Probabilitas dan Normalisasi TINJAUAN PUSTAKA

Persamaan Schrödinger 2.2 diatas merupakan persamaan Schrödinger tidak bergantung waktu dalam satu dimensi.

2.2 Probabilitas dan Normalisasi

Fungsi gelombang ψx menyatakan suatu gelombang yang memiliki panjang gelombang dan bergerak dengan kecepatan fase yang jelas. Masalah yang muncul ketika hendak menafsirkan amplitudonya. Apakah yang dinyatakan oleh amplitudo ψx dan variabel fisika apakah yang bergetar? Ini merupakan suatu jenis gelombang yang berbeda, yang nilai mutlaknya memberikan probabilitas untuk menemukan partikelnya pada suatu titik tertentu. Dimana | ψx| 2 dx memberikan probabilitas untuk menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas Px terhadap ψx menurut persamaan Schrödinger sebagai berikut: Pxdx=| ψx| 2 dx 2.3 Tafsiran | ψx| 2 ini membantu memahami persyaratan kontinu ψx, walaupun amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontinu. Probabilitas untuk menemukan partikel antara x 1 dan x 2 adalah jumlah semua probabilitas Pxdx dalam selang antara x 1 dan x 2 adalah sebagai berikut: ∫ ∫ = 2 1 2 2 1 x x x x dx x dx x P ψ 2.4 Dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang sumbu x, adalah 100 persen, sehingga berlaku: 1 2 = ∫ +∞ ∞ − dx x ψ 2.5 Persamaan 2.5 dikenal dengan syarat Normalisasi, yang menunjukkkan bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A tidak dapat ditentukan dari persamaan Differensialnya. Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan 2.5 disebut ternormalisasikan. Hanyalah fungsi gelombang yang ternomalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah dilakukan secara tepat, maka persamaan 2.4 akan selalu menghasilkan suatu probabilitas yang terletak antara 0 dan 1. Setiap pemecahan persamaan Schrödinger yang menghasilkan | ψx| 2 bernilai tak hingga, harus dikesampingkan. Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak hingga untuk menemukan partikel pada titik manapun. Maka harus mengesampingkan suatu pemecahan dengan mengembalikan faktor pengalinya sama dengan nol. Sebagai contoh, jika pemecahan matematika bagi persamaan differensial menghasilkan ψx = A + B bagi seluruh daerah x 0 , maka syaratnya A = 0 agar pemecahannnya mempunyai makna fisika. Jika tidak | ψx| akan menjadi tak hingga untuk x menuju tak hingga Tetapi jika pemecahannya dibatasi dalam selang 0 x L, maka A tidak boleh sama dengan nol. Tetapi jika pemecahannya berlaku pada seluruh daerah negatif sumbu x 0, maka B = 0. Kedudukan suatu partikel tidak dapat dipastikan,dalam hal ini tidak dapat menjamin kepastian hasil suatu kali pengukuran suatu besaran fisika yang bergantung pada kedudukannnya. Namun jika menghitung probabilitas yang berkaitan dengan setiap kooordinat, maka ditemukan hasil yang mungkin dari pengukuran satu kali atau rata-rata hasil dari sejumlah besar pengukuran berkali-kali Eisberg,1970.

2.3 Penerapan Persamaan Schrödinger