4. Imam Hambali : haji menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekkah
untuk satu perbutan tertentu seperti tawaf, sai termasuk wukuf di Arafah.
2
Dari pengertian haji di atas penulis juga mengemukakan pengertian haji secara global yang didapati dalam literature fikih sebagai gambaran umum
tentang pengertian haji. Haji secara bahasa adalah al-qhosdu
3
yakni menyengaja mengunjungi Kabah Baitullah di Mekah untuk beribadah dengan tatacara dan
persyaratan tertentu, dan haji merupakan salah satu dari rukun Islam, pengertian ini diambil dari hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
اقإ ها ْ سر اً ح أ ها الا لا ال ْ أ ا ش سْ خ ع ا ْسإْا ب اض ر ْ ص ّحلْا اكّلا ءاتْإ اّلا
س لا را لا ا ر
Arinya: Islam itu didirikan atas lima prinsip dasar, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rosulullah, mendirikan shalat, mambayar zakat, mengerjakan haji dan puasa pada bulan Ramadan HR. Bukhari Muslim
4
B. Sejarah Haji
Di antara ziarah-ziarah besar di dunia, haji menempati posisi unik dan dalam banyak hal, juga paling penting bahkan, dibandingkan dengan system ziarah
internasional kuno Kristen dan Hindu, sentralitas doktrin haji, fokus geografisnya,
2
Abdul Rahman al-Jaziri, Fikih Madzhab Empat, ter. Moh Zuhri, at. dll, Semarang, as-Syifa, 1994, h. 537-539
3
Abi Ishak Ibrahim bin Ali ibn yusuf Asyairazi, Al-Muhadzab fiFIkh Imam As-SyafiI, Darul Fikir, juz 1, hal. 194
4
Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Beirut Libanon, Dar Al Marifah, 2004, cet 4, hal. 72
dan kesinambungan historisnya jauh lebih luar biasa. Ukuran dan cakupan global haji tak tertandingi.
5
Kabah adalah sebutan lain dari Rumah Allah yang menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia. Namun, satu hal yang tidak patut untuk di lupakan sehubungan
dengan Kabah dan haji adalah nabi Ibrahim. Selain sebagai pendiri agama hanif, menurut sejarah, Ibrahim lah peletak batu
pertama pembangunan Kabah dan pelaksanaan haji, karena hampir semua aktifitas dalam ibadah haji mencerminkan perbuatan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar
ketika beliau berada di sekitar Kabah.
6
Serta hampir semua informasi dari beberapa referensi menegaskan bahwa sejarah disyariatkan ibadah haji berawal
dari Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah nabi yang juga diutus untuk masyarakat Arab, jadi
bukanlah suatu hal yang aneh jika penduduk Arab tetap membudayakan tradisi yang pernah diterapkan oleh kakek leluhurnya samapai diutusnya rasul terakhir
Muhammad Saw. Itulah sebabnya mengapa haji sudah menjadi tradisi mereka sebelum Muhammad Saw diutus. Bahkan Khalil Abdul Karim menambahkan :
Qushay adalah orang pertama dari keturunan Quraisy yang merenovasi bangunan Kabah setelah Nabi Ibrahim, melakukan penjagaan terhadap Kabah,
memberikan minuman dan penyambutan kepada para haji, mengharuskan kepada
5
Haji mampu menarik sekitar sejuta jamaah dari hamper setiap bangsa, sekitar 50 persennya dari dunia Arab, 35 persen dari Asia, 10 persen dari Afrika Sub-Sahara serta 5 persen dari Eropa dan
belahan bumi Barat. Lihat. Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, hal 132
6
Lihat, Maulana Muhammad Ali, Islamologi, Ter. A. Kaelan, Jakarta, Darul Kutub al-Islamiyah, 1997, h. 607. dan salah satu contohnya adalah ibadah SaI yang menjadi potret perjuangan Siti Hajar
ketika mencari ait untuk putranya Nabi Ismail.
orang-orang untuk mengeluarkan pajak serta memberikan minuman dan makanan bagi para haji dan yang melakukan umrah, sebagaimana perintahnya membuat
tungku api di gunung-gunung dan tempat-tempat tinggi di Muzdalifah agar perjuangan Quraisy terlihat dari Arafah.
7
Oleh karenanya dalam ibadah haji mencakup serangkaian ritual yang sangat
simbolis dan emosional yang dilakukan serentak oleh seluruh jamaah. Urutan ritus yang dijalankan sekarang ini ditentukan oleh Nabi tidak lama sebelum beliau
wafat dan dianggap sebagai pengulangan ritual peristiwa-peristiwa kritis pengujian iman dalam kehidupan Nabi Ibrahim, pendiri monoteisme, istrinya,
Hajar, dan putra mereka adalah Ismail. Ketika jamaah menirukan gerakan Nabi Muhammad, mereka bukan membangkitkan upacara-upacara pagan Makkah pra-
Islam yang sebagainya juga dikenal sebagai haji, melainkan model-model para nabi terdahulu yang jauh lebih lama.
8
Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw, demikian juga Nabi-nabi yang lain mempunyai tugas yang sama yaitu menyampaikan keyakinan tentang satu Tuhan.
Ini lah yang menjadi alasan para ilmuan lebih berkenan untuk mengatakan bahwa Muhammad Saw bukan pendiri agama Islam, karena arti dari Islam adalah
pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah.
9
Mereka tidak terlalu fanatik
7
Khalil Abdul Karim, Hegomony Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan, ter. Faisol Fatawi, Yogyakarta: LKIS, 2004, h. 9
8
Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Moderen, Mizan, hal 132
9
Altaf Gauhar, Tantangan Islam, h. 3. dan bandingkan dengan pedapat Arkoun, Toshihiko Itsuzu, Noer Chalis Majid, dalam karya-karyanya mereka cenderung mengartikan Islam sebagai sikap
pemasrahan yang penuh terhadap Tuhan.
mengartikan Islam dalam surat Al Imran ayat 19, namun lebih inklusif dengan merujuk pada akar kata Islam tersebut.
Walaupun mempunyai tujuan sama, para rasul diutus untuk umat yang berbeda dengan membawa kitab sebagi bukti kerasulannya. Kitab inilah yang
berisi petunjuk dan wahyu yang harus disampaikan pada umatnya. Oleh karena itu, mungkin saja apa yang sudah disyariatkan pada umat terdahulu justru dilarang
pada umat kemudian. Ini menunjukan bahwa setiap umat mempunyai syariah dan minhaj cara yang berbeda-beda, sebgaimana yang tersebut dalam Al-Quran
surat Al-Maidah:48;
……..
Artinya: Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Q.S. Al-Maidah548 Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir, tentunya apa yang sudah
disyariatkan pada uamat nabi sebelumnya mungkin juga disyariatkan pada umatnya, karena al-Quran sebagai bukti kerasulannya adalah penyempurna
kitab-kitab sebelumnya. Dengan demikian, dalam prakteknya, setiap ritual dari bibadah haji
merupakan penegasan bagi setiap jamaah haji tentang adanya keterkaitan dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut oleh bapak Monotheisme tauhid, Ibrahim
as. Yang intinya adalah:
1. pengakuan akan keesaan Allah serta penolakan terhadap segala bentuk kemusyrikan, baik berupa binatang, patung-patung, bulan, bintang, matahari dan
segala sesatu selain Allah swt. 2. keyakinan tentang adanya neraca keadilan Allah dalam kehidupan, dimana
puncaknya akan diperoleh setiap makhluk pada hari kebangkitan kelak. 3. keyakinan tentang kemanusiaan yang universal, di mana tiada perbedaan
dalam kemanusiaan antar seseorang dengan yang lainnya, betapapun terdapat perbedaan anatar mereka dalam hal lainnya.
4. sarana pendidikan bagi jiwa untuk berlaku sabar serta siap menghadapi setiap cobaan yang datang silih berganti, di sisi lain juga melatih seseorang untuk
berdisiplin dalam setiap aspek kehidupan.
10
10
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan, 1999, h. 333
C. Tolok Ukur Keabsahan Ibadah Haji