Keberangkatan ke tanah suci didorong oleh semangat dan hati yang penuh dengan asysyauqillah akan membuat perjalanan itu penuh kebanggaan dan kelegaan
walaupun nantinya akan menghadapi kesulitan, kesusahan dan kesengsaraan dalam perjalanan. Bahkan bukan hanya itu, ibarat seseorang yang dirindukannya, maka
dalam perjumpaan itu hatinya akan berisi nilai-nilai kesucian. Apalagi dia dapat melihat tempat bersejarah dalam Islam, baik di Mekah maupun di Madinah.
Kedua tujuan tersebut di atas sangat berkaitan erat. Untuk mencapai haji yang mabrur seperti yang selama ini diidam-idamkan oleh para pelaksana ibadah haji,
mereka tentunya harus mengikat erat-erat kedua tujuan tersebut dalam hatinya, serta dilaksanakan atas dasar keikhlasan mencapai ridho Allah swt. Oleh karena itu para
ahli hukum syara melihat, bahwa bila telah terpenuhi syarat dan rukun haji, serta keimanan seseorang setelah menunaikan ibadah haji semakin mengikat, maka
disinilah seseorang itu akan mencapai haji yang mabrur. Di antara tanda-tanda bahwa seseorang mendapatkan haji yang mabrur adalah
adanya perubahan sikap mental. Perubahan yang semakin baik dalam drinya sekembalinya menunaikan ibadah haji, dan ia dapat menjadi contoh yang baik
sebagai panutan dalam masyarakatnya.
B. Manfaat Ibadah Haji Bagi Kehidupan Manusia
1. Aspek Sosial
Secara sosiologis manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup seorang diri dan terpisah dari manusia lain. Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-
kelompok yang saling menguntungkan, baik kelompok kecil seperti keluarga maupaun kelompok besar atau masyarakat.
Ahmad Al-Ghozali mengatakan: ketahuilah bahwa, setiap manusia itu pasti memerlukan pergaulan dengan
orang yang dianggap sebagai sejenis sama-sama makhluk manusia dengan dirinya. Oleh sebab itu ia perlu sekali mempelajari norma-norma kesopanan
dalam pergaulan. Setiap orang yang bergaul dengan sesuatu golongan, tentu ada cara-cara dan peraturannya sendiri. Kesopanan-kesopanan itu tentulah dengan
mengingat kadarnya, dan kadar itu dengan mengingat hubungannya.
3
Konsep sosial yang dikemukakan oleh Al-Ghazali di atas bahwa manusia harus hidup
bersama orang lain, mula-mula tumbuh hidup pergaulan dan akhirnya berkesinambungan secara maju dan berkembang luas, sehingga memerlukan nilai dan
norma masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan secara baik. Adapun nilai sosial yang terdapat dalam ibadah haji antara lain :
a. Ihram Pada saat melakukan ibadah haji para haji memulai seragam yang sama.
Sebagaimana yang digambarkan oleh Ibnu Masud bahwa: Ketika melalui miqat akan memasuki kota Makkah semua umat Islam
yang hendak mengerjakan haji maupun tidak, harus memakai kain ihram dan berniat ihram lebih dahulu. Kain ihram yang tidak berjahit ini menandakan
bahwa tidak ada saudagar yang kaya raya, tidak ada kaum bangsawan yang tinggi pangkatnya dan tidak ada pula budak-budak Habsyi yang dianggap
hina, mereka semua ketika itu adalah sederajat.
4
3
Zainuddin,et-al, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta, Bumi Aksara, 1991, cet- 1, hal.122
4
Ibnu Masud, Dkk, Fikih Madzhab SyafiI, Bandung, Pustaka Setia, 2005, cet-2, h. 65
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pelaksanan ihram itu dapat mendidik manusia agar tidak membeda-bedakan antara yang kaya dan yang miskin, antara
pejabat dan rakyat, akan tetapi manusia semuanya adalah sama. Jika hal ini telah tertanam dalam jiwa seseorang maka akan timbul rasa persaudaraan yang tinggi
terhadap sesama. b. Wukuf
Aspek sosial lain yang tersirat dalam ibadah haji yaitu pada saat wukuf di Arafah. Hal ini senada dengan yang telah dikutip oleh Ibnu Masud bahwa;
Pada tanggal 9 Dzulhijjah semua jamaah haji berkumpul di padang Arafah, mereka sama-sama berpakian ihram. Ketika itu tidak dapat dibedakan
siapa yang memimpin dan siapa yang menjadi pengikut rakyat, siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Di sana mereka berkumpul memadu rasa
keislaman mereka mempererat tali persaudaaraan, hilanglah rasa permusuhan dan persengketaan dan timbullah rasa persatuan dan persahabatan.
5
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pada saat wukuf mereka bersatu pada waktu yang sama dengan seragam yang sama, dalam rangaka menyembah Tuhan
yang sama dan dengan tujuan yang sama juga, mereka telah dibawa kepada persatuan persaudaraan dan ukhuwah Islamiah. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa ibadah haji merupakan kongres umat Islam sedunia, sebagaimana yang dikemukakan oleh Banani Adam dan Mustafa bahwa:
Pelaksanaan wukuf di padang Arafah ini bagaikan muktamar internasional luar biasa yang disyariatkan Allah untuk kemaslahatan Islam,
agar saling kasih mengasihi dan saling kenal mengenal antara bangsa yang beranekaragam yang beraneka ragam warna kulit dan bahasa, bertukar
5
Ibnu Masud, Dkk, Fikih Madzhab SyafiI. h. 65
informasi, memberikan saran bermusyawarah dalam memecahkan berbagai masalah demi kepentingan bangsa dan Negara masing-masing.
6
c. Kurban
Aspek sosial lainnya juga terdapat dalam pelaksanaan penyembeliahan hewan kurban. Sebagaimana yang dikemukaan oleh Hasan Basri bahwa, dalam rangkaian
ibadah haji tersedia sarana amaliah yang bukan saja mengandung nilai-nilai ubudiah, tetapi juga mempunyai aspek-aspek sosiologis kemasyarakatan
ijtimaiyah, yaitu menyemblih hewan, dan daging-dagingnya itu disediaakan untuk menyantuni dan menggembirakan fakir miskin umumnya yang tidak
berpunya.
7
2. Aspek Ekonomi