❏ Isma Tantawi Didong Gayo Lues: Analisis Pemikiran tentang Alam
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008 Halaman 93
2.1.3 Matahari Menurut Arabi 1999: 28, Allah Swt.
menciptakan matahari di langit seperti lampu yang menerangi penghuni bumi. Bagi masyarakat Gayo
Lues matahari dilambangkan sebagai tanda-tanda alam. Setelah malam akan ada siang dan
sebaliknya setelah siang akan ada malam atau setelah gelap akan ada terang dan setelah terang
akan ada gelap. Dalam Didong Jalu kedua-dua Guru Didong menyebutkan matahari yang
memberikan sinar terang. Setelah malam, matahari akan menampakkan sinarnya Idris, paragraf: 94.
Hari pun sudah lewat tengah malam, matahari pun akan segera bersinar Ramli, paragraf: 104.
2.1.4 Tanah Masyarakat Gayo mempercayai bahwa manusia
yang pertama Nabi Adam a.s. diciptakan oleh Allah Swt. dari tanah. Sesuai dengan firman Allah
Swt. pada surat al-Hijr ayat 26, terjemahan Junus 1984: 238, artinya sesungguhnya telah diciptakan
manusia dari tanah kering yang hitam. Kemudian menurut Selamat 2000: 3, Nabi Adam a.s.
diciptakan dari tanah adalah sebagai lambang ketenangan, sabar, teguh, dan pemaaf. Tanah juga
adalah tempat tumbuh dan berkembang semua makhluk hidup di atas alam. Kemudian Guru
Didong menceritakan bahwa Nabi Adam a.s. diciptakan dari tanah oleh Allah Ramli, paragraf:
144.
Kemudian masyarakat Gayo Lues mempercayai bahwa bagian-bagian tubuh Nabi
Adam a.s. diciptakan dari tanah yang berbeda asalnya. Seperti diceritakan Guru Didong berikut
ini:
… Kepalanya dari tanah Baitul Maqdis, mukanya dari tanah syurga, pinggangnya
dari tanah Iraq, auratnya dari tanah Babilon… Idris, paragraf: 148.
2.1.5 Air dan Angin Dalam Didong Jalu Gayo Lues air menjadi
lambang pada dua masalah saja. Pertama, air digunakan Guru Didong sebagai gambaran
kebesaran kekuasaan Allah Swt. yang tidak pernah dapat dikuasai oleh manusia. Menurut Djapri
1985: 19 telah banyak dilahirkan teori-teori tentang kejadian alam ini, namun semuanya
belumlah dapat mengungkapkan rahasia alam ini dan belum memberikan kepuasan kepada hasrat
ingin tahu manusia. Masyarakat Gayo Lues beranggapan, walaupun dua per tiga dari alam ini
adalah lautan, namun tidak akan cukup air untuk menjadi tinta jika semua persoalan di atas dunia ini
dituliskan Idris, paragraf: 68.
Kedua, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat selalu
akan terjadi perbedaan pendapat dan kadang- kadang menjadi selisih faham yang dapat
menimbulkan rasa sakit hati. Untuk menghilang- kan rasa sakit hati dapat dilakukan dengan
memohon maaf dan diumpamakan semua kesalahan dapat dihanyutkan ke air dan dilepaskan
ke angin Ramli, paragraf: 163.
2.1.6 Rumput, Ranting, Kayu, dan Batu Allah sebagai Maha Pencipta telah mencipta