63
BAB IV PERLINDUNGAN NASABAH BANK SETELAH ADANYA OTORITAS
JASA KEUANGAN DALAM PERBANKAN
A. Peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam Perlindungan Nasabah Bank
Pembentukan OJK tidak terlepas dari situasi krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang menimpa wilayah Asia. Pada Juli 1997 Indonesia
terkena dampaknya karena struktur ekonomi nasional Indonesia yang masih lemah untukmenghadapi krisis global tersebut.
85
Krisis pada 1997-1998 yang melanda Indonesia mengakibatkan banyaknya bank yang mengalami koleps sehingga banyak yang mempertanyakan
pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank. Kelemahan kelembagaan dan pengaturan yang tidak mendukung diharapkan dapat diperbaiki sehingga tercipta
kerangka system keuangan yang lebih tangguh. Reformasi di bidang hukum perbankan diharapkan menjadi obat penyembuh krisis dan sekaligus menciptakan
penangkal dalam pemikiran permasalahan-permasalahan di masa depan.
86
Berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga ini didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan
dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial menciptakan sistem keuangan menjadi kompleks, dinamis, dan saling terkait
antar-sub sektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan
85
Jusuf Anwar ,Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: P.T Alumni, 2008, hal. 69
86
Adrian Sutedi,Op.Cit.,hal. 37
di berbagai subsektor keuangan konglomerasi telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.
Selain itu, banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa
keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan.
87
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum lahirnya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, model pengaturan dan pengawasan jasa keuangan terdapat di
berbagai instansi seperti pengawasan perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia, sedangkan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan dilakukan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam-LK Kementerian Keuangan.
88
Pembentukan Undang-Undang OJK ini dimaksudkan untuk memisahkan fungsi pengawasan perbankan dari bank sentral ke sebuah badan atau lembaga
yang independen di luar bank sentral. Dasar hukum pemisahan fungsi pengawasan tesebut yaitu Pasal 34 Undang-Undang Bank Indonesia yang menyatakan:
1. Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor
jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-Undang. 2.
Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2012.
Adapun perlindungan yang diberikan oleh OJK ialah terhadap hal-hal sebagai berikut:
87
Zulkarnain Sitompul, Konsepsi dan Transformasi Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Legisasi Indonesia Vol. 9 No.3, 2012.
88
Abu Samman Lubis, Op.Cit.,hal. 51
1. Ketidak terbukaan Pelaku Usaha Jasa Keuangan, atas produk, fitur,
informasi dan syarat ketentuan yang dapat merugikan konsumen 2.
Tindakan sepihak Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang bisa merugikan nasabah
3. Pengalihan tanggung jawab dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada
nasabahpihak ketiga 4.
Kerahasiaan datainformasi tentang nasabah akan terjaga. Dalam melaksanakan perannya dalam perlindungan nasabah bank yang
dikenal juga sebagai konsumen fungsi edukasi dan perlindungan konsumen merupakan pilar penting dalam perbankan sektor jasa keuangan. Dalam
pelaksanaannya, konsep edukasi dan perlindungan konsumen sektor jasa keuangan nasabah bank di OJK dikelompokkan menjadi dua, yaikni bersifat
preventif dan bersifat represif.
89
1. Bersifat preventif preventive actions Preventive actions dilakukan dalam bentuk pengaturan dan pelaksanaan di
bidang edukasi dan perlindungan konsumen. Edukasi dilakukan melalui berbagai media dan cara. Edukasi bersifat preventif diperlukan sebagai langkah awal untuk
memberikan pemahaman yang baik kepada konsumen peserta didik,masyarakat umum, komunitas tertentu. Edukasi yang diberikan oleh OJK juga merupakan
salah satu bentuk pelayanan konsumen. Dalam kegiatan preventif ini, OJK juga harus memastikan bahwa produk dan jasa yang disediakan lembaga jasa keuangan
memenuhi 5 prinsip perlindungan konsumen. Kelima prinsip pokok tersebut yakni: transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan
89
Wawancara Kepala Sub Bagian Pengawasan Bank, OJK, Saryo. Tanggal 23-3-2015
datainformasi konsumen, serta penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.
2. Bersifat represif represive actions Represive actions dilakukan dalam bentuk penyelesaian pengaduan,
fasilitasi penyelesaian sengketa, penghentian kegiatan atau tindakan lain, dan pembelaan hukum untuk melindungi konsumen. OJK melakukan tindakan
preventif dan represif yang mengarah pada financial inclusion perbaikan kondisi finansial yang menguntungkan sebagian pihak saja dan stabilitas sistem
keuangan. Pelaksanaan fungsi OJK di bidang edukasi dan perlindungan konsumen diharapkan dapat menumbuh kembangkan rasa percaya diri masyarakat untuk
menggunakan produk dan jasa keuangan serta menciptakan pasar yang wajar dan teratur. Kepercayaan dan keyakinan konsumen pada suatu pasar keuangan yang
berfungsi secara baik merupakan prasyarat dalam menjaga stabilitas, pertumbuhan, efisiensi, dan inovasi keuangan dalam jangka panjang.
90
90
OJK, Mengenal Otoritas Jasa Keuangan dan Industri Jasa Keuangan, 2014, hal. 19-20
Sebagai sebuah bentuk nyata dari implementasi amanat undang-undang OJK dalam upaya memberikan edukasi dan perlindungan konsumen dan
masyarakat terhadap pelanggaran atas UU dan peraturan di sektor keuangan yang menjadi kewenangan OJK maka dibentuklah “Layanan Konsumen Terintegrasi”
Ada tiga jenis Layanan Konsumen OJK yang bisa didapatkan masyarakat. Pertama, Layanan Konsumen OJK bisa menjadi tempat bagi konsumen keuangan
dan masyarakat untuk meminta informasi. Kedua, menjadi tempat untuk menyampaikan informasi. Ketiga, menjadi tempat bagi konsumen untuk
menyampaikan pengaduan yang berkaitan dengan produk danatau jasa yang dibuat dan ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan di bawah kewenangan OJK.
Khusus untuk penyampaian pengaduan, kelengkapan dokumen yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Bukti telah menyampaikan pengaduan kepada LJK terkait danatau
jawabannya; 2.
Identitas diri lengkap; 3.
Deskripsi pengaduan; dan 4.
Dokumen pendukung jika ada. Pelayanan Konsumen Keuangan Terintegrasi menerapkan fasilitas dengan
sistem: 1. Trackable
Dengan sistem trackable, setiap saat konsumen dapat mengetahui perkembangan penyelesaian pengaduan yang disampaikan kepada OJK. Interaksi
untuk mengetahui perkembangan layanan tersebut dapat diakses lembaga jasa keuangan ataupun konsumen secara online melalui website
http:konsumen.ojk.go.id. Selain itu, untuk mengetahui perkembangan penyelesaian pengaduan, konsumen juga dapat memanfaatkan nomor telepon
layanan konsumen OJK 500655. 2. Traceable
Dengan sistem traceable, Lembaga Jasa Keuangan LJK dapat mengetahui proses penyelesaian pengaduan atau sengketa yang tidak dapat diselesaikan antara
lembaga jasa keuangan dan konsumennya, dan dimohonkan fasilitasi penyelesaiannya oleh konsumen kepada OJK.
B. Lingkup Perlindungan Nasabah Bank atas Jasa-Jasa Bank oleh Otoritas