Produksi Enzim Selulase HASIL DAN PEMBAHASAN

a b Gambar 4.4 a Aspergillus niger dan Trichoderma reesei; b Ganoderma boninense Kultur dalam media PDA berlangsung selama 3 hari 72 jam pada temperatur 30 o C Kumar dkk, 2011. Dalam waktu tersebut spora tumbuh hingga memenuhi cawan ukuran diameter 9 cm. Pertumbuhan Aspergillus niger dan Trichoderma reesei tidak sama dengan pertumbuhan Ganoderma boninense, karena kedua mikroba tersebut merupakan mikroba dengan kelas berbeda. Ganoderma boninense berasal dari kelas basidiomycetes yang memiliki badan buah dan tumbuh lebih teratur mulai dari tengah cawan hingga tumbuh seperti terpola mengelilingi spora utama yang berada di tengah. Aspergillus niger dan Trichoderma reesei yang berasal dari kelas ascomycetes tumbuh menyebar, tidak beraturan dan tidak terpola seperti pertumbuhan jamur pelapuk putih.

4.2 Produksi Enzim Selulase

Teknologi fermentasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknologi fermentasi padat solid state fermentation SSF. Teknologi ini adalah teknologi yang umum digunakan dalam memproduksi enzim selulase karena tidak memerlukan investasi tinggi dan rendahnya biaya produksi Cen dan Xia 1999, selain itu teknologi ini mampu mengurangi represi katabolit pada beberapa jenis enzim Aguilar dan Huitron, 1986; Archana dan Satayanaryana, 1997; Siquiera dkk, 1997; Solis-Pereyra, 1996. Pada prosesnya, sampel biomassa baik fisik maupun biologi Universitas Sumatera Utara diatur kelembaban, penggunaan mikroba, waktu fermentasi, pH media dan temperatur fermentasi. Mikroba dalam media PDA diambil dan dibuat sebagai inokulum cair dengan menggunakan kawat ose yang diperkirakan mengandung 10 4 - 10 6 spora yang diinokulasikan dalam 100 ml medium Mandel’s Deshpande, 2009. Suspensi spora ditambahkan dengan konsentrasi 15 ww ke dalam media fermentasi yang juga telah ditambahkan nutrisi dalam komposisi medium Mandel Weber Oberoi dkk, 2010. Pertumbuhan mikroba setiap harinya diawasi untuk mencegah kontaminasi media. 4.3 Pengambilan Enzim dan Pengujian Aktivitas Enzim Pengambilan enzim dilakukan dengan sentrifugasi 1500 rpm selama 15 menit, lalu filtrat diambil sebagai supernatan yang diperkirakan berisi enzim selulase untuk kemudian dilakukan pengujian dengan metode DNS. Rata-rata supernatan yang diperoleh ±30 ml untuk semua run dalam penelitian ini. Pengujian aktivitas enzim dilakukan dengan metode DNS dinitro salicyl acid. Nilai konsentrasi glukosa hasil aktivitas sampel enzim dihitung dari persamaan kurva standar glukosa. Sebelum itu penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk melihat titik spektrum sampel agar absorbansi maksimal. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan terhadap larutan glukosa, untuk kemudian dideviasikan hingga menjadi kurva standar glukosa. Panjang gelombang maksimum ini juga digunakan dalam pengukuran konsentrasi glukosa tiap sampel enzim. Universitas Sumatera Utara Panjang gelombang yang digunakan dalam penelitian ini adalah 503,30 nm. Gambar 4.5 menunjukkan kurva standar glukosa dengan memvariasikan larutan glukosa dengan beberapa nilai konsentrasi. Persamaan kurva standar dengan r 2 = 0,9239 pada panjang gelombang 503,3 adalah: y = 1,44027 x – 0,07445 Keterangan: y = nilai absorbansi; x = konsentrasi glukosa mgml Konsentrasi glukosa kemudian dikonversi dalam satuan IUml Ghose, 1987: 1 IU = 1 µmolmenit glukosa yang dihasilkan = 0,18 mgmenit glukosa Sehingga, Konsentrasi glukosa = massa glukosa 0,18 x 0,5 x 30 µmolmenit ml IUml. y = 1.458x - 0.087 R² = 0.923 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 A bs or ba ns i konsentrasi mgml Gambar 4.5 Kurva Standar Glukosa Universitas Sumatera Utara

4.4 Hasil Praperlakuan Fisik dan Biologi