Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat ini membuat para investor lebih berhati-hati dalam berinvestasi pada suatu perusahaan.
Keinginan masyarakat untuk menanamkan sahamnya pada suatu perusahaan dianggap menjadi bisnis yang menguntungkan daripada harus menabung dana
tersebut dalam bentuk deposito, karena selain akan mendapatkan dividen, masyarakat juga dapat mendapatkan keuntungan dalam bentuk capital gain.
Untuk mendapatkan keuntungan tentunya saham tersebut harus dibeli ketika harganya murah dan menjualnya pada saat harga mahal.
Faktor fundamental selalu menjadi acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Dalam analisa fundamental, cukup banyak
analisa rasio-rasio yang dipergunakan. Salah satu rasio yang paling favorit digunakan adalah rasio harga dengan laba bersih Price Earning RatioPER.
Price Earning Ratio PER menjadi favorit karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor www.idx.co.id, April 2009.
Penggunaan PER dalam strategi investasi saham biasanya mengkaitkan rasio PER dengan nilai intrinsik intrinsic value atau nilai fundamental
fundamental value yang merupakan nilai seharusnya dari suatu saham yang diperkirakan berdasarkan model penilaian saham Jogiyanto, 2000. Model
penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
variabel perusahaan misalnya penjualan, laba dan dividen yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham Abdul Halim, 2003.
Price Earning Ratio PER adalah suatu rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham company’s earnings
terhadap harga sahamnya stock price. Perhitungan Price Earning Ratio PER dilakukan dengan cara membagi harga saham saat ini current price of the stock
dengan keuntungan tahunan per saham annual earning per share www.smartmarket.wordpress.com, Oktober 2009. Price Earning Ratio PER
digunakan untuk mengukur nilai perusahaan pada saat tertentu berdasar laba yang dicapainya yang dihitung dengan membagi harga saham di pasar dengan labanya.
Dengan mengetahui PER suatu perusahaan diketahui posisi saham relatif terhadap saham-saham lainnya Subekti, 2002. Secara umum dikatakan bahwa PER yang
rendah mengindikasikan murahnya harga saham, sehingga layak untuk dibeli. Namun demikian, ada kalanya investor tetap membeli saham yang memiliki PER
tinggi kalau investor tersebut percaya pada potensi perkembangan beberapa tahun kemudian Cahyono, 2000.
Dalam menilai saham dengan PER, pemodal dan analis sekuritas diharapkan memahami faktor fundamental perusahaan sebagai pedoman untuk
menilai PER sehingga kewajaran harga saham dapat dinilai juga. Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar
terhadap prospek suatu perusahaan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi harga pasar saham, juga akan berpengaruh terhadap PER Praditya, 2004.
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
Setiap pergerakan harga saham akan mengakibatkan perubahan pula PER dari suatu perusahaan. Para investor harus mampu menyikapi apabila terjadi
pergerakan harga saham yang mengakibatkan PER rendah dan bagaimana investor menyikapi apabila PER tinggi. Bagi investor, PER rendah akan
memberikan kontribusi tersendiri, karena selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan untuk mendapatkan capital gain juga
semakin besar sehingga investor dapat memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public. Sebaliknya, emiten menginginkan PER yang tinggi
pada waktu go public untuk menunjukkan bahwa kinerja perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula Sartono, 1997.
Harga saham merupakan indikator nilai dan pencerminan yang relevan dari kondisi perusahaan. Harga saham juga merupakan harga yang terbentuk di
bursa saham. Perkembangan harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai saham perusahaan tersebut, sehingga kemakmuran dari pemegang saham
dicerminkan dari harga pasar sahamnya Husnan, 2001. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula nilai perusahaan, demikian pula sebaliknya,
semakin rendah harga saham maka makin rendah pula nilai perusahaan tersebut dimata investor. Harga saham yang terlalu rendah sering kali diartikan dengan
kinerja perusahaan yang kurang baik. Tetapi disisi lain, bila harga saham terlalu tinggi akan dapat mengurangi kemampuan investor untuk membeli sehingga
akibatnya akan sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan harga sahamnya lagi. Harga saham yang terlalu tinggi nantinya akan menghabiskan anggaran
investor dan kesulitan untuk menjualnya kembali dengan harga yang melebihi
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
harga pembeliannya ditambah kebijakan stock split terhadap saham-saham yang harganya sudah cukup tinggi yang mengakibatkan jumlah saham yang dimiliki
oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil dan berdampak pula pada harga saham dimana harga saham juga
secara bersamaan turun Jogiyanto, 2003. Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan
telekomunikasi terbuka di Indonesia, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom, PT Indonesian Satellite Corporation Tbk Indosat, dan PT
Excelcomindo Pratama Tbk XL. Perusahaan ini dipilih sebagai objek penelitian didasari oleh beberapa alasan. Alasan pertama karena saham ketiga perusahaan ini
tergolong ke dalam saham Blue Chips dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 59.440.000.000.000 untuk saham PT Telkom, Rp 12.220.000.000.000 untuk
saham PT Indosat, dan Rp 8.453.145.000.000 untuk saham PT XL per Desember 2005 www.idx.co.id, Oktober 2009. Alasan kedua, perusahaan telekomunikasi
adalah perusahaan khusus, hal ini ditunjukkan dengan adanya standar akuntansi pendapatan jasa telekomunikasi yang diatur khusus dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan PSAK No. 35. Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi dan cara pengukuran pendapatan jasa
telekomunikasi IAI, 2002. Perusahaan ini dipilih sebagai objek penelitian karena perusahaan memiliki sejarah pertumbuhan yang baik, memiliki nilai pasar dan
likuiditas tinggi, saham-saham dalam jangka panjang masih tetap menarik, serta merupakan jenis saham yang paling aktif dan diminati oleh para investor maupun
calon investor. Dalam kaitan itu maka data yang akurat, mutlak menjadi
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
pertimbangan utama calon investor. Perusahaan sektor telekomunikasi ini juga memiliki tiga ciri yang sangat vital, yaitu capital intensive, technology intensive
dan regulation intensive www.swa.co.id, Juni 2009. Berikut ini adalah aktifitas perdagangan saham perusahaan periode 2006-
2008:
Tabel 1.1 Jumlah Saham yang Dijual Shares Traded Pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Excelcomindo Pratama Tbk periode 2006-2008
Keterangan Tahun
Jumlah Saham Yang Dijual Volume
ribuan Nilai
jutaan Frekuensi
X Hari Harga
PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
2006 6425
49812 146394
242 10100
2007 7215
74639 265764
246 10150
2008 7768
60892 299972
240 6900
PT Indosat, Tbk.
2006 4053
20797 150584
242 6750
2007 2492
17708 78287
246 8650
2008 3334
20627 152635
239 5750
PT Excelcomindo
Pratama, Tbk 2006
229589 456413
8550 242
2325 2007
229971 470008
9314 246
2175 2008
16767 217023
3161 239
920 Sumber: Data diolah
Pada Tabel 1.1 menunjukkan aktivitas perdagangan saham perusahaan periode 2006-2008 mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Rata-rata harga
saham perusahaan pada tahun 2006 adalah Rp 6.391,67,-. Tahun 2006 harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Telkom dengan harga saham sekitar Rp 10.100,-.
Faktor yang menyebabkan harga saham perusahaan tinggi adalah volume perdagangan saham beredar dengan frekuensi perdagangan yang tinggi, sehingga
aktivitas perdagangan saham tahun 2006 tergolong agresif. Adapun perusahaan
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
dengan harga saham terendah untuk tahun 2006 adalah PT XL dengan harga saham Rp 2.325,-.
Adapun tahun 2007 rata-rata harga saham sbesar Rp 6.991,67,-. Tahun 2007, perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah PT Telkom dengan harga
saham sekitar Rp 10.150,-. Sedangkan harga saham terendah pada tahun 2007 yaitu PT XL dengan harga saham Rp 2.175,-. Harga saham PT Indosat melonjak
tajam pada tahun 2007 karena pembagian volume saham yang beredar cukup besar yang mengakibatkan munculnya sentimen positif dari para pemegang
sahamnya dan para investor lain. Kenaikan tersebut dikarenakan kinerja perusahaan yang cukup baik dan banyaknya investor yang membeli saham
perusahaan dilihat dari volume perdagangan saham sehingga nilai perusahaan mengalami peningkatan.
Tahun 2008 rata-rata harga saham sebesar Rp 4.523,33. Tahun 2008, perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah PT Telkom, Tbk dengan harga
saham yaitu Rp 6.900,-. Untuk perusahaan dengan harga saham terendah pada tahun 2008 adalah PT XL, Tbk dengan harga saham sebesar Rp 920,-. Adapun
harga saham tertinggi yaitu PT Telkom, Tbk dengan Rp 10.150. Pada periode 2006-2008, PT Telkom, Tbk dan PT Indosat, Tbk
membuktikan dengan kinerja perusahaan yang semakin baik yang dapat dilihat dari kenaikan penjualan pada tahun 2007. Kinerja tersebut tercermin dari naiknya
harga saham perusahaan. Kenaikan sebesar 5 dari semula harga saham hanya Rp 10.100,- menjadi Rp 10.150,-. Kenaikan cukup besar terjadi juga pada PT
Indosat, Tbk sebesar 28 dari semula harga saham Rp 6.750,- menjadi Rp 8.650,-
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
Perusahaan yang mengalami penurunan harga saham adalah PT XL, Tbk dengan penurunan sebesar 136. Penurunan terjadi dari harga saham Rp 2.175,- menjadi
Rp 920,-. Penurunan harga saham dikarenakan penjualan sebagian saham perusahaan yang dilakukan oleh investor dan para pemegang saham dikarenakan
kinerja perusahaan yang relatif stabil. Dalam tiga tahun berturut-turut, harga saham PT Telkom, Tbk tertinggi
dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Tingkat jumlah saham yang beredar dengan nilai kapitalisasi yang tinggi mengakibatkan harga saham perusahaan naik
walau kenaikan dari tahun sebelumnya cukup tipis yaitu berkisar 5. Apabila PT Telkom, Tbk dan PT Indosat, Tbk menempati perusahaan dengan harga saham
tertinggi, maka PT XL Tbk menempati posisi sebagai perusahaan dengan harga saham terendah untuk tahun 2006-2008.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1, maka penulis
memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan PT Indosat Tbk, serta PT Excelcomindo Pratama Tbk.”.
Silfa Mira : Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk., 2010.
B. PERUMUSAN MASALAH