Dunia sebagai Pentas Kehidupan Bagi masyarakat Gayo Lues, dunia merupakan Bumi dan Langit Menurut Arabi 1999: 30, bumi dan langit

❏ Isma Tantawi Didong Gayo Lues: Analisis Pemikiran tentang Alam LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008 Halaman 92 dengan begitu teratur dan rapi Dawawy, 1999: 34. Menurut Hossein 1993: 37, alam semesta adalah semua wujud material dan rohaniah. Jadi, alam semesta adalah alam yang terbatas pada benda yang dikenal dan dapat diraba oleh pancaindra manusia. Alam semesta ini benda- benda yang nyata, seperti gunung-gunang yang dapat didaki, bentangan tanah yang dapat dikerjakan, hutan-hutan yang dapat dijelajahi, sungai-sungai yang dapat dikenali, laut-laut yang dapat dilayari, dan tempat-tempat yang dapat dikunjungi Sastraprateja, 1983: 38. Alam semesta yang dimaksudkan merangkumi dunia, bumi, langit, matahari, tanah, air, batu, laut, sungai, angin, barat, utara, selatan, pulau, dan nama-nama tempat. Sesuai dengan pendapat Daud 2001: 10 alam adalah bumi dan langit termasuk seluruh isinya. Alam sebagai ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, merupakan tempat bagi manusia untuk mengabdi kepada Allah Swt.

2.1.1 Dunia sebagai Pentas Kehidupan Bagi masyarakat Gayo Lues, dunia merupakan

tempat mengabdi kepada Allah. Semua perkerjaan yang baik di dunia merupakan amalan untuk menuju alam akhirat. Manusia harus menjaga hubungan dengan Allah hablumminallah yang diwujudkan dengan amalan-amalan, baik wajib maupun sunat. Kemudian hubungan manusia dengan manusia hablumminannas yang diwujudkan dengan menjaga hubungan baik sesama manusia. Seperti yang diceritakan oleh Guru Didong Ramli paragraf: 111 kita harus memohon maaf dan saling memaafkan sesama manusia supaya selamat hidup di dunia dan akhirat. Pada bagian lain Guru Didong Ramli paragraf: 156, menceritakan manusia hidup di alam dunia akan menuju alam akhirat. Pada masa hidup di dunia harus berpegang teguh kepada agama Islam dan dalam melaksanakan ajaran agama Islam harus berpanduan kepada Al-Quran, hadis, ijmak, dan qias serta membaca buku dan bertanya kepada orang yang memahami tentang agama Islam supaya selamat hidup di dunia dan akhirat.

2.1.2 Bumi dan Langit Menurut Arabi 1999: 30, bumi dan langit

merupakan tempat ciptaan dan rahasia Allah. Bumi ialah planet tempat mahkluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Langit ialah ruangan yang luas dan terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang, dan matahari. Pemikiran tentang bumi dan langit ternyata ada dalam Didong Jalu yang diperlihatkan oleh Guru Didong dari beberapa aspek. Pertama, bumi dan langit sebagai ciptaan Allah Swt. dan bukti kebesaran Allah, sehingga Guru Didong menyampaikan mohon maaf kepada langit dan bumi. Seperti yang diceritakan Guru Didong berikut ini, Maaf langit yang kujunjung sampai ke lapisan yang ke tujuh. Maaf bumi yang sekeliling yang kami duduki sampai ke batu lapisan yang paling bawah, demi Tuhan Yang Maha Pencipta Ramli, paragraf: 18. Kedua, langit dan bumi digunakan Guru Didong sebagai lambang kehormatan, bagi seseorang untuk memohon maaf kepada kedua ibu bapak. Seperti diceritakan oleh Guru Didong berikut ini, Mohon maaf kepada langit yang saya junjung, saya berharap sampai ke lapisan yang paling atas. Mohon maaf kepada bumi yang dipijak, saya mohonkan sampai kepada lapisan yang paling bawah, yang layak untuk ayah dan ibu Idris, paragraf: 11. Ketiga, bumi dan langit bagi masyarakat Gayo Lues digunakan sebagai lambang kebahagiaan di dalam kehidupan. Guru Didong Idris paragraf: 41 mengatakan, karena keinginan untuk mempunyai anak sudah dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Maka seperti makin tinggi langit yang dijunjung dan makin luas bumi yang dipijak. Ini bermakna kebahagiaan di dalam kehidupan keluarga sudah diberi keturunan oleh Allah Swt. Keempat, bumi dan langit berada pada tempat yang berbeda. Bumi terdapat di bagian bawah dan langit di bagian atas. Bagi masyarakat Gayo Lues hal ini mengandung makna bahwa, langit sebagai hubungan dengan Allah Swt. dan bumi sebagai hubungan dengan manusia. Seperti diceritakan Guru Didong Ramli paragraf: 46 setelah diadakan persembahan Didong Jalu untuk memenuhi niat yang pernah diucapkan oleh kedua ibu bapak. Supaya ke langit tidak berpucuk dan ke bumi tidak berakar. Artinya persembahan Didong Jalu ini bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban kepada Allah dan tanggung jawab kepada masyarakat. Kelima, bagi orang tua ibu dan bapak masyarakat Gayo Lues, perpisahan seorang anak dengan kedua ibu bapak dianggap sebagai kehancuran bumi dan langit, walaupun perpisahan itu hanya bersifat sementara. Jika anak akan pergi, mencari ilmu atau mencari keperluan lainnya, kedua ibu bapak sangat merasa sedih dan selalu memberikan nasihat yang berulang-ulang. Kedua ibu bapak sangat khawatir terhadap kepergian anaknya Idris, paragraf: 51. ❏ Isma Tantawi Didong Gayo Lues: Analisis Pemikiran tentang Alam LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008 Halaman 93

2.1.3 Matahari Menurut Arabi 1999: 28, Allah Swt.