Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

8 kemajuan peradaban negara Jepang menjadi hal yang sangat kontras dengan kepercayaan masyarakatnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana ramalan golongan darah dalam masyarakat Jepang? 2. Bagaimana pengaruh dari ramalan golongan darah dalam kehidupan masyarakat di Jepang?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Sehingga masalah yang akan dibahas menjadi lebih terarah. Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus pada dampak ramalan golongan darah yang menyebabkan pendiskriminasian dalam kehidupan masyarakat di Jepang, khususnya di lingkungan kerja, sekolah, pertemanan dan hubungan percintaan. Selain itu, penulis akan menjelaskan lebih mendetail tentang masing-masing golongan darah dan mengenai kepercayaan ramalan golongan darah pada bab II. 9

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian memberi arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya http:jurnalapapun.blogspot.com 2014 03 pengertian- dan- definisi- agama- menurut.html. Sedangkan peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu Hery Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2009:43 . Meskipun ramalan dan agama merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya memiliki persamaan yaitu tetap berlanjut dan eksis keberadaannya selama masih ada yang meyakininya. Di Jepang, agama bukan merupakan hal yang rutin dilakukan setiap hari melainkan adalah hal yang erat kaitannya dengan setiap aspek kehidupan sosial dan ekonomi Yamamoto, 1994: 204-205. Ramalan pun dijadikan sebagai hal yang lebih penting ketimbang agama itu sendiri. Istilah ramalan dalam bahasa Jepang adalah uranai 占い. Merupakan istilah yang semata-mata muncul untuk menunjukkan “apa yang berada di belakang, dan karenanya tidak terlihat” Blacker, 2010:11. Menurut Noriyuki Miyake 2011:11 Ramalan begitu populer di kalangan masyarakat Jepang. Ramalan golongan darah yang memiliki ciri khas terbagi menjadi empat; O, A, B, dan AB muncul pada masa perang dunia II, kini begitu banyak masyarakat Jepang yang meyakini dan mempercayainya. 10 Setiap individu diciptakan Tuhan memiliki ciri khas masing-masing. Dalam hal ini, golongan darah dianggap merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu dari lahir. Golongan darah tidak hanya sebagai penentu jenis darah, melainkan juga dapat menjelaskan karakter seseorang. Pengetahuan golongan darah dapat digunakan untuk bisa menyingkap berbagai aspek karakter. Berdasarkan data yang banyak dan hasil observasi, ada bukti-bukti yang mendukung adanya hubungan antara golongan darah ABO manusia beserta fenomenanya Nomi, 2009:6. Namun, karena pengklasifikasian karakter berdasarkan golongan darah ini masih baru, masih banyak kesalahpahaman. Kesalahpahaman tersebut akan menghambat pemahaman terhadap orang lain sehingga memberikan dampak buruk yang serius bagi pengembangan hubungan antarmanusia. Oleh karena itu, selain memahami karakteristik masing-masing berdasarkan golongan darah, perlu disertai juga dengan pemahaman karakter secara keseluruhan. Dengan demikian kita akan jadi lebih akurat untuk menangkap karakter-karakter orang lain. Selain itu, poin dan juga arah yang harus kita perhatikan menjadi lebih jelas Nomi, 2009:8. Karena kesalahpahaman dapat menimbulkan pandangan baru mengenai ramalan golongan darah yang menuju ke arah yang negatif yang menuju ke pendiskriminasian. Pendiskriminasian yang muncul dari ramalan golongan darah yang disebut burahara, membuat masyarakat Jepang meyakini baik buruknya karakter seseorang dalam aspek kehidupan seperti hubungan kerja, pertemanan, asmara dan cara mendidik anak bisa ditentukan melalui golongan darah. 11

2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori kepercayaan rakyat minkan shink ō yang berdasarkan pada agama Shinto sebagai salah satu aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang. Menurut Miyake dalam Situmorang 2013:28, yang dimaksud dengan minkan shink ō kepercayaan rakyat adalah agama alami, yaitu tidak memiliki doktrin, tidak ada sistematika pengajaran, tidak memiliki struktur lengkap dari pengikut, bersifat magis dan tidak melembaga serta menunjukkan kelompok kepercayaan terus menerus. Minkan shink ō adalah kepercayaan dimana orang menerima apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan melalui pengalaman hidup mereka. Hal inilah yang menyebabkan praktek perdukunan, sihir dan ramalan menjadi bagian ajaran dari minkan shink ō, karena dianggap hal-hal tersebut merupakan hasil dari pengalaman dan bersifat magis http:www.newstatesman.comblogsthe-faith- column200706birth-life-japanese-shinto. Karena dasar inilah ramalan golongan darah dengan mudahnya masuk ke tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat Jepang. Penulis juga menggunakan teori konstruksi sosial untuk menelaah lebih dalam bagaimana proses kepercayaan golongan darah bisa masuk ke tengah- tengah kehidupan sosial di Jepang. Dalam teori konstruksi sosial dikatakan, bahwa manusia yang hidup dalam konteks sosial tertentu melakukan proses interaksi secara simultan dengan lingkungannya. Masyarakat hidup dalam dimensi-dimensi dan realitas objektif yang dibentuk melalui momen eksternalisasi dan objektivasi dan dimensi subjektif yang dibangun melalui momen internalisasi. 12 Baik momen eksternalisasi, objektivasi maupun internalisasi tersebut akan selalu berproses secara dialektik dalam masyarakat Berger Luckman, 1991:2. Dengan demikian, yang dimaksud dengan realitas sosial adalah hasil dari sebuah konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kepercayaan golongan darah masuk dan melahirkan diskriminasi golongan darah di dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang, yaitu hubungan kerja, pertemanan, asmara dan mendidik anak. Selain itu, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu pendekatan yang menggunakan pengalaman hidup sebagai alat untuk memahami secara lebih baik tentang sosial budaya, politik atau konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri” Aminuddin, 1990:108. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu ramalan golongan darah. Kuatnya keyakinan terhadap ramalan dan kecilnya kepercayaan terhadap agama membuat masyarakat Jepang dengan mudahnya membuat sebuah ramalan menjadi pedoman hidup mereka. Penulis juga menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Syaom Barliana, Semiotika adalah ilmu yang mempelajari struktur, jenis, tipologi,serta relasi-relasi simbol atau tanda dalam penggunaannya di dalam masyarakat. Semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen tanda, sertarelasi antar komponen-komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya. 13 http:www.academia.edu1045086S_E_M_I_O_T_I_K_A_TENTANG_MEMB ACA_TANDA-TANDA. Dalam penelitian ini terdapat simbol atau tanda pada penggolongan golongan darah yaitu, O, A, B dan AB atau lebih dikenal sebagai Golongan Darah ABO. Masyarakat Jepang menyakini, simbol Golongan Darah ABO tersebut dianggap memiliki keterkaitan dengan watak karakter dari masing- masing pemiliknya.

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ramalan golongan darah dalam masyarakat Jepang. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari ramalan golongan darah dalam kehidupan masyarakat di Jepang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang sejarah munculnya kepercayaan ramalan golongan darah dan perkembangannya sampai saat ini, dan apa yang menyebabkan terjadinya serta dampak dari pendiskriminasian golongan darah dalam kehidupan sosial di Jepang. 2. Bagi pembaca, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah wawasan pembaca khususnya yang sedang belajar di bidang kajian masyarakat Jepang. 14 3. Bagi peneliti lain, penulis berharap agar penelitian ini bisa menambah refrensi atau informasi yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat atau ramalan.

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki Nazir, 2003:54. Penulis berusaha menjabarkan penelitian secara akurat dan berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode kepustakaan. Penulis memperoleh sumber dari berbagai media cetak seperti buku, majalah, makalah, jurnal, dan koran. Adapun media pendukung lainnya seperti internet digunakan sebagai pelengkap penulis dalam pengerjaan penelitian ini. 15

BAB II TINJAUAN UMUM SEJARAH, JENIS DAN RAMALAN GOLONGAN

DARAH 2.1. Sejarah dan Perkembangan Golongan Darah Meskipun penemuan golongan darah secara medis baru ditemukan sekitar tahun 1900-an, namun evolusi golongan darah sudah terjadi berjuta tahun yang lalu dan masih akan terus berkembang hingga masa yang akan datang. Golongan darah yang kita ketahui saat ini adalah O, A, B, dan AB. Menurut sejarahnya, golongan darah tertua dari keempat golongan darah tersebut adalah golongan O old. Golongan darah ini diperkirakan ditemukan sekitar 40.000 tahun SM di Afrika. Hal ini juga diperkuat dengan adanya penelitian bahwa nenek moyang seluruh penduduk dunia tinggal di Afrika dan hanya bergolongan darah O Roesma, 2009:14. Mereka dapat membuat senjata dan peralatan untuk berburu, tak mengherankan apabila makanan pokoknya adalah daging hasil buruan. Semakin bertambahnya populasi, perjuangan untuk bertahan hidup pun semakin ketat, sehingga terjadilah persaingan di antara mereka dalam mencari makan. Para manusia purba ini kemudian mengembara menuju Eropa dan Asia guna mencari tempat baru untuk berburu. Di daerah baru ini, mereka mendapatkan lahan yang subur dan iklim yang lebih sejuk. Hal ini menimbulkan perubahan dalam hal sumber makanan dan juga struktur anatomi tubuh. Mereka yang pada awalnya mempunyai struktur tulang sangat kuat dan rambut keriting, menjadi mempunyai tulang yang lebih halus dan rambut yang lebih lurus. Pola makan pun berubah, mereka yang awalnya pemakan daging menjadi pemakan tumbuh-