Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak dapat pula dibedakan menjadi, yaitu :
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang pembebananya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat
dari pengeluaran tersebut.
Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Objek Pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pengusaha
yang baik. Oleh karena itu Pengeluaran yang melampaui baas kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
F. Beda Tetap dan Beda Waktu
Perbedaan-perbedaan penghasilan dan pengeluaran menurut akuntansi dan perpajakan dapat berupa :
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
1 Perbedaan tetap
Perbedaaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal,
sehingga mengakibatkan laba menurut akuntansi berbeda dengan laba kena pajak menurut fiskal. Contohnya penghasilan bunga bank, dividen, dan
penghasilan lain yang sifat pemungutan pajaknya final.
2 Perbedaan waktu
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuaan pendapatan dan biaya untuk perhitungan laba. Suatu biaya atau penghasilan
diakui menurut akuntansi komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Contohnya pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta
berwujud, amortisasi harta tidak bewujud, penilaian persediaan, dan lain-lain.
G. Koreksi Fiskal
Untuk menjembatani perbedaan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan penghasilan kena pajak menurut Undang-undang Perpajakan,
maka dilakukan koreksi fiskal terhadap laba secara komersial. Koresi fiskal tersebut berupa :
1 Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan pengurangan biaya yang diakui dalam laporan laba rugi komersial menjadi
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan penghasilan. Kegiatan yang mengakibatkan koreksi positf sebagai berikut :
a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan ; b.
Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurangan penghasilan kena pajak ;
c. Biaya yang diakui lebih kecil ;
d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak ;
e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang dikenakan Pph final.
2 Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang berakibat dengan adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial
menjadi semakin besar, atau yang berakibat adanya pengurangan penghasilan. Kegiatan yang mengakibatkan koreksi negatif sebagai berikut :
a. Biaya yang diakui lebih besar ;
b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak ; c.
Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan Pph final.
Koreksi positif dan koreksi negatif dapat ditemukan dalam contoh transaksi dibawah :
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Retur penjualan yang diterima sebuah perusahaan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.50.000.000,-, sedangkan dalam laporan laba
akuntansi Rp. 65.000.000,-, maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 15.000.000,-.
Pph yang dibayar dimuka oleh perusahaan adalah sebesar Rp.60.000.000,- Pph pasal 25, dan dikenakan Pph pasal 23 atas bunga
deposito sebesar Rp.10.000.000, karena perusahaan telah dikenakan Pph final atas bunga deposito, maka harus dilakukan koreksi negatif
sebesar Rp.50.000.000,-.
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jadwal dan Lokasi Penelitian