Kebijakan Soekarno dalam Bidang Politik

14

BAB III PERAN SOEKARNO DALAM DEMOKRASI TERPIMPIN

Sebagai tindak lanjut Dekrit Presiden adalah penataan kehidupan politik dan ekonomi sesuai ketentuan-ketentuan demokrasi terpimpin, berikut adalah peran Soekarno dalam demokrasi terpimpin.

A. Kebijakan Soekarno dalam Bidang Politik

Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959, di Indonesia berlaku demokrasi liberal bebas yaitu demokrasi yang begitu leluasa untuk menyatakan pendapat. Semasa Demokrasi Terpimpin, yaitu tetap ada kebebasan tetapi dibatasi dengan alasan demi kepentingan rakyat banyak dan keselamatan negara. Demokrasi terpimpin didominasi oleh kepribadian Soekarno, walaupun prakarsa pelaksanaanya dia ambil bersama-sama dengan pimpinan angkatan bersenjata. 9 Istilah terpimpin diambil dari Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan” yang berarti permusyawaratan rakyat. Dalam pelaksanaannya pengertian terpimpin tersebut oleh Presiden Soekarno ditafsirkan terpimpin secara mutlak oleh diri pribadinya. Itulah sebabnya Presiden menjadi penguasa tertinggi dan mutlak di dalam negara. Walaupun dalam UUD 1945 ada pembagian kekuasaan secara jelas legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi dalam Demokrasi Terpimpin ketiga kekuasaan itu di bawah Presiden. 9 M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, 2008, PT. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, hlm 533. Meskipun pada masa Demokrasi Terpimpin kebebasan dibatasi tetapi tetap ada sifat-sifat demokrasi yakni dengan adanya lembaga-lembaga negara. Sesuai dengan UUD 1945 dibentuklah lembaga tertinggi negara, MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, kemudian lembaga-lembaga tinggi negara seperti DPR, BPK, MA, DPA. Tidak hanya itu terdapat pula Dewan Perancang Nasional dan Front Nasional yang dibentuk berdasarkan Kepres Keputusan Presiden. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara terdiri dari seluruh anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan. Karena para anggotanya diangkat berdasarkan Kepres, maka disebut MPR Sementara MPRS. Sedangkan DPR yang juga bukan hasil pemilihan umum itu disebut DPR Gotong Royong DPRGR. Disamping MPRS dan DPRGR, juga dibentuk Dewan Pertimbangan Agung DPA yang berperan sebagai penasihat atau pertimbangan. Karena pembentukannya tidak berdasarkan undang-undang, maka disebut Dewan Pertimbangan Agung Sementara DPRS. Kemudian, juga dibentuk Badan Pemeriksa Keuangan BPK dan Mahkamah Agung MA. Badan Pemeriksa Keuangan bertugas memeriksa penggunaan uang negara oleh pemerintah. Sedangkan Mahkamah Agung berperan sebagai lembaga peradilan tertinggi. Selain pembentukan lembaga-lembaga seperti yang tercantum dalam UUD 1945, juga dibentuk lembaga-lembaga yang membantu pemerintah seperti Dewan Perancang Nasional Depernas dan Front Nasional FN. Dewan Perancang Nasional bertugas menyusun rancangan pembangunan nasional semesta yang berpola delapan tahun. Sementara itu, Front Nasional bertugas untuk mengerahkan massa. Badan ini telah berperan dalam pengerahan massa pembebasan Irian Barat dan peng-ganyang-an Malaysia. Lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara itu menurut UUD 1945 berdiri sendiri, tetapi dalam massa Demokrasi Terpimpin menjadi lembaga bawahan Presiden karena semua pimpinan lembaga diberi pangkat menteri. Dengan demikian, Presiden bukan hanya memimpin badan eksekutif pemerintahan tetapi juga semua lembaga negara yang ada, karena itu tidak mustahil MPRS menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup dan tercipta gelar Pemimpin Besar Revolusi. Menurut UUD 1945, DPR merupakan perwakilan rakyat yang mengawasi atau mengkontrol tindakan-tindakan pemerintah, namun dalam Demokrasi Terpimpin tidak lebih dari lembaga yang mensahkan secara formal-yuridis apa yang diputuskan dan apa yang dilakukan oleh PresidenKepala Pemerintahan, seperti dalam hal anggaran pendapatan dan belanja negara, politik luar negeri dan lain-lain. Sementara itu TNI dan Polri dipersatukan menjadi ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan berperan ganda seperti zaman perang kemerdekaan peran sosial-politik dan pertahanan-keamanan. ABRI juga diakui sebagai golongan fungsional karya yang berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 mempunyai wakil di MPRS. Presiden mengambil alih secara langsung pimpinan tertinggi ABRI dengan membentuk Koti Komando Operasi Tertinggi masing-masing angkatan AD, AL, AU dan Polri berdiri sendiri-sendiri di bawah seorang MenteriPanglima yang langsung di bawah Presiden. 10 Pertama kali Soekarno menyatakan gagasan tentang Demokrasi Terpimpin pada tanggal 17 Agustus 1957, pada saat itu masih berlaku Undang-Undang Dasar Sementara dengan ketentuan- ketentuan, “Presiden tidak dapat diganggu gugat, menteri bertanggung jawab, dan sebagainya”. Hal inipun dinyatakan setelah Soekarno merancangkan Konsepsi Baru 21 Februari 1957, suatu konsepsi yang dicanangkan sebagai usaha untuk menyelamatkan negara, yang pada waktu itu keadaannya dianggap sedang bahaya. Suatu usaha yang selanjutnya berkembang dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang berisikan pembubaran Konstituante dan berlakunya krmbali Undang-Undang Dasar 1945, serta tidak diberlakukannya kembali UUDS 1950. Pemakaian istilah Demokrasi Terpimpin yang mulai digunakan pada tanggal 17 Agustus 1957. Tidak berhenti begitu saja, akan tetapi sebaliknya gagasan tersebut semakin diperdalam dan akan dijalankan untuk suatu ketatanegaraan yang baru Demokrasi Terpimpin menggantikan sistem yang lama Demokrasi Parlementer. Demokrasi Terpimpin tidak dapat dipisahkan daripada perkembangan susunan ketatanegaraan ini, yang berarti penggunaan Demokrasi Terpimpin itu tidak dapat dipisahkan dari perubahan ke dalam bagi susunan ketatanegaraan yang baru, yaitu susunan ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945. Pada waktu Soekarno mengumumkan konsepsi baru tersebut, ia sudah menjelaskan apa yang menurutnya menjadi sebab kebobrokan keadaan tanah air kita, ialah penggunan 10 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009,2011, USD, Yogyakarta. hlm. 94. dari demokrasi yang asalnya dari barat, yang dianggapnya juga tidak cocok dengan jiwa Bangsa Indonesia. Dari penjelasan tersebut dapat ditangkap adanya perbedaan antara Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Barat Parlementer. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan tetapi perbedaan ini hanya terletak pada pelaksanaan, pelaksanaan dari pada tolak pangkal yang sama, tujuan yang sama pemerintahan, kekuasaan individu, prinsip yang sama dalam pada ini kebebasan individu dan trias politica, checks and blances dan hanya berbeda dalam penyelenggaraan trias politica dan checks and balances tadi. Presiden Soekarno juga membentuk kabinet baru yang sesudah Oktober 1959 tidak lagi bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam bulan Januari 1960 Presiden Soekarno sudah mengusai semua partai politik, dengan hak untuk membubarkan mereka jika dianggap perlu. Dalam bulan Agustus 1960 diambil tindakan pertama, yaitu membubarkan partai-partai politik yang tidak mau mengikuti jalan yang diusulkan oleh Soekarno Masyumi yang dipimpin oleh Moh. Natsir dan Partai Sosialis Indonesia pimpinan Sutan Sjahrir. Hatta sudah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden sebelum perkembangan itu, dan dengan tindakannya itu ia menunjukkan bahwa ia pun tidak bersedia mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Soekarno. Tetapi bagi Soekarno sekarang saatnya untuk memulai fase baru dari perjuangannya yang lama untuk mewujudkan suatu tatanan sosial yang adil di Indonesia. Bersamaan dengan penolakan terhadap sistem liberal, diperkenalkannya sistem Indonesia yang baru. Pada tanggal 27 Maret 1960, keluarlah pengumuman mengenai pembentukkan sebuah parlemen gotong-royong dan DPR sebagai badan penasehat bagi pemerintah, yang mewakili hampir sama anasir dari masyarakat. Tanggal 15 Agustus menyusul pengumuman tentang pembentukan Majelis Permusyawaratan Perwakilan Sementara MPRS, yang sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi akan bersidang setiap tiga tahun sekali. Dalam waktu yang bersamaan Soekarno mengangkat Dewan Pusat sebuah Front Nasional. Front Nasional ini, yang dimaksudkan untuk mencakup golongan-golongan Nasionalis, Agama dan Komunis diberi nama “Nasakom” sebagai singkatan nama ketiga golongan itu. Dengan demikian, Soekarno menggunakan suatu istilah baru bagi pergerakan tunggal yang sudah sejak lama didambakannya, yang akan mencakup semua aliran politik dalam masyarakat. Upaya Soekarno untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang adil dan makmur telah gagal. Demokrasi Terpimpin yang didasarkan atas karisma dan persuasi sangat bergantung atas loyalitas PKI dan Angkatan Bersenjata sebagai kedua blok kekuatan yang paling baik organisasinya di Indonesia. Tetapi sejak semula loyalitas itu meragukan, karena seorang ahli waris politik yang sedang bersaing kedua golongan itu saling mengawasi kegiatan mereka masing-masing dengan kecurigaan yang semakin besar. Baik perjuangan yang sedang berkobar melawan imperialisme maupun Nasakom tidak mampu menjematani jurang antara kedua blok kekuatan itu serta organisasi-organisasi massa yang memihak mereka. Dengan demikian, Nasakom hanya merupakan suatu rumusan yang kosong, seperti halnya Pancasila di masa Demokrasi Liberal, ketika partai-partai menghimpun kekuatan masing-masing dan tidak mau menuangkan ideologi- ideologi mereka ke dalam tempat peleburan yang telah dirancang oleh Soekarno, dalam upayanya menciptakan suatu persatuan yang mencakup keseluruhannya. Setiap kali ia menemukan tidak relevannya sebuah rumusan, ia akan menciptakan rumusan yang lain.

B. Kebijakan Soekarno dalam Bidang Ekonomi