Analisa Kuantitatif 1. Titrasi ANALISA GULA REDUKSI

13 sedangkan analisis gula reduksi secara kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar gula reduksi [29]. 2.5.1 Analisa Kualitatif 1. Uji Molisch Ikatan glikosida pada karbohidrat oleh asam sulfat akan dihidrolisis menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural dengan α -naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna. 2. Uji Fehling Perekasi Fehling terdiri atas dua larutan yaitu Fehling A larutan CuSO 4 dalam air dan Fehling B larutan garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Keduanya disimpan terpisah dan dicampur menjelang digunakan. Dalam pereaksi ini ion Cu 2+ direduksi menjadi ion Cu + yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu 2 O. 3. Uji Benedict Gula reduksi dengan larutan Benedict campuran garam kuprisulfat, natrium sulfat, natrium karbonat akan terjadi reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan berwarna merah dari kuprioksida. 4. Uji Barfoed Pereaksi ini terdiri dari kupri asetat dan asam asetat yang akan bereaksi dengan monosakarida sehingga dihasilkan endapan merah kuprooksida [30] 2.5.2. Analisa Kuantitatif 2.5.2.1. Titrasi Luff-Schoorl Metode Luff Schoorl sering juga disebut metode oksidasai kupri. Dalammetode ini prinsip kerjanya adalah titrasi iodium bebas dalam larutan, denganNa 2 S 2 O 3 dan natrium sitrat bereaksi membentuk CuO yang berada dalam suasana basa Na 2 CO 3 seperti reaksi berikut ini ; CuSO 4 aq + Na 2 CO 3 aq CuCO 3 aq + Na 2 SO 4 aq 14 CuCO 3 aqCuO aq + CO 2 aq Kemudian CuO ini bereaksi dengan monosakarida untuk membebtukendapan Cu 2 O. Endapan Cu 2 O bereaksi dengan asam kuat menjadi CuSO 4 direaksikan dengan KI menjadi CuI 2 . karena CuI 2 ≈ I 2 , maka I 2 bebas inikemudian bereaksi dengan Na 2 S 2 O 3 sampai warna berubah menjadi kuningpucat. Pada saat warna telah menjadi kuning pucat, segera ditambahkanamilum sehingga terbentuk kompleks iod-amilum yang berwarna biru tua.Reaksi yang terjadi sebagai berikut : R-COH aq + CuO aq Cu 2 O s + R-COOH H2SO 4 aq + Cu 2 O aq CuSO 4 aq + H 2 O aq CuSO 4 aq + 2 KI aq CuI 2 aq + K 2 SO 4 aq 2 CuI2 aq Cu2I2 aq + I2 aq I2 aq + Na2S2O3 aq Na2S2O6 aq + I2 aq I2 aq + amilum warna biru tua I2 dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru hilang. Untuk penentuan kadar gula reduksi ditentukan dengan perhitunganselisih dari titrasi blanko dengan titrasi sampel yang kemudian hasil dikorelasidengan tabel Luff Schoorl [20]. 2.6 FERMENTASI Fermentasi merupakan salah satu upaya untuk mengubah senyawa karbohidrat menjadi etanol dengan bantuan mikroorganisme.Fermentasi merupakan proses perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi dengan memecah substrat untuk pertumbuhan dan metabolismedari mikroorganisme tersebut. Proses fermentasi yang terjadi pada pembentukan etanol adalah fermentasi anaerob atau tanpa oksigen [31]. Mikroorganisme yang sangat potensial untuk fermentasi etanol adalah Saccharomyces cereviseae karena memiliki daya konversi menjadi etanol sangat tinggi, metabolismenya sudah diketahui, metabolit utama berupa etanol, karbondioksida, dan air dan sedikit menghasilkan metabolit lainnya[8]. 15 Penggunaan ragi Saccharomyces cerevisiae banyak digunakan untuk hasil produksi bioetanol dari gula karena tidak membutuhkan sinar matahari dalam pertumbuhannya. Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk ragi dapat langsung digunakan sebagai inokulum pada kultivasi etanol sehingga tidak diperlukan penyiapan inokulum secara khusus [32]. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi: 1. Substrat Substrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung nutrien-nutrienyang dibutuhkan oleh mikroba untuk tumbuh maupun menghasilkan produkfermentasi. Nutrien yang paling dibutuhkan oleh mikroba baik untuk tumbuhmaupun untuk menghasilkan produk fermentasi adalah karbohidrat. Karbohidratmerupakan sumber karbon yang berfungsi sebagai penghasil energi bagi mikroba,sedangkan nutrient lain seperti protein dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikitdaripada karbohidrat. 2. Suhu Suhu fermentasi mempengaruhi lama fermentasi karena pertumbuhan mikrobadipengaruhi suhu lingkungan fermentasi. Mikroba memiliki kriteria pertumbuhanyang berbeda-beda. Menurut Fardiaz [26], Saccharomyces cerevisiae memlikikisaran suhu pertumbuhan antara 20-30 °C. Tetapi Kumalasari [34] menyatakanbahwa Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh optimal dalam kisaran suhu30-35°C dan puncak produksi alkohol dicapai pada suhu 33 °C. Jika suhu terlalurendah, maka fermentasi akan berlangsung secara lambat dan sebaliknya jika suhu34terlalu tinggi maka Saccharomyces cerevisiae akan mati sehingga prosesfermentasi tidak akan berlangsung. 3. pH Derajat keasaman pH merupakan salah satu faktor penting yang perlu untukdiperhatikan pada saat proses fermentasi. pH mempengaruhi pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae . Oleh karena itu, pada awal pelaksanaan penelitian,substrat yang akan dipakai terlebih dahulu diuji pH nya. 16 4. Oksigen Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi lama fermentasi yang dilakukanoleh Saccharomyces cerevisiae . Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh denganbaik pada kondisi aerob, tetapi untuk melakukan proses fermentasi alkohol,dibutuhkan kondisi anaerob. Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan baik pada kondisi aerob. Pada kondisi aerob, Saccharomyces cerevisiae menghidrolisis gulamenjadi air dan CO 2 , tetapi dalam keadaan anaerob gula akan diubah oleh Saccharomyces cerevisiae menjadi alkohol dan CO 2 . 5. Mikroba yang digunakan Mikroba sebagai pelaku fermentasi tentu sangat berpengaruh terhadap lamafermentasi. Dalam fermentasi alkohol umumnya digunakan khamir karena khamirdapat mengkonversi gula menjadi alkohol dengan adanya enzim zimase. Saccharomyces cerevisiae memiliki beberapa kelebihan dibandingkan mikrobalain yang juga dapat membentuk alkohol. Kluyveromyces fragilis juga merupakankhamir yang dapat memproduksi alkohol. tetapi, Saccharomyces cerevisiae dapatmengkonversi gula lebih cepat daripada Kluyveromyces fragilis . Dalam 72 jam Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol hingga 2 sedangkan Kluyveromyces fragilis membutuhkan waktu hingga 1 minggu untuk dapatmemproduksi etanol hingga 2. Namun, Saccharomyces cerevisiae tidak dapat memanfaatkan galaktosa [35]. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN