http:konsumen.ojk.go.id. Selain itu, untuk mengetahui perkembangan penyelesaian pengaduan, konsumen juga dapat memanfaatkan nomor telepon
layanan konsumen OJK 500655. 2. Traceable
Dengan sistem traceable, Lembaga Jasa Keuangan LJK dapat mengetahui proses penyelesaian pengaduan atau sengketa yang tidak dapat diselesaikan antara
lembaga jasa keuangan dan konsumennya, dan dimohonkan fasilitasi penyelesaiannya oleh konsumen kepada OJK.
B. Lingkup Perlindungan Nasabah Bank atas Jasa-Jasa Bank oleh Otoritas
Jasa Keuangan
Sebagai lembaga jasa keuangan, bank mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat,
dan yang ketiga ialah fungsi menyediakan jasa perbankan yang merupakan upaya peningkatan layanan kepada masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya yang
pertama secara umum bank memiliki produk-produk seperti tabungan, giro dan deposito. Adapun produk bank yang dikenal secara umum dalam fungsinya
sebagai penyalur dana ialah kredit. Kemudian contoh produk terkait dengan fungsi ketiga adalah jasa pengiriman uang, jasa transaksi pembayaran, jasa transaksi
pembelian, jasa penagihan. Dengan banyaknya ragam dari produk-produk bank dalam menjalankan
fungsinya, sesuai dengan amanat Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan lahirlan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1POJK.072013 yang mengatur
mengenai Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Terdapat 3 Aspek Utama dalam POJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yakni:
1. Peningkatan transparansi dan pengungkapan manfaat, risiko, serta biaya atas
produk dan atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan. 2.
Tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk melakukan penilaian kesesuaian produk dan atau layanan dengan risiko yang dihadapi oleh
konsumen keuangan. 3.
Prosedur yang lebih sederhana dan kemudahan konsumen keuangan untuk menyampaikan pengaduan dan penyelesaian sengketa atas produk dan atau
layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
91
Dalam memasarkan produknya, pelaku jasa keuangan diharuskan menyampaikan informasi yang akurat, jujur, jelas, tidak menyesatkan yang
kemudian dituangkan dalam dokumen atau sarana lain yang fungsinya sebagai alat bukti. Informasi tersebut wajib disampaikan pada saat memberikan penjelasan
kepada konsumen mengenai hak dan kewajibannya, saat membuat perjanjian dengan konsumen, dan bisa dimuat melalui media antara lain melalui iklan di
media cetak atau elektronik vide Pasal 4 POJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan informasi mengenai biaya yang harus ditanggung konsumen mengenai suatu produk dan dilarang
memberikan fasilitas secara otomatis yang mengakibatkan biaya tanpa persetujuan tertulis dari konsumen vide Pasal 10 POJK tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan. Sebagai contoh larangan Pelaku Usaha Jasa Keuangan
91
Muliaman D, Hadad, sambutan POJK, UU No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, Jakarta, 2013
dalam memberikan fasilitas secara otomatis yang mengakibatkan tambahan biaya tanpa persetujuan tertulis dari Konsumen adalah sebagai berikut: Pelaku Usaha
Jasa Keuangan Bank mempunyai fasilitas short message system banking yang diberikan kepada nasabahnya tanpa persetujuan tertulis dengan memberikan
tambahan biaya. Kemudian pada Pasal 14 POJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan bahwa PUJK wajib menyelenggarakan edukasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan literasi keuangan yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan akses di sektor jasa keuangan kepada Konsumen danatau masyarakat.
Berbeda dengan sektor usaha lain, kepercayaan masyarakat terhadap bank tertentu bukanlah merupakan sesuatu yang dapat berdiri sendiri serta terlepas dari
kepecayaan terhadap bank lainnya dan sistem perbankan secara keseluruhan. Dalam beberapa kejadian, hilangnya kepercayaan terhadap suatu bank seringkali
menjalar secara cepat kepada bank lainnya, yang secara jelas-jelas tidak mempunyai hubungan sedikit pun dengan bank yang pertama. Untuk dapat
memelihara tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan diperlukan seleksi yang ketat terhadap manajemen yang akan mengolah bank.
92
Sejalan dengan pendapat di atas, maka pada Pasal 17 POJK tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan bahwa PUJK dilarang
menggunakan strategi danlayanan yang merugikan konsumen dengan memanfaatkan kondisi pilihan lain dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
Konsumen yang sedang mengalami musibah anaknya sakit dan Konsumen sedang
92
Adrian Sutedi,Op.Cit.,hal. 148.
tidak mempunyai uang, pada saat yang bersamaan Konsumen ditawari oleh pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan Kredit Tanpa Agunan karena Konsumen
tidak memiliki uang untuk biaya rumah sakit akhirnya Kredit tersebut diambil juga tanpa memikirkan kemampuan untuk membayarnya.
Tujuan pengawasan bank tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajemen bank dalam melakukan dan mengambil keputusan bisinis. Sebagai
suatu unit ekonomi yang mandiri, bank tetap diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan demi memelihara kesinambungan eksistensinya. Batasan
dan nilai-nilai yang mungkin diberikan dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam menjalankan kegiatan bank, yaitu dalam arti memengaruhi pemikiran dan
perilaku manajemen sehingga kegiatannya diarahkan pada tujuan yang dikehendaki bersama.
Meskipun ada pengaturan-pengaturan, arah pengembangan yang ingin dicapai bank sepenuhnya merupakan perwujudan dari keputusan independen yang
diambil oleh manjemen. Pengaturan ini dibuat bukan untuk menjadi dinding pembatas yang menyebabkan terhentinya perkembangan bank, akan tetapi sebagai
upaya untuk menghindari suatu kondisi bank yang tidak sehat.
C. Perlindungan Nasabah Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan terkait dengan