Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso 2005 : 242 dengan cara melihat besaran Durbin-
Watson sebagai berikut : Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai d
tabel
dengan tingkat signifikansi 5 dengan df = n-k-1. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai
statistik Durbin-Watson D-W sebesar 1,197, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 36 n dan
jumlah variabel independen 4 k = 4, maka pada tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas d
U
= 1,73 dan nilai batas bawah d
L
1,24. Oleh karena itu, nilai DW lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2 -2 1,197 2 maka disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan kebijakan modal kerja secara simultan dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return On Investment
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
ROI perusahaan. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka
kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat
dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6. Pengujian Goodness of Fit
Model Summary
b
.664
a
.441 .369
.56836 1.197
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: Constant, CATA, WCTO, CLTA, CR a.
Dependent Variable: ROI b.
Penggunaan Adjusted R Square berdasarkan bahwa penggunaan koefesien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
kedalam model. Ghozali, 2001 : 83. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R Square pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu hal diatas menjadi dasar penggunaan nilai Adjusted R Square daripada menggunakan R Square.
Nilai Adjusted R Square pada tabel 4.6 diatas sebesar 0,369. Hal ini menunjukkan bahwa 36,9 variabel ROI dapat dijelaskan oleh Current Ratio,
Working Capital Turnover Ratio, Current Assets to Total Assets Ratio dan Current
Liabilities to Total Assets Ratio sedangkan sisanya sebesar 63,1 dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R
2
signifikan atau tidak maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher Uji F
dengan tingkat keyakinan confident level sebesar 95 . Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila F
hitung
F
tabel
maka Ho ditolak; dan apabila F
hitung
≤ F
tabel
maka Ho dapat diterima. Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam tabel 4.7
berikut ini :
Tabel 4.7 : Uji F
ANOV A
b
7.904 4
1.976 6.117
.001
a
10.014 31
.323 17.918
35 Regres sion
Residual Total
Model 1
Sum of Squares
df Mean S quare
F Sig.
Predic tors: Constant, CATA, W CTO, CLTA , CR a.
Dependent Variable: ROI b.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai F
hitung
adalah 6.117 dengan tingkat signifikansi 0,001. Sedangkan F
tabel
pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05
adalah 2.69. Oleh karena pada kedua perhitungan F
hitung
F
tabel
6.117 2.69. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel indenpenden Current Ratio, Working
Capital Turnover Ratio, Current Assets to Total Assets Ratio dan Current Liabilities to Total Assets Ratio terhadap ROI dapat diterima secara keseluruhan.
Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan adalah Current Ratio X1 dan Working Capital Turnover Ratio X2. Hal tersebut tergambar dalam tabel
4.8 berikut :
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
Tabel 4.8 : Hasil Perhitungan Uji T
Coefficients
a
1.528 .737
2.072 .047
.005 .002
.436 2.247
.032 .478
2.091 .144
.069 .317
2.077 .046
.772 1.296
-.008 .010
-.128 -.747
.461 .617
1.621 -.004
.013 -.055
-.322 .749
.614 1.630
Constant CR
WCTO CLTA
CATA Model
1 B
Std. Error Unstandardized
Coefficients Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ROI a.
Dari tabel 4.8 coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk :
Y = 1.528 + 0,005X
1
+ 0,144X
2
- 0,008X
3
- 0,004X
4
+ ε
Adapun makna dari model tersebut adalah : 1.
Konstanta sebesar 1.528 dapat diartikan jika current ratio, working capital turnover ratio, current assets to total assets ratio dan current liabilities to total
assets ratio tidak mengalami perubahan atau sama dengan nol, maka perusahaan akan memperoleh return on investment sebesar 1,53 .
2. Coefecient variabel independen sebesar 0,005 bermakna bahwa current ratio
bertambah 1 satu satuan maka return on investment akan bertambah sebesar 0,005 atau 0,5 .
3. Coefecient variabel independen sebesar 0,144
bermakna bahwa working capital turnover ratio bertambah 1 satu satuan maka return on investment akan
bertambah sebesar 0,144 atau 14,4 . 4.
Coefecient variabel independen sebesar -0,008 bermakna bahwa current assets to
total assets ratio bertambah 1 satu satuan maka return on investment akan berkurang sebesar 0,008 atau 0,08 .
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
5. Coefecient variabel independen sebesar -0,004
bermakna bahwa current liabilities to total assets ratio bertambah 1 satu satuan maka return on investment akan
berkurang sebesar 0,004 atau 0,04 . Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa t
hitung
variabel Current Ratio
sebesar 2.247 sedangkan t
tabel
pada tingkat keyakinan 95 adalah 2.247 2.247 1,697. Karena t
hitung
t
tabel
maka H ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan
hipotesis berada diluar daerah penerimaan H .
Hasil tersebut sejalan dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Raheman dan Mohamed Nasr
2007
bahwa current ratio signifikan terhadap profitabilitas ROI perusahaan. Selain itu konsisten dengan riset yang dilakukan oleh
Nurak 2001 dan Wenty dan Murtanto 2001. Rasio kecukupan aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukur paling kasar
untuk menunjukkan adannya dana likuid yang segera menjadi kas dan tersedia untuk membayar tagihan- tagihan. Pihak perusahaan perlu berperan aktif dalam menentukan
besarnya dana, cara mendapatkan dan mengalokasikannya pada berbagai jenis aktiva yang menghasilkan serta mengendalikannya sehingga diperoleh suatu kombinasi
sumber dan penggunaan dana yang seimbang dan efisien. Tujuan mengelola modal kerja adalah membiayai operasi perusahaan sehari – hari sehingga menghasilkan laba.
Laba tersebut dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitasnya.
Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persedian dan piutang. Modal kerja merupakan dana
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar. Manajemen modal kerja
berkaitan erat dengan masalah pembelanjaan perusahaan, dimana hal ini ada kaitanya dengan jumlah dana aktiva lancar ataupun bagaimana proses pemenuhan kewajiban
jangka pendek perusahaan. Namun, seringkali untuk persediaan yang ada di gudang sebagian masih merupakan hutang perusahaan kepada supplier atau pemasok, karena
itu timbul pengertian modal kerja bersih atau net working capital yaitu selisih dari aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Pengaruh yang signifikan ini disebabkan oleh
adanya kenaikan cukai rokok yang dibebankan oleh pemerintah kepada Industri rokok di Indonesia. Pembayaran cukai kepada pemerintah dikeluarkan dari kas
perusahaan walaupun nantinya dengan konsekuensi menaikkan harga jual yang akhirnya ditanggung oleh konsumen. Hal ini menyebabkan ketersediaan kas
perusahaan sangat berpengaruh terhadap kegiatan penjualan dan meningkatkan harga pokok produk rokok sehingga keuntungan dan laba bersih akan terpengaruh yang
pada akhirnya akan mempengaruhi ROI perusahaan rokok yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Van Horne 2005 : 313 yang mengatakan bahwa likuiditas
berbanding terbalik dengan profitabilitas, dimana peningkatan likuiditas biasanya akan serta merta dengan terjadinya penurunan kas.
Selain itu hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa t
hitung
variabel
Working Capital Turnover Ratio sebesar 2.077 sedangkan t
tabel
pada tingkat keyakinan 95 adalah 1,697 dengan tingkat signifikansi 0,046. Penolakan H
tersebut adalah sebesar nilai probabilitasnya yaitu 0,046. Karena t
hitung
t
tabel
maka H
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H
. Rasio perputaran modal kerja Working Capital Turnover Ratio merupakan
perbandingan antara penjualan dengan jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Abdullah, 2005:71
. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja
yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo yang terlalu besar. Sebaliknya semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, berarti
semakin efektif penggunaan modal kerja perusahaan. Hasil tersebut sejalan dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurak 2001 dan Abdul Raheman dan Mohamed Nasr
2007
dimana variabel working capital turn over ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan
mempunyai hubungan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan di Pakistan. Variabel current liabilities to total assets ratio tidak berpengaruh terhadap
ROI disebabkan karena emiten memiliki 2 dua opsi dari rasio exposure dari kewajiban lancar dalam menentukan struktur modalnya, perusahaan melakukan
pilihan pemakaian antara hutang jangka pendek atau hutang jangka panjang. Selain itu perusahaan memiliki jumlah persediaan tembakau basah maupun tembakau
kering sebagai bahan baku sangat besar sehingga hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjangnya juga jauh lebih besar. Sehingga tingkat likuiditas yang
rendah sehingga perusahaan akan memiliki resiko tinggi terhadap ketidakmampuan dalam membayar hutang lancarnya apabila jatuh tempo.
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.
Variabel current assets to total assets ratio tidak berpengaruh terhadap ROI disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah dan kampanye bebas rokok.
Kebijakan pemerinah tersebut dengan menaikkan cukai rokok yang berpengaruh terhadap penjualan hingga menurunkan laba bersih. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Van Horne 2005 : 313 yang mengatakan bahwa likuiditas berbanding terbalik dengan profitabilitas, dimana peningkatan likuiditas biasanya dibayar dengan
penurunan profitabilitas. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen modal kerja
merupakan komponen yang penting yang berpengaruh terhadap keuangan perusahaan terutama dari aspek likuiditas dan profitabilitas. Hal ini disebabkan oleh 2 dua hal
yaitu current ratio merupakan komponen terbesar bagian assets perusahaan. Biasanya current assets porsinya diatas 50 diatas nilai assets perusahaan. Kelebihan current
asets dapat berdampak terhadap peningkatan ROI perusahaan. Manajemen modal kerja yang diterapkan secara efisien sebagai wujud dan bentuk fungsi perencanaan
planning dan pengendalian controlling dapat mengeliminasi risk of inability terhadap kewajiban jangka pendek. Beberapa survey yang dilakukan menunjukkan
manajer menghadapi beberapa masalah dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan modal kerja. Manajemen modal kerja merupakan hal yang sensitif dari aspek
manajemen keuangan Joshi 1994.
Encik Latifah Hanum : Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2008.