Siamang Bagi masyarakat Gayo Lues, siamang dikenal Kerbau Kerbau adalah hewan yang banyak ditemui di

❏ Isma Tantawi Didong Gayo Lues: Analisis Pemikiran tentang Alam LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008 Halaman 97 terjadi adalah ketentuan dari Allah Swt. Manusia hanya menjalankan garis hidup yang sudah ditentukan oleh Maha Pencipta Idris, paragraf: 69. 2.3.2 Serangga Laba-laba merupakan serangga yang menyelamatkan Rasulullah. Ini tergambar dalam peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah ke Madinah, karena keamanan yang tidak terjamin di Mekkah, Nabi Muhammad Saw. lari dan bersembunyi di gua Hira’. Setelah Nabi Muhammad Saw. masuk ke tempat persembunyiannya, seterusnya jalan Nabi Muhammad Saw. ditutupi oleh laba-laba. Nabi Muhammad Saw tidak dapat ditemukan musuh dan Nabi Muhammad Saw. pun selamat. Ini artinya laba-laba dapat menyelamatkan Nabi Muhammad Saw. dari musuhnya. Bagi masyarakat Gayo Lues, laba-laba berbeda dengan konsep dalam sejarah Islam, seperti peristiwa yang langsung dialami oleh Nabi Muhammad Saw. di atas. Dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues, laba-laba dianggap sebagai makhluk yang menggangu dan merusak di dalam kehidupan masyarkat Gayo Lues. Bahkan laba- laba digambarkan sama dengan buaya; yaitu, binatang yang ganas dan ditakuti oleh semua orang Ramli, paragraf: 02 Konsep masyarakat Gayo Lues tentang laba-laba tersebut hanya dilaksanakan di dalam kehidupan duniawi saja. Dalam konsep Islam yang dilaksanakan suku Gayo Lues tetap sama dengan konsep dalam agama Islam di atas.

2.3.3 Siamang Bagi masyarakat Gayo Lues, siamang dikenal

bukan hanya karena kemerduan suaranya, tetapi siamang juga dikenali karena selalu bersuara pada waktu shalat Zuhur dan shalat Asar. Suara siamang menjadi tanda bagi masyarakat untuk melaksanakan shalat Zuhur dan shalat Asar. Suara siamang dapat didengar sampai ke kampung- kampung di kawasan Kabupaten Gayo Lues yang terletak di kawasan pinggiran hutan. Dapat dikatakan semua orang di Kabupaten Gayo Lues dapat mengenal suara siamang. Kepahaman dan kemengertian orang Gayo Lues kepada siamang itu, memberikan kesempatan kepada Guru Didong menggunakan suara siamang untuk menyampaikan fikirannya melalui kemerduan dan keindahan suara siamang. Guru Didong menyampaikan fikirannya untuk menguji keberanian lawannya dalam persembahan Didong Jalu disampaikan dalam bentuk pantun. Seperti didendangkan Guru Didong berikut ini: Hijau-hijau gununglah hijau, Siamang memanggil setengah hari. Sia-sia badanmu muda, Jika tidak berani mati Idris, paragraf 65

2.3.4 Kerbau Kerbau adalah hewan yang banyak ditemui di

kawasan dataran tinggi Gayo Lues. Di samping kerbau sebagai hewan peliharaan ia dapat dijual untuk menghasilkan uang. Hewan ini dapat juga digunakan untuk membajak sawah dan menarik balok dari hutan. Kerbau juga dapat digunakan menarik gerobak untuk mengangkat barang-barang keperluan. Bagi masyarakat Gayo Lues di samping kekuatan tenaga kerbau, masyarakat juga meletakkan kerbau sebagai lambang ketidaktahuan atau ketidakpahaman. Guru Didong pada permulaan persembahan menyampaikan tentang ketidakpahaman dan kelemahan Guru Didong yang akan tampil dalam persembahan. Guru Didong menggambarkan seperti kerbau yang memasuki kampung yang serba kebingungan, seperti yang dikemukakan Guru Didong berikut ini, Yang kami punya ini pun tidak berpengalaman. Seperti kerbau masuk kampung yang serba kebingungan. Badannya cuma besar, umurnya masih muda. Seperti kayu kering, sangat cepat dilalap api. Jika digertak mudah takut, kalau ditakuti mudah terkejut. Begitu pula kalau bercerita lebih banyak yang lupa dari yang diingat. Seperti anak masih belum pandai dan masih memerlukan pelajaran dan pendidikan. Cerita dan jalan cerita pedas seperti lada merah, pahit seperti rimbang hutan Idris, paragraf: 07.

2.4 Peralatan Menurut Soh 1994: 61, alam semesta ini adalah