Pengaruh Variasi Kultur Mikroba Terhadap Aktivitas Enzim Selulase

Menten K m dan laju reaksi maksimum v max dengan mem-plotkan variasi konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim Nasir Iqbal dkk, 2011.

4.5 Pengaruh Variasi Kultur Mikroba Terhadap Aktivitas Enzim Selulase

Pada penelitian ini divariasikan penggunaan kultur mikoba penghasil enzim selulase. Ada dua mikroba yang digunakan yaitu jamur Aspergillus niger dan Trichoderma reesei. Kedua mikroba digunakan dalam mono kultur dan mix kultur mengkombinasikan keduanya dalam proses fermentasi menghasilkan enzim selulase. Gambar 4.6 berikut ini menunjukkan variasi kultur terhadap aktivitas enzim selulase IUml. Gambar 4.6 Pengaruh Variasi Kultur Mikroba Terhadap Aktivitas Enzim Selulase pada t = 7 Hari dan Moisture Content 70 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 A. n ig er T . r eesei A . ni ge r da n T . r eesei Aktivitas Enzim IUml V aria si K ul tur praperlakuan biologi praperlakuan fisik Universitas Sumatera Utara Hasil variasi kultur mikroba pada proses fermentasi dalam gambar menunjukkan bahwa penggunaan mikroba mono kultur baik menggunakan jamur Aspergillus niger maupun Trichoderma reesei memberikan aktivitas enzim yang lebih besar dari penggunaan mikroba mix kultur. Aktivitas enzim dari sampel dengan mikroba A. niger berbeda sangat tipis dari sampel dengan T.reesei, tetapi untuk efektifitas dan efisiensi, penggunaan mikroba A. niger lebih baik dari T. reesei karena A. niger lebih mudah dikultur dan waktu pembibitannya lebih singkat. Tingginya nilai aktivitas enzim oleh mono kultur A. niger disebabkan oleh sumber nutrien mayor pertumbuhan mikroba seperti nitrogen. Pada proses fermentasi, nutrisi nitrogen dalam medium Mandel Weber berasal dari amonium sulfat NH 4 2 SO 4 dimana Ilyas dkk 2011 membahas dalam jurnalnya bahwa amonium sulfat adalah sumber nutrisi nitrogen terbaik diantara sumber nitrogen lain seperti urea, yeast extract, pepton, dan lainnya untuk pertumbuhan A. niger karena garam amonium mampu diserap secara langsung dalam sintesis protein Mandels, 1975. Tidak hanya A. niger bahkan penggunaan amonium sulfat memberikan hasil yang potensial dalam aktivitas selulolitik untuk spesies lain Aspergillus Vyas dkk, 2005. Pertumbuhan Trichoderma reesei diketahui jauh lebih baik dengan penambahan 1 pepton sebagai sumber nitrogen daripada menggunakan amonium sulfat, tetapi pada proses lanjutannya, penggunaan yeast cream sebagai sumber nitrogen memicu produksi enzim selulase dengan hasil maksimum He Jun dkk, 2009. Aktivitas selulolitik yang dihasilkan dari Trichoderma reesei pada penelitian ini kurang lebih mendekati perolehan enzim selulase maksimum sebesar 0,22 IUml Universitas Sumatera Utara dalam penelitian Deshpande 2009 yang sama-sama menggunakan eceng gondok sebagai sumber karbon dan mikroba Trichoderma reesei, hanya praperlakuan yang dilakukannya adalah praperlakuan kimia yang menghasilkan limbah kimia sehingga kurang ramah lingkungan. Penggunaan mix kultur mikroba menghasilkan aktivitas selulolitik enzim lebih rendah dari mono kultur mikroba. Nilai aktivitas tersebut disebabkan oleh keterbatasan nutrisi yang digunakan oleh kedua mikroba sehingga tidak maksimal dalam memproduksi enzim selulase, sejalan dengan ini dalam tulisannya, Brijwani dan Vadlani 2011 juga memperoleh hasil yang lebih rendah dalam produksi enzim selulase menggunakan mix kultur Trichoderma reesei dan Aspergillus oryzae. Aktivitas maksimum dalam penelitiannya juga dicapai pada fermentasi dengan penggunaan mikroba mono kultur Aspergillus oryzae.

4.6 Pengaruh Variasi Moisture Content Terhadap Aktivitas Enzim Selulase