2.5.2 Tanah Penduduk Asli
Artikel 231 dari konstitusi Brasil tahun 1988 menjamin hak penduduk asli Brasil atas tanah yang ditinggali oleh mereka. Pemerintah yang bekerjasama dengan
FUNAI mengupayakan proses demarkasi atas tanah-tanah milik penduduk asli. Berdasarkan undang-undang yang berlaku di Brasil CF88, Undang-Undang 600173
- Status Indian, Keputusan No. 177596, tanah penduduk asli berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari situs FUNAI dapat dikategorikan kedalam:
1. Tanah adat yang dihuni menurut tradisi: adalah tanah yang disebutkan dalam
artikel 231 dari konstitusi 1988, hak asli dari penduduk asli, yang proses demarkasinya diatur dalam Keputusan No. 177596. Berdasarkan data FUNAI,
terdapat 544 kawasan yang termasuk dalam kategori ini. Luas wilayah dari 544 kawasan tersebut mencapai 111.963.634,4401 hektar.
85
2. Tanah reservasi penduduk asli: adalah tanah yang disumbangkan oleh pihak
ketiga, diakuisisi atau diambil alih oleh negara, yang ditujukan untuk kepemilikan secara permanen oleh penduduk asli. Tanah ini juga termasuk
dalam warisan budaya negara, tetapi tidak sama dengan tanah adat yang dihuni menurut tradisi. Berdasarkan data FUNAI, terdapat 30 kawasan yang
termasuk dalam kategoti ini dengan luas mencapai 33.358,7036 hektar. 3.
Tanah dominial: adalah tanah yang dimiliki oleh penduduk asli, dengan segala bentuk kontrol akuisisi, di bawah hukum sipil. Data FUNAI menyebutkan
bahwa terdapat 6 kawasan dalam kategori ini dengan luas 31.070,7025 hektar. 4.
Kawasan Terlarang: Ini adalah daerah terbatas yang oleh FUNAI dibentuk untuk melindungi penduduk asli terpencil, dengan diberlakukannya
pembatasan pendirian, dan lalu lintas pihak ketiga di daerah tersebut. Pembatasan kawasan terlarang dapat dilakukan secara bersamaan atau tidak
bersamaan dengan proses demarkasi yang diatur dalam Keputusan No.
85
100 hektar setara dengan 1 kilometer persegi.
177596. Data FUNAI menyebutkan bahwa terdapat 6 kawasan yang termasuk dalam kategori ini dengan luas wilayah 1.084.049 hektar.
86
Tabel 2.5 menunjukkan data yang disampaikan oleh IBGE pada tahun 2000 tentang tanah adat yang dimiliki oleh penduduk asli. Luas area keseluruhan tanah
penduduk asli pada tahun 2000 adalah sebesar 991.498 kilometer persegi.
87
Jika dibandingkan dengan data tahun 2000 tersebut, tanah adat penduduk asli mengalami
pertumbuhan baik dalam hal jumlah maupun dalam hal luas wilayahnya.
Tabel 2.5 Tanah Adat Penduduk Asli Tahun 2000
Kawasan Status Demarkasi Lahan
Telah di Demarkasi Belum di Demarkasi
Utara 175
131 Timur Laut
42 25
Tenggara 23
5 Selatan
28 33
Barat-Tengah 31
13
Sumber: Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística IBGE. http:brasil500anos.ibge.gov.brterritorio-brasileiro-e-povoamentohistoria-indigenaterras-
indigenas.
86
Fundação Nacional do Índio FUNAI. Tanpa Tahun. Modalidades de Terras Indígenas. Diakses
dari http:www.funai.gov.brindex.phpindios-no-brasilterras-indigenas diakses pada 25 November 2014.
87
Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística IBGE. 2000. Terras Indigenas. Diakses dari http:brasil500anos.ibge.gov.brterritorio-brasileiro-e-povoamentohistoria-indigenaterras-indigenas
diakses pada 13 Maret 2015.
47
BAB 3 INDUSTRIALISASI DI BRASIL
Pada awal abad ke-20 Brasil terkenal di kalangan internasional dikarenakan ekspor dari sektor agrarianya. Komoditi utama yang menjadi ekspor Brasil adalah
kopi. Pada tahun 1920-an, sektor agraria di Brasil menyumbang 79 persen dari total pendapatan domestik bruto. Namun, di akhir 1920-an, terjadi krisis yang
menyebabkan harga kopi Brasil mengalami penurunan. Krisis kopi yang mulai menjadi permasalahan di Brasil pada tahun 1929 menyebabkan pemerintah mulai
mencoba mencari solusi lain untuk mempertahankan ekonomi Brasil. Tahun 1930 menjadi penanda perubahan Brasil dari yang awalnya berfokus pada sektor agraria,
berubah menjadi negara yang mulai memperhatikan sektor industrinya. Industri di Brasil telah ada dan berjalan beberapa dekade sebelumnya, namun pada tahun 1930
tersebut pemerintah mulai mendukung perkembangan sektor industri.
88
Selain pemerintah, terdapat tiga kelompok pengusaha yang juga menjadi pendorong industrialisasi di Brasil, khususnya di wilayah Sao Paulo. Kelompok
pertama adalah importir yang memasok barang-barang setengah jadi ke Brasil. Para importir tersebut membangun beberapa pabrik yang memproduksi bagian pelengkap
dari barang-barang setengah jadi yang telah diimpor. Kelompok kedua yang turut serta dalam mempromosikan industrialisasi di Brasil adalah pengusaha kopi. Pada
awalnya pengusaha kopi tersebut mengimpor mesin-mesin jadi yang dibutuhkan di sektor agrikultur. Namun kemudian mereka mulai mendirikan pabrik perakitan,
penyesuaian, perbaikan, dan pada akhirnya mesin-mesin tersebut dibuat di Brasil beserta dengan bagian-bagiannya.
88
Boris Fausto and Sergio Fausto. Op.Cit. hal 229.