai  hasil  yang
53
Darda  Syahrizal,  Hukum  Administrasi  Negara    Pengadilan  Tata  Usa  Negara , Jakarta : Pustaka Yustisia, 2012, hal.63
54
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali pers, 2006, hal.7
Universitas Sumatera Utara
diharapkan  serta  kebenaran  dari  si  penulis  dapat  dipertanggung  jawabkan,  maka untuk  memperoleh  data  yang  tepat  dan  ada  relevansinya  dengan  pembahasan
skripsi  ini  serta  menunjang  masalah  yang  dibahas,  maka  metode  penelitiannya adalah sebagai berikut.
1.
Metode Pendekatan Masalah
Metode  pendekatan    masalah    yang  digunakan  adalah  metode  yuridis normatif,  yaitu  penelitian  yang  didasarkan  pada  studi  terhadap  bahan-bahan
kepustakaan  atau  studi  terhadap  dokumen  berupa  peraturan  tertulis  dan  bahan- bahan hukum lain.
55
Pendekatan Yuridis Normatif digunakan untuk mengkaji dan menganalisa masalah  prosedur  dan  mekanisme  proses  pembentukan  peraturan  daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Sifat Penelitian
Penelitian  ini  bersifat  deskriptif  analisis,  yang  mengungkapkan  peraturan perundang-undangan  yang  berkaitan  dengan  teori-teori  hukum  yang  menjadi
objek penelitian. Metode deskriptif analitis  ini juga bertujuan untuk  memberikan gambaran,  gejala  dan  peristiwa  yang  terjadi  dan  memaparkan  obyek  penelitian
berdasarkan  kenyataan  secara  kronologis  dan  sistematis  kemudian  diadakan penganalisaan  tentang  realitas  tersebut  yang  dihubungkan  dengan  peraturan
hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3.
Sumber Data
55
Soemitro,  Ronny  Hanitijo, Metodologi  Penelitian  Hukum  dan  Yurimetri,  Jakarta: Gralia Indonesia, 1980, hal.9
Universitas Sumatera Utara
Dalam  penelitian  ini  penulis  menggunakan  beberapa  sumber  data  yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu :
a  Studi Kepustakaan  yang merupakan hasil penelitian bersumber dari data  yang ada  pada  peraturan  perundang-undangan  yang  terkait  dan  bahan  buku-buku
hukum. b  Studi  Lapangan  merupakan  penunjang  studi  kepustakaan,  yang  diperoleh  dari
proses  wawancara  dengan  anggota  DPRD  Provinsi  Sumatera  Utara  maupun file  laporan  yang  berkaitan  langsung  dengan  Fungsi  Legislasi  di  DPRD
Provinsi SumatraUtara. Dalam  penelitian    ini  penulis  menggunakan  jenis-jenis  data  yang  terdiri
dari: 1
Data  Primer,  yaitu  data  yang  diperoleh  langsung  dari  sumbernya,  baik  melalui wawancara,  observasi  maupun  laporan  dalam  bentuk  dokumen  tidak  resmi
yang kemudian diolah oleh peneliti. 2
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku- buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
laporan, skripsi atau makalah ilmiah, dan peraturan  perundang-undangan. Data sekunder tersebut, dapat dibagi menjadi :
56
a Bahan  Hukum  Primer  yaitu,  bahan  yang  diteliti  mengenai  undang-undang
yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu: a.
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
56
Zainuddin Ali.,Op cit, hal.106
Universitas Sumatera Utara
b. Undang-Undang  No.10  Tahun  2004  tentang  Pembentukan  Peraturan
Perundang-undangan c.
Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d.
Undang  –  Undang  No.  12  Tahun  2008  tentang  Perubahan  Kedua  atas Undang
– Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; e.
Undang-Undang  No.27  Tahun  2009  tentang  MPR,  DPR,  DPD,  dan DPRD
f. Undang-Undang  No.12  Tahun  2011  tentang  Pembentukan  Peraturan
Perundang-undangan g.
Peraturan Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  53  Tahun  2011  tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah b
Bahan  Hukum  Sekunder  yaitu  bahan  yang  tertuang  didalam  buku-buku, penelitian-penelitian,  teori-teori  hukum  dan  pendapat  ahli  yang  dapat
dipertanggung  jawabkan  keilmiahannya  yang  terkait  dengan  objek penelitian ini.
c Bahan  Hukum  Tertier  adalah  petunjuk  atau  penjelasan  mengenai  bahan
hukum  primer  atau  bahan  hukum  sekunder  yang  berasal  dari  kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
57
4.
Metode Pengumpulan Data
Dalam  pengumpulan  data  penulis  dapat  memanfaatkan  data  yang  didapat dari  sumber  data,  data  tersebut  kemudian  dikumpulkan  dengan  metode  sebagai
berikut:
57
Ibid., hal.106
Universitas Sumatera Utara
a Studi Dokumen
Melakukan  pendataan  terhadap  bahan-bahan  hukum  yang  didapat  pada berkas-berkas  program  legislatif  daerah  Provinsi  Sumatera  Utara,  produk  hukum
seperti perda yang dikeluarkan di daerah Sumatera Utara. b
Wawancara  interview
Wawancara  interview  dapat  dipandang  sebagai  metode  pengumpulan data  dengan  jalan  tanya  jawab  sepihak,  yang  dikerjakan  dengan  sistematis  dan
berlandaskan  kepada  tujuan  penelitian.
58
Wawancara  yang  dilakukan  dengan wawancara  terstruktur  untuk  menggali  sebanyak-sebanyaknya  informasi  yang
diperoleh  dari    anggota  DPRD.  Alat  instrument  yang  digunakan  untuk mengumpulkan  data  dalam  penelitian  ini  adalah  daftar  wawancara  yang
terstruktur
structured interview schedule
dengan pedoman wawancara
interview guide
yang  disusun  sebelumnya  dengan  pemilihan  responden  dilakukan  secara
porpossive  sampling
,  yaitu  pengambilan  sample  yang  ditentukan  oleh  penulis sendiri yaitu sebanyak 6 enam  orang yang terdiri dari ; 5 lima  orang anggota
DPRD    Periode  2009 – 2014  dan  1  satu  orang    kepala  bagian  kesekretariatan
DPRD  Provinsi  Sumatera  Utara  bidang  hukum  dan  perundang –  undangan.
Responden  tersebut  dipilih  karena  dianggap  terkait  untuk  menunjang  studi dokumen.
5.
Analisis Data
Data  yang  diperoleh  dari  penelitian  baik  dari  penelitian  kepustakaan maupun  penelitian  lapangan,  kemudian  dianalisa  dengan  menggunakan  metode
58
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach jilid II, Yogyakarta : Andi, 2004.hal.82.
Universitas Sumatera Utara
diskriptif  kualitatif,  yaitu  data  yang  diperoleh  di  lapangan  maupun  di perpustakaan,
disusun secara
sistematis setelah
diseleksi berdasarkan
permasalahan  dan  dilihat  kesesuaiannya  dengan  ketentuan  yang  berlaku, selanjutnya disimpulkan sehingga diperoleh jawaban permasalahan.
G.
Sistematika Penulisan
Dalam menulis karya ilmiah diperlukan penulisan yang sistematis. Adapun sistematika  penulisan  ini  dibagi  menjadi  4  empat  bab  yang  dapat  diuraikan
secara garis besar.
Bab  I  Pendahuluan,  pada  bab  ini  berisi  pengantar  yang  menguraikan
mengenai  latar  belakang  penulisan  skripsi,  permasalahan  yang  diangkat  tujuan dan  manfaat  penulisan,  keaslian  penulisan,  tinjauan  kepustakaan,  metode
penelitian, dan diakhiri oleh sistematika penulisan.
Bab  II  Tinjauan  Keberadaan  Lembaga  Perwakilan  Rakyat  Daerah dalam  Sistem  Ketatanegaraan  di  Indonesia,  pada  bab  ini  akan  mulai  dibahas
permasalahan  dengan  menguraikan  tentang  keberadaan  lembaga  perwakilan rakyat daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Bab  III  Pelaksanaan  Fungsi  Legislasi,  pada  bab  ini  diuraikan  terlebih
dahulu  mengenai  gambaran  umum  kedudukan  dan  fungsi  Dewan  Perwakilan Rakyat  Daerah,  kemudian  gambaran  anggota  dan  alat  kelengkapan  Dewan
Perwakilan  Rakyat  Daerah  Provinsi  Sumatera  Utara  Periode  2009 –  2014  ,  dan
Pelaksanaan  Fungsi  Legislasi  DPRD  Provinsi  Sumatera  Utara  Periode  2009 –
2014,  dan  faktor  pendukung  dan  penghambat  dalam  pelaksanaan  fungsi  legislasi
Universitas Sumatera Utara
DPRD  pada  periode  2009 –  2014    sekaligus  menjawab  dua  permasalahan  pada
penulisan ini.
Bab  IV  Kesimpulan  dan  Saran,  bab  ini  berisi  kesimpulan  dari  analis
penelitian yang dilakukan oleh penulis dan saran dari analisis yang ada.
Daftar Pustaka Lampiran
– Lampiran
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
A.  Pengertian Sistem Ketatanegaraan
Istilah  sistem  ketatanegaraan  terdiri  dari  kata
sistem
dan
ketatanegaraan.
Sistem  adalah  suatu  kesatuan  dimana  di  dalamnya  terdapat  unsur – unsur,  yang
masing –  masing  unsur  mempunyai  sifat  keterikatan,  kohesif,  sehingga  bentuk
totalitas  unit  tersebut  terjaga  utuh  konsistennya.
59
Sistem  ketatanegaraan  dapat diartikan  sebagai  susunan  ketatanegaraan,  yaitu  segala  sesuatu  yang  berkenaan
dengan  organisasi  Negara,  baik  yang  menyangkut  susunan  dan  kedudukan lembaga
–  lembaga  Negara  yang  berkaitan  dengan  tugas  dan  wewenangnya masing
–  masing  maupun  hubungan  satu  sama  lain.
60
Para  pakar  hukum  tata negara  membagi  sistem  ketatanegaraan  dalam  dua  sudut  pandang,  yaitu  ;
Pertama
,  sistem  ketatanegaraan  menurut  sifatnya,  dan
Kedua,
sistem ketatanegaraan menurut pembagian kekuasaan.
61
Sistem  Ketatanegaraan  Indonesia  adalah  susunan  ketatanegaraan  di Indonesia yang berkenaan dengan susunan Organisasi Negara Republik Indonesia
yaitu yang menyangkut susunan dan kedudukan lembaga – lembaga Negara, tugas
dan wewenang maupun hubungannya satu sama lain menurut UUD 1945.
62
59
Abdi  Yuhana,  Sistem  Ketatanegaraan  Indonesia  Pasca  Perubahan  UUD  1945, Bandung : Fokus Media, 2013, hal.68
60
Ibid.,hal.68
61
Titik Triwulan Tutik, Op.Cit, hal.8
62
Abdi Yuhana, Op.cit, hal.69
Universitas Sumatera Utara
Sistem  ketatanegaraan  Republik  Indonesia  menurut  UUD  1945  adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa Indonesia.
63
B.  Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah 1.  Lembaga  Perwakilan  Rakyat  Daerah  dalam  Sistem  Ketatanegaraan
Indonesia Sebelum Perubahan UUD 1945
Indonesia sebagai negara yang menganut dan mengakui  esensi demokrasi telah mengatur tentang eksistensi lembaga  perwakilan rakyat seperti MPR, DPR.
Mengenai  lembaga  perwakilan  ini  dapat  dilihat  pada  UUD  1945  sebelum perubahan  yang  meletakkan  kedaulatan  tertinggi  berada  di  tangan  rakyat.  Tetapi
pada  UUD  1945  sebelum  perubahan  tidak  diatur  tentang  lembaga  perwakilan rakyat  daerah  walaupun  sudah  mengakui  adanya  pemerintahan  daerah  sebagai
delegasi  kewenangan  pusat.  Oleh  karena  itu,  pengaturan  mengenai  keberadaan lembaga perwailan  rakyat  daerah dapat  dilihat dalam beberapa undang
– undang tentang  Pemerintahan  Daerah  yang  pernah  berlaku  di  Indonesia  diantaranya
sebagai berikut :
a.  Undang – Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Daerah
Dalam  undang –  undang  ini  yang  berkedudukan  menjadi  lembaga
perwakilan  rakyat  daerah  adalah  Komite  Nasional  Daerah  dengan  nama  Badan Perwakilan  Rakyat  Daerah.  Badan  Perwakilan  Rakyat  Daerah    yang  selanjutnya
disebut  sebagai  BPRD  merupakan  lembaga  yang  mewakili  rakyat  untuk
63
Ibid., hal.69
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan urusan – urusan rumah tangganya sendiri.
64
BPRD berfungsi sebagai  badan  legislatif  yang  dipimpin  oleh  Kepala  Daerah  ,  sehingga  BPRD
dalam  menjalankan  fungsi  legislatifnya  sangat  lemah  khususnya  dalam menjalankan otonomi daerah.
65
Adapun  yang  menjadi  wewenang  Badan  Perwakilan  Rakyat  Daerah meliputi tiga hal, yaitu :
1 membuat peraturan – peraturan untuk kepentingan daerahnya otonomi;
2 membantu menjalankan peraturan – peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
dari tingkat yang lebih tinggi daripadanya medebewind dan selfgovernment 3
membuat  atau  membentuk  peraturan  yang  diperintahkan  oleh  Undang  – Undang  umum  dengan  ketentuan  peraturan  tersebut  harus  disahkan  terlebih
dahulu oleh pemerintahan yang lebih tinggi.
66
b.  Undang –  Undang  No.  22  Tahun  1948  tentang  Pokok  Pemerintahan
Daerah
Undang –  Undang  No.  22  Tahun  1948  tentang  Pokok  Pemerintahan
Daerah ialah pengganti dari Undang – Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Komite
Nasional Daerah. Menurut undang – undang ini, pemerintahan daerah terdiri dari
Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  DPRD  dan  Dewan  Perwakilan  Daerah DPD.
67
DPRD  merupakan  alat  pemerintahan  daerah  yang  tertinggi  yang bertugas mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.
68
Undang – undang ini
merupakan  undang –  undang  pertama  yang  menyatakan  keberadaan  lembaga
64
Juanda, Op.cit, hal.148
65
Ibid.,
66
Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara, Op.cit, hal.337
67
Ibid., hal.315
68
Juanda , Op.cit, hal.152
Universitas Sumatera Utara
perwakilan  rakyat  daerah  sebagai  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  DPRD. DPRD memiliki kewenangan sebagai berikut :
69
1 DPRD  berhak  mengatur  dan  mengurus  rumah  tangganya    Pasal  23  ayat
1 2
DPRD  berhak  bersama –  sama  dengan  beberapa  daerah  mengatur
kepentingan mereka bersama  Pasal 27 ayat 1; 3
DPRD mempunyai kekuasaan memilih anggota DPD  Pasal 14 ayat 1; 4
DPRD  berhak  memberitahukan  anggota  DPRD  yang  telah  melanggar larangan  Pasal 6 2;
5 DPRD  berhak  membuat  pedoman  untuk  DPD  guna  mengatur  cara
menjalankan kekuasaan dan kewajibannya  Pasal 15 ayat 1; 6
DPRD berhak membuat peraturan tentang uang kehormatan anggota DPD Pasal 16 ayat 1;
7 DPRD berhak mengajukan usul kepada yang berwajib agar Kepala Daerah
diberhentikan  Pasal 5 ayat 4; 8
DPRD berhak membela kepentingan daerah dan penduduknya di hadapan Pemerintah  dan  DPR  maupun  terhadap  DPD  danatau  DPRD  atasnya
Pasal 26 ;
9 DPRD  berhak  membuat  peraturan  daerah  untuk  melaksanakan  otonomi
atau medebewind  Pasal 28 10
DPRD berhak menetapkan hukuman kurungan selama  – selama tiga bulan atau  denda  sebanyak
–  banyaknya  Rp.100,-  terhadap  pelanggaran peraturan
– peraturannya  Pasal 29 ; 11
DPRD  berhak  mengajukan  keberatan  terhadap  putusan  DPRD  yang  tidak mendapat  pengesahan Presiden atau Dewan Pemerintahan  Daerah kepada
DPD setingkat lebih atas dari DPD yang menolak  Pasal 30 ayat 4; 12
DPRD  berhak  mengajukan  usul  perubahan  terhadap  APBD  yang  telah ditetapkan  dengan  syarat  harus  disahkan  lebih  dahulu  oleh  yang
berwenang  Pasal 31 ; 13
DPRD  berhak  membuat  peraturan  –  peraturan  tentang  pemungutan  – pemungutan pajak
– pajak daerah  Pasal 32 ayat 1; 14
DPRD  berhak  mengadakan  pinjaman  uang  bagi  kepentingan  daerahnya dengan syarat ada pengesahan dari yang berwenang  Pasal 33;
15 DPRD  berhak  menetapkan  peraturan  dalam  rangka  pengurusan  keuangan
daerah  Pasal 38 ayat 1; 16
DPRD  berhak  mengajukan  keberatan  terhadap  penolakan  pengesahan  atas perubahan  APBD  kepada  DPD  setingkat  lebih  atas  dari  DPD  yang
menolak  Pasal 39 ayat 7;
69
Ibid ., hal.153
Universitas Sumatera Utara
Dalam  Undang –  Undang  No.  22  Tahun  1948  ini,  DPRD  sebagai  alat
kelengkapan pemerintah daerah tertinggi memiliki kewenangan untuk melakukan pengaturan  yang  diwujudkan  dalam  membuat  peraturan  daerah  dan  membuat
peraturan lain yang berhubungan dengan kemajuan daerah.
c.  Undang –  Undang  No.  1  Tahun  1957  tentang  Pokok  –  Pokok
Pemerintahan di Daerah
Kedudukan  DPRD  pada  Pasal  5  dalam  Undang –  Undang  No.  1  Tahun
1957  tentang  Pokok –  Pokok  Pemerintahan  di  Daerah  ialah  sebagai  pemerintah
daerah. DPRD sebagai pemerintah daerah  dan berfungsi sebagai badan legislatif memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut :
1 Memilih ketua dan wakil ketuanya sendiri;
2 Memberikan pengecualian terhadap larangan melakukan usaha  pekerjaan
yang dilarang bagi anggota DPRD; 3
Memberhentikan  anggota  yang  tidak  menaati  larangan  melakukan  usaha pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota DPRD;
4 Membuat peraturan tentang uang sidang, uang jalan, dan uang penginapan
anggota DPRD; 5
Membuat peraturan tentang uang kehormatan ketuawakil ketua DPRD; 6
Bersidang sekurang – kurangnya sekali dalam 3 bulan;
7 Mengadakan  rapat  tertutup  dan  membebaskan  kewajiban  merahasiakan
segala pembicaraan yang dilangsungkan dalam rapat tertutup; 8
Membuat peraturan tata tertib rapat DPRD; 9
Memilih dan memberhentikan anggota DPD; 10
Memberhentikan  anggota  DPD  karena  melanggar  larangan  melakukan usaha  pekerjaan  yang  ditetapkan  bagi  anggota  itu  atau  karena  sesuatu
alasan lain; 11
Membuat pedoman cara DPD menjalankan kekuasaan dan kewajibannya; 12
Mengesahkan peraturan tata tertib rapat DPD; 13
Membuat  peraturan  tentang  uang  kehormatan,  uang  jalan,  dan  uang penginapan anggota DPD;
14 Memilih dan memberhentikan Kepala Daerah.
15 Mencalonkan KepalaWakil Kepala Daerah Istimewa kepada Pusat;
16 Membuat  peraturan  tentang  gaji,  uang  jalan,  uang  penginapan,  dan
penghasilan lainnya bagi Kepala Daerah; 17
Mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya;
Universitas Sumatera Utara
18 Menyerahkan  urus  rumah  tangga  daerahnya  kepada  daerah  –  daerah
bawahan; 19
Membantu  menjalankan  peraturan  perundangan  dari  Pusat  atau  daerah yang lebih tinggi tingkatnya yang ditugaskan kepadanya;
20 Menugaskan kepala daerah bawahan untuk menjalankan peraturannya;
21 Membela  kepentingan  daerah  dan  penduduknya  ke  hadapan  pemerintah,
DPR, atau pemerintah daerah tingkat di atasnya; 22
Membuat peraturan  untuk  kepentingan  daerah  dan  melaksanakan
otonomimedebewind; peraturan ini dinamakan peraturan daerah; 23
Menetapkan  ancaman  kurungan  selama  –  lamanya  6  enam  bulan  atau denda  sebanyak
–  banyaknya  Rp  5.000,-  lima  ribu  rupiah  bagi pelanggaran terhadap peraturannya;
24 Menunjuk
pegawai  daerah  yang  diberi  tugas  pengusutan  terhadap pelanggaran peraturannya;
25 Membebankan  kepada  pelanggar  keputusannya  biaya  yang  dikeluarkan
untuk  bantuan  yang  diberikan  oleh  alat  kekuasaan  lain  bagi  pelaksanaan keputusan itu;
26 Bekerjasama
dengan  daerah  lain  untuk  mengatur  dan  mengurus kepentingan bersama;
27 Membentuk panitia – panitia untuk melancarkan pelaksanaan tugasnya;
28 Menunjuk  instansi  –  instansi  yang  akan  menjalankan  hal  –  hal  yang  telah
dilalaikan pelaksanaan pembantuannya oleh daerah – daerah bawahan;
29 Mengangkat dan memberhentikan sekretaris daerah;
30 Membuat  peraturan  tentang  pengangkatan,  pemberhentian,  pemberhentian
sementara,  gaji,  pensiun,  uang  tunggu,  dan  hal –  hal  lain  mengenai
kedudukan hukum pegawai daerah; 31
Meminta  kepada  Pusat  agar  dipekerjakan  pegawai  –  pegawai  Pusat  untuk melaksanakan urusan
– urusan tertentu bagi kepentigan daerahnya; 32
Memungut pajak dan retribus; 33
Mendirikan perusahaan daerah; 34
Memegang  semua  kekuasaan  mengenai  pengelolaan  umum  keuangan daerah;
35 Menetapkan anggaran keuangan daerah termasuk perubahannya;
36 Mengajukan  keberatan  kepada  instansi  yang  setingkat  lebih  atas  dari
instansi yang menolak mengesahkan keputusannya; 37
Memberikan keterangan yang diminta oleh instansi pengawas; 38
Menyelidiki  dan  memeriksa  pekerjaan  mengurus  rumah  tangga  atau  tugas pembantuan yang dilakukan oleh daerah
– daerah bawahan.
70
Kewenangan  DPRD  berdasarkan  Undang –  Undang  No.  1  Tahun  1957
tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah lebih luas dibandingkan undang –
undang sebelumnya.
70
Ibid ., hal.160
Universitas Sumatera Utara
d.  Undang –  Undang  No.  18  Tahun  1965  tentang  Pokok  –  Pokok
Pemerintahan di Daerah
DPRD pada Pasal 5 ayat 1 dalam Undang – Undang No. 18 Tahun 1965
tentang  Pokok –  Pokok  Pemerintahan  di  Daerah  berkedudukan  sebagai
pemerintah daerah. Undang – undang tidak merumuskan secara tegas mengenai
kewenangan  DPRD.  Tetapi    secara  umum  ada  beberapa  kewenangan  yang
dianggap sebagai kewenangan DPRD yaitu :
1 Membuat peraturan daerah bersama Kepala Daerah  Pasal 27 ayat 1 dan
ayat 2 2
Melakukan  sidang  atau  rapat  sekurang –  kurangnya  sekali  dalam  tiga
bulan; 3
Membuat Peraturan Tata Tertib DPRD; 4
Memberikan  pertimbangan  atas  usul  Kepala  Daerah  tentang  penambahan jumlah anggota BPH.
71
Pengaturan  mengenai  kewenangan  DPRD  yang  tidak  tegas  dikarenakan undang
–  undang  ini  menganggap  DPRD  bukanlah  pemegang  kekuasaan  yang utama  dalam  penyelenggaraan  pemerintah  daerah.  Kedudukan  dan  kewenangan
DPRD hanya sebagai formalitas atau pelengkap demokrasi.
72
e.  Undang –  Undang  No.  5  Tahun  1974  tentang  Pokok  –  Pokok
Pemerintahan di Daerah
Kedudukan  DPRD  dalam  Undang –  Undang  No.  5  Tahun  1974  tentang
Pokok –  Pokok  Pemerintahan  di  Daerah  ialah  sebagai  pemerintah  daerah,
ketentuan ini diatur pada Pasal  13 ayat  1 dalam  undang – undang ini. Menurut
Undang –  Undang  No.  5  Tahun  1974  tentang  Pokok  –  Pokok  Pemerintahan  di
71
Ibid., hal.176
72
Ibid ..,
Universitas Sumatera Utara
Daerah  kewenangan  DPRD  sebagai  pemerintah  daerah  dan  lembaga  perwakilan ialah sebagai berikut ;
1 Memberikan  persetujuan  Kepala  Daerah  dalam  membuat  Peraturan
Daerah; 2
Bersama –  sama    Kepala  Daerah  menyusun  Anggaran  Pendapatan  dan
Belanja daerah dan peraturan-peraturan Daerah untuk kepentingan Daerah dalam batas
– batas  wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau untuk melaksanakan  peraturan  perundang-undangan  yang  pelaksanaannya
ditugaskan kepada Daerah; 3
Mengawasi jalannya pemerintahan daerah; 4
Menetapkan waktu dan penyelenggaraan sidang atau rapat; 5
Merahasiakan  segala  sesuatu  yang  dibicarakan  dalam  rapat  atau  sidang tertutup,  kewajiban  itu  berlangsung  terus  sampai  ada  penegasan  putusan
Dewan bahwa sifat ketertutupannya diubah menjadi bersifat terbuka;
6 Membuat  dan  menetapkan  peraturan  Tata  Tertib  dengan  mengidah
petunjuk Menteri Dalam Negeri; 7
Mengusulkan  penambahan  urusan  rumah  tangga  daerah  yang  ditetapkan sebagai  atau  wewenang  pangkal  dalam  Undang
–  Undang  pembentukan daerah;
8 Menyetujui penetapan Peraturan Daerah kepentingan rumah tangga daerah
atau  untuk  melaksanakan  peraturan  perundang –  undangan  yang  lebih
tinggi tingkatannya yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah; 9
Menyetujui  penetapan  Peraturan  Daerah    yang  mengandung  ancaman kurungan selama
– lamanya enam bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp  50.000,-    lima  puluh  ribu  rupiah    terhadap  pelanggaran  peraturan
– peraturannya  dengan  atau  tidak  merampas  barang
–  barang  tertentu, kecuali jikalau dengan peraturan
– peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi tingkatannya ditetapkan lain;
10 Menyetujui  penetapan  Peraturan  Daerah  tentang  penunjuk  pegawai  –
pegawai  Daerah  yang  diberi  tugas  melakukan  penyelidikan  terhadap pelanggaran  atas  Peraturan  Daerah  sesuai  dengan  peraturan    perundang
– berlaku;
11 Menyetujui
penetapan  Peraturan  Daerah  tentang  pembebanan  biaya kepada  si  pelangar  Peraturan
–  Peraturan  Daerah  apabila  biaya  itu diperlukan untuk meminta bantuan alat
– alat kekuasaan; 12
Menyetujui penetapan  Peraturan  Daerah  tentang  kedudukan  dan
kedudukan  keuangan  anggota  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  dan Pegawai Daerah;
13 Menyetujui
penetapan Peraturan
Daerah tentang
Pengangkatan, pemberhentian, pemberhentian sementara,  gaji, pensiun, uang tunggu dan
lain sebagainya mengenai kedudukan hukum pegawai daerah; 14
Menyetujui  penetapan  peraturan  Peraturan  Daerah  tentang  perbantuan pegawai daerah kepada daerah lainnya;
Universitas Sumatera Utara
15 Menyetujui  penetapan  peraturan  Pemerintah  Daerah  tentang  pemungutan
Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah  yang  peraturan  pokonya  diterapkan dalam Undang
– Undang; 16
Mengadakan  ketentuan  tentang  pengusahaan  sumber  alam  yang  ada  di daerahnya  dan  mengadakan  membentuk  Perusahaan  Daerah  yang
mengolahnya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku;
17 Menetapkan  bahwa  barang  –  barang  milik  Daerah  yang  dipergunakan
untuk melayani kepentingan umum dapat dijual, diserahkan hak – haknya
kepada pihak lain, dijadikan tanggungan atau digadaikan; 18
Menetapkan  penjualan,  penyewaan,  atau  pengepakan  barang  –  barang termaksud di atas, tidak dilelang di muka umum, tetapi dibawah tangan;
19 Membahas keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah;
20 Menyiapkan
segala  sesuatu  berhubungan  dengan  proses  pencalonan Kepala  Daerah,  memilih  calon
–  calon  Kepala  Daerah  yang  akan disampaikan kepada pejabat yang berwenang untuk mengangkatnya;
21 Memberikan  persetujuan  calon  wakil  Kepala  Daerah  yang  disampaikan
oleh Kepala Daerah; 22
Menyusun laporan tahunan pada setiap akhir tahun; 23
Menyusun memori danatau laporan akhir masa jabatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
24 Setiap  anggota  mengucapkan  sumpah  janji  sesuai  dengan  ketentuan  yang
berlaku untuk itu.
73
DPRD  sebagai  lembaga  perwakilan  memiliki  tiga  fungsi  utama  yaitu
perundang- undangan, anggaran, dan pengawasan. Selain itu DPRD juga memiliki hak yang diatur pada Pasal 29 ayat 1 undang
– undang ini,  yaitu : hak anggaran, hak mengajukan pertanyaan bagi masing
– masing anggota, meminta keterangan, mengadakan
perubahan, mengajukan
pertanyaanpendapat, prakarsa,
penyelidikan.
f.  Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang –  Undang  ini  merupakan  undang  –  undang  yang  pertama  sekali
tidak  menyebut  DPRD  sebagai  bagian  dari  pemerintah  daerah  tetapi  sebagai
73
Ibid., hal.183
Universitas Sumatera Utara
badan legislatif daerah.
74
Ketentuan ini dapat dilihat pada Pasal 14 ayat 1 yang berbunyi  :  “Di  Daerah  dibentuk  DPRD  sebagai  Badan  Legislatif  Daerah  dan
Pemerintah  Daerah  sebagai  Badan  Eksekutif  Daerah.”  Kemudian  ditegaskan kembali pada Pasal 14 ayat 2  yang berbunyi ; “Pemerintah Daerah terdiri atas
Kepala  Daerah  beserta  perangkat  Daerah  lainnya.”  Kemudian  Pasal  16  ayat  2 menyatakan  bahwa  kedudukan  DPRD  sebagai  Badan  Legislatif  Daerah  sejajar
dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Undang
–  undang  ini  juga  menegaskan    bahwa  DPRD  sebagai  lembaga perwakilan  rakyat  di  Daerah  merupakan  wahana  untuk  melaksanakan  demokrasi
berdasarkan Pancasila Pasal 16 ayat 1 . DPRD memiliki tugas dan wewenang yang diatur pada Pasal 18 ayat 1 yaitu sebagai berikut :
a. memilih GubernurWakil Gubernur, BupatiWakil Bupati, dan
WalikotaWakil Walikota; b.
memilih anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari Utusan Daerah;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur Wakil
Gubernur, BupatiWakil Bupati, atau Walikota Wakil Walikota; d.
bersama dengan Gubernur, Bupati, atau Walikota membentuk Peraturan Daerah;
e. bersama dengan Gubernur, Bupati, atau Walikota menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; f.
melaksanakan pengawasan terhadap : 1  pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan
perundangundangan lain; 2  pelaksanaan Keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
3  pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 4  kebijakan Pemerintah Daerah; dan
5  pelaksanaan kerja sama internasional di Daerah;
g. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah
terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan
h. menampung dan menindaklanjuti aspirasi Daerah dan masyarakat
74
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara, Op.cit, hal.361
Universitas Sumatera Utara
Selain  tugas  dan  wewenang  diatas  DPRD  memiliki  hak  yang  diatur  pada Pasal  19  ayat  1  undang
–  undang  ini.  Adapun  hak  DPRD  itu,  ialah  sebagai berikut :
a. meminta pertanggungjawaban Gubernur, Bupati, dan Walikota;
b. meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah;
c. mengadakan penyelidikan;
d. mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah;
e. mengajukan pernyataan pendapat;
f. mengajukan Rancangan Peraturan Daerah;
g. menentukan Anggaran Belanja DPRD; dan
h. menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD.
Kedudukan,  kewenangan  dan  hak  DPRD  diatur    sedemikan  rupa  dalam undang
– undang ini yaitu dapat dilihat pada isi Pasal yang pada undang – undang sebelumnya tidak diatur dengan jelas
Keberadaaan  Lembaga  Perwakilan  Rakyat  Daerah  sebelum  amandemen UUD 1945 dapat dilihat dalam Undang
– Undang Pemerintah Daerah yang pernah berlaku  di  Indonesia  walaupun  UUD  1945  tidak  mengatur  mengenai  keberadaan
Lembaga  Perwakilan  Rakyat  Daerah.  Undang –  Undang  Pemerintahan  Daerah
yang  pernah  berlaku  di  Indonesia  menyatakan  dengan  jelas  bahwa  untuk mewujudkan  demokrasi  di  daerah    dan  penyelenggaraan  pemerintahan  daerah
yang baik  harus memiliki  Lembaga Perwakilan Rakyat  Daerah agar tidak  terjadi pemusatan kekuasaan pada satu lembaga saja. Selain itu dapat dilihat juga bahwa
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah kemudian namanya berganti menjadi Dewan Perwakilan  Rakyat  Daerah  DPRD  berkedudukan  sebagai  Badan  Legislatif
memiliki  fungsi  pengaturan  yaitu  diwujudkan  dalam  pembentukan  perda  dan peraturan lainnya  yang bertujuan untuk mengtur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2.  Kedudukan  dan  Fungsi  ,  Tugas  dan  Wewenang  Lembaga  Perwakilan Rakyat  Daerah  dalam  Sistem  Ketatanegaraan  Indonesia  Setelah
Perubahan UUD 1945
Keberadaan  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  DPRD  sebagai  lembaga perwakilan rakyat daerah diatur dengan jelas pada Pasal 18 ayat  3 dalam UUD
1945  setelah  perubahan  kedua  yang  menyatakan  bahwa  pemerintah  daerah provinsi,  kabupaten,  dan  kota  memiliki  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah.
Ketentuan ini menjadi suatu dasar hukum terhadap keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam sistem ketatanegaran di Indonesia.
Undang –  Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  pada
Pasal  18  ayat  3  tidak  menjelaskan  mengenai  kedudukan  dan  fungsi,  tugas  dan wewenang dari DPRD, tetapi UUD 1945 setetelah perubahan pada Pasal  18 ayat
7  menyatakan  bahwa  ada  undang –  undang  khusus  yang  mengatur  mengenai
susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah. Undang
–  Undang  No.  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan  Daerah merupakan  undang
–  undang    pertama  yang  dibentuk  untuk  mengatur pemerintahan  daerah  setelah  perubahan  UUD  1945.  Dalam  undang
– undang ini diatur  kedudukan  dan  fungsi,  tugas  dan  wewenang  DPRD.  Kedudukan  DPRD
dalam  Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 ialah sebagai lembaga perwakilan
rakyat  daerah  dan  berkedudukan  sebagai  unsur  penyelenggaraan  pemerintahan daerah yang memiliki fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran.
Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  sebagai  lembaga  perwakilan  rakyat daerah provinsi dan unsur penyelenggara pemerintahan daerah memiliki tugas dan
Universitas Sumatera Utara
wewenang.  Tugas  dan  wewenang  DPRD  diatur  dalam  undang –  undang
pemerintahan daerah yaitu sebagai berikut :
75
a. membentuk  Perda  yang  dibahas  dengan  kepala  daerah  untuk  mendapat
persetujuan bersama; b.
membahas  dan  menyetujui  rancangan  Perda  tentang  APBD  bersama dengan kepala daerah;
c. melaksanakan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  Perda  dan  peraturan
perundang-undangan  lainnya,  peraturan  kepala  daerah,  APBD, kebijakan
pemerintah daerah
dalam melaksanakan
program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah;
d. mengusulkan  pengangkatan  dan  pemberhentian  Kepala  daerahwakil
kepala  daerah  kepada  Presiden  melalui  Menteri  Dalam  Negeri  bagi DPRD  provinsi  dan  kepada  Menteri  Dalam  Negeri  melalui  Gubernur
bagi DPRD kabupatenkota;
e. memilih  wakil  kepala  daerah  dalam  hal  terjadi  kekosongan  jabatan
wakil kepala daerah; f.
memberikan  pendapat  dan  pertimbangan  kepada  pemerintah  daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sana internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah; h.
meminta  laporan  keterangan  pertanggungjawaban  kepala  daerah  dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;
j. melakukan
pengawasan  dan  meminta  laporan  KPUD  dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;
k. memberikan  persetujuan  terhadap  rencana  kerja  sama  antar  daerah  dan
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
Kemudian  Undang –  Undang  No.  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintahan
Daerah direvisi menjadi Undang – Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua  atas  Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kedudukan  dan  fungsi  DPRD  dalam  undang –  undang  ini  masih  mengikuti
ketentuan  Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Sedangkan  tugas  dan  wewenang  dalam  Undang –  Undang  No.  12  Tahun  2008
tentang  Perubahan  Kedua  atas  Undang –  Undang  No.32  Tahun  2004  tentang
75
Pasal 42 ayat 1 Undang – Undang  No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan  Daerah  mengalami  perubahan  yaitu  pengahapusan  huruf  i  pada Pasal  42  ayat  1 tentang tugas dan wewenang DPRD.
76
Penjelasan  mengenai  kedudukan  DPRD  selain  diatur  dalam  undang –
undang pmerintahan daerah , diatur juga dalam Undang – Undang No. 27 Tahun
2009  tentang  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat, Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah  pada  Pasal  291,  pada
undang –  undang  ini  bukan  hanya  menjelaskan  kedudukan  tetapi  juga  susunan
DPRD  yang  terdiri  atas  anggota  partai  politik  peserta  pemilihan  umum  yang dipilih melalui pemilihan umum.
Selain  tugas  dan  wewenang  sebagaimana  dimaksud  di  atas,  DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang
– undangan. Peraturan perundang
– undangan yang mengatur tugas dan wewenang DPRD  ialah  Undang
–  Undang  No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan
Perwakilan  Rakyat  Daerah  .  Tugas  dan  wewenang  DPRD  provinsi  ialah  sebagai berikut :
77
a. membentuk peraturan daerah provinsi bersama gubernur;
b. membahas  dan  memberikan  persetujuan  rancangan  peraturan  daerah
mengenai  anggaran  pendapatan  dan  belanja  daerah  provinsi  yang diajukan oleh gubernur;
c. melaksanakan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  peraturan  daerah  dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi; d.
mengusulkan pengangkatan dan atau pemberhentian gubernur danatau wakil  gubernur  kepada  Presiden  melalui  Menteri  Dalam  Negeri  untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan danatau pemberhentian;
76
Pasal 42 ayat 1  huruf  i Undang – Undang  No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang – Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
77
Pasal  293  ayat  1  Undang –  Undang  No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
e. memilih  wakil  gubernur  dalam  hal  terjadi  kekosongan  jabatan  wakil
gubernur; f.
memberikan  pendapat  dan  pertimbangan  kepada  pemerintah  daerah provinsi terhadap rencanaperjanjian internasionaldi daerah;
g. memberikan  persetujuan  terhadap  rencana  kerja  sama  internasional
yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi; h.
meminta laporan  keterangan  pertanggungjawaban  gubernur  dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi; i.
memberikan  persetujuan  terhadap  rencana  kerjasama  dengan  daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
j. mengupayakan
terlaksananya  kewajiban  daerah  sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan ; dan k.
melaksanakan  tugas  dan  wewenang  lain  yang  diatur  dalam  ketentuan peraturan perundang
– undangan. Berdasarkan  tugas  dan  wewenang  sebagaimana  diuraikan  di  atas  Dewan
Perwakilan  Rakyat  Daerah  memiliki  hak  dan  kewajiban.  DPRD  memiliki  hak interpelasi,  hak  angket,  dan  hak  menyatakan  pendapat.
78
Hak  interpelasi  adalah hak  DPRD  provinsi  untuk  meminta  keterangan  kepada  gubernur  mengenai
kebijakanpemerintah  provinsi  yang  penting  dan  strategis  serta  berdampak  luas pada  kehidupan  bermasyarakat  dan  bernegara.
79
Hak  angket  adalah  hak  DPRD provinsi  untuk  melakukan  penyelidikan  terhadap  kebijakan  pemerintah  provinsi
yang  penting  dan  strategis  serta  berdampak  luas  pada  kehidupan  masyarakat, daerah,  dan  negara  yang  diduga  bertentangan  dengan  ketentuan  peraturan
perundang  -  undangan.
80
Hak  menyatakan  pendapat  adalah  hak  DPRD  provinsi untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan gubernur atau mengenai kejadian
luar  biasa  yang  terjadi  di  daerah  disertai  dengan  rekomendasi  penyelesaiannya
78
Siswanto Sunarno, Op.Cit, hal.68
79
Pasal  298  ayat  2  Undang –  Undang    No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah
80
Pasal  298  ayat  3  Undang –  Undang    No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
atau  sebagai  tindak  lanjut  pelaksanaan  hak  interpelasi  dan  hak  angket.
81
Selain tiga  hak  tersebut,  anggota  DPRD  provinsi    juga  memiliki  hak  lain  yang  diatur
dalam undang – undang, yaitu sebagai berikut :
82
a. mengajukan rancangan Perda;
b. mengajukan pertanyaan
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. protokoler; dan .
h. keuangan dan administratif
Pada  Undang –  Undang  No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah  mengenai  hak  anggota DPRD provinsi  ditambah satu
hak yaitu mengikuti orientasi dan pendalaman tugas. Selain memiliki hak, anggota DPRD juga memiliki kewajiban yaitu sebagai berikut :
83
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila ;
b. melaksanakan  Undang
–  Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang
– undangan ; c.
mempertahankan  dan  memelihara  kerukunan  nasional  dan  keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
d. mendahulukan  kepentingan  negara  di  atas  kepentingan  pribadi,
kelompok, dan golongan ; e.
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat ; f.
menaati  prinsip  demokrasi  dalam  penyelenggaraan  pemerintahan daerah ;
g. menaati tata tertib dan kode etik ;
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi ;
81
Pasal  298  ayat  4  Undang –  Undang    No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah
82
Pasal 44 ayat 1 Undang – Undang  No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
83
Pasal  300  Undang –  Undang    No.  27 Tahun  2009  tentang  Majelis  Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
i. menyerap  dan  menghimpun  aspirasi  konstituen  melalui  kujungan
kerja secara berkala ; j.
menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat ; dan
k. memberikan  pertanggungjawaban  secara  moral  dan  politis  kepada
konstituen di daerah pemilihannya.
Untuk mengoptimalkan  pelaksaan fungsi,  tugas  dan wewenang, serta hak dan kewajiban anggota DPRD provinsi di bentuk fraksi sebagai wadah berhimpun
anggota DPRD provinsi. Pada Pasal 50 dalam Undang – Undang nomor 32 Tahun
2004  tentang  Pemerintahan  daerah  menjelaskan  bahwa    setiap  anggota  DPRD wajib  berhimpun  dalam  fraksi  dan  jumlah  anggota  setiap  fraksi  sebagaimana
dimaksud sekurang-kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi hanya
dapat  membentuk  satu  fraksi.  Partai  politik  yang  tidak  memenuhi  syarat  untuk membentuk  1  fraksi,  wajib  bergabung  dengan  fraksi  yang  ada  atau  membentuk
fraksi  gabungan.  Fraksi  yang  sudah  terbentuk  wajib  menerima  anggota  DPRD dari  partai  politik  lain  yang  tidak  memenuhi  syarat  untuk  dapat  membentuk  satu
fraksi.  Apabilah  fraksi  gabungan  yang  sudah  dibentuk  belum  juga  memenuhi syarat  sebagai  fraksi  gabungan,  maka  seluruh  anggota  fraksi  gabungan  tersebut
wajib  bergabung  dengan  fraksi  danatau  fraksi  gabungan  lain  yang  memenuhi syarat. Kententuan ini diatur dalam Undang
– Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Selain  fraksi,  DPRD  provinsi  juga  memiliki  alat  kelengkapan  untuk menjalankan fungsi, tugas dan wewenang DPRD yang terdiri atas ;
84
1. Pimpinan ;
2. Badan Musyawarah ;
3. Komisi ;
4. Badan Legislasi Daerah ;
5. Badan Anggaran ;
6. Badan Kehormatan ; dan
7. Alat  Kelengkapan  lain  yang  diperlukan  dan  dibentuk  oleh  rapat
paripurna.
Jumlah pimpinan DPRD dan komisi yang dibentuk pada provinsi tergantung pada jumlah anggota DPRD yang terpilih tiap provinsi berdasarkan hasil dari keputusan
Komisi  Pemilihan  Umum  yang  telah  diresmikan  oleh  Menteri  Dalam  Negeri sesuai dengan peraturan perundang
– undangan yang berlaku. Ketentuan tata cara pembentukan, susunan, tugas dan wewenang dari alat
kelengkapan  daerah  diatur  dalam  peraturan  DPRD  tentang  tata  tertib  masing –
masing provinsi.
84
Pasal  302  ayat  1  Undang –  Undang  No.  27  Tahun  2009  tentang  Majelis
Permusyawaratan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  Dewan  Perwakilan,  Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah
Universitas Sumatera Utara
BAB III PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPRD
A. Kedudukan, Fungsi, Keanggotaan dan Alat Kelengkapam DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009