Tarif PPh Pasal 21 Final Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162PMK.011thn 2012 mengenai penyesuaina besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak 2013

8. Tarif PPh Pasal 21 Final

Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final. Besarnya tarif dan penghasilan tersebut adalah sebagai berikut: 8.1 Atas uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayark oleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan penyelenggara Jamsostek, dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat Final dengan ketentuan sebagai berikut: a. Atas jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 50.000.000,- atau kurang tidak dikenakna pajak penghasilan. b. Atas jumlah diatas Rp. 50.000.000,- diatur dengan ketentuan sesuai tarif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 5. 8.2 Tarif sebesar 15 dan sifatnya final diterapkan atas penghasilan bruto berupa honorarium yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, dan anggota TNIPOLRI yang bersumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan Iid ke bawah dan anggota TNIPOLRI berpangakat Pembantu Letnan Satu kebawah atau Ajun Inspektur Satu ke bawah.

9. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

9.1 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur bagi pegawai tetap adalah sebagai berikut: a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, Universitas Sumatera Utara yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur overtimedan pembayaran sejenisnya. b. Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan kerja JKK, Premi Jaminanan Kesehatan JK dan premi Jaminan Pemeliharaan Kecelakaan JPK yang diabayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai. c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, iuran Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Jamsostek. d. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12. e. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri sudah sejak awal tahun, tetap mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan penghaislan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa – masa sebelumnya dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 Form 1721 A1, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain. Universitas Sumatera Utara f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar penghasilan neto setahun pada huruf a dan b diatas, dikurangi PTKP. g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak sebgaimana dimaksud pada huruf c, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan disetor ke Kas Negara, yaitu sebesar: 1. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12, atau 2. Jumlah PPh pasal 21 setahun dikurangi dengan PPh yang terutang dan telah diperhitungkan pada pemberi kerja sebelumnya sesuai yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, dibagi dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja, atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf b. 9.2 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima Pensiun: a. Penerima PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun adalah sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto seakan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensiun sampai dengan bulan Desember. 2. Penghasilan neto pensiun sebagaimana tersebut pada huruf a ditambah dengan penghasilan neto dalam setahun yang bersangkutan pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun. 3. Untuk mengurangi Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan pada huruf b tersebut dikurangi PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 atas Penghasilan Kena Pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara 4. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 yang terutang dari pemberi ekrja sebelum pagawai yang bersangkutan pensiun dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun. 5. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21 seperti dalam huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud dalam huruf a. b. Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua dan selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, 2. Selanjutnya PPh Pasal 21 dihitung dengan cara seperti perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur bagi pegawai tetap, pada angka 2 huruf a, c, dan d diatas. 9.3 Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan tidak teratur Apabila pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, grafikasi, bonus, premi, Tunjangan Hari Tua, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagai berikut: a. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya, b. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa jasa produksi, dan sebagainya. c. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi dan sebagainya, d. Dalam hal pegawai tetap yang berkewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak awal tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas penghasilan yang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara sebagaimana Universitas Sumatera Utara pada butir 1 dengan memperhatikan ketentuan mengenai perhitungan PPh Pasal 21 bulanan ats penghasilan teratur bagi pegawai tetap.

C. Kasus