terasa sangat gatal dan garukan pasien menimbulkan terjadinya infeksi sekunder. Cutaneous larva migrans atau creeping eruption ini dapat
berlangsung untuk beberapa minggu bahkan sampai beberapa bulan. Migrasi larva dapat terjadi di jaringan yang lebih dalam yaitu dibawa melalui sistem
sirkulasi sistemik ke organ paru-paru sehingga dapat menyebabkan terjadinya serangan asma dan pneumonitis. Larva cacing masuk terbawa ke mulut karena
kontraksi, sehingga larva dapat ditemukan di dalam sputum penderita. Pada kasus tersebut biasanya eosinofilia tinggi di dalam darah dan sputum.
Orang yang terinfeksi akan mengalami insomia dan tidak nafsu makan, ini disebabkan karena rasa sangat gatal. Kadang-kadang terjadi
sindroma loeffler, eosinofilia, batuk dan pada foto sinar X terlihat infiltrasi sementara pada paru-paru Yamaguchi, 1992
C. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90
C selama 15 menit. Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam
sebuah panci. Kemudian dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90
C, sambil sekali-kali diaduk. Infusa diserkai sewaktu masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan
air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya Anonim, 1986. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Infundasi adalah proses penyarian yang pada umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Kelebihan metode ini adalah murah, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam Anonim, 1986.
Menurut Hariana 2006, secara tradisional masyarakat mengobati penyakit cacingan yaitu Ascariasis, Ancylostomiasis dan Oksiuriaris, dengan
merebus biji ceguk kemudian meminumnya. Masyarakat pada umumnya menggunakan pelarut air untuk menyari
senyawa yang diduga memiliki aktivitas antihelmintika yaitu alkaloid. Pelarut air sesuai untuk menyari senyawa alkaloid.
D. Antihelmintika
Antihelmintika merupakan obat yang membebaskan tubuh dari infeksi cacing, baik yang berada dalam saluran pencernaan makanan maupun dalam
jaringan lain. Obat cacing secara umum dibagi menjadi 2, yaitu: 1.
Vermifuga, bekerja dengan cara memabukkan cacing dalam dosis yang rendah.
2. Vermisida, bekerja dengan cara langsung membunuh cacing Siswandono dan
Soekardjo, 1995. Obat cacing baru umumnya lebih aman dan efektif dibandingkan dengan
yang lama, efektif untuk beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu atau 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemberiannya tidak memerlukan pencahar, dan beberapa dapat diberikan secara oral dengan dosis tunggal. Penderita yang menggunakan vermifuga dan vermisida
harus dapat buang air besar tiap hari Siswandono dan Soekardjo, 1995. Menurut Siswandono dan Soekardjo 1995, mekanisme aktivitas
antihelmintika juga dikelompokkan menjadi 4, yaitu : 1.
Kerja langsung, menyebabkan paralisis atau kematian cacing. Contoh obat cacing yang bekerja secara langsung adalah levamisol, pirantel pamoat dan
piperasin sitrat. 2.
Efek iritasi, yaitu dengan merusak jaringan cacing, contoh, obat cacing heksil resorcinol.
3. Efek mekanis, yaitu menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi
perpindahan dan kehancuran cacing yang disebabkan oleh peristiwa fagositosis, contoh obat, tiabendazole dan mebendazole.
4. Penghambatan enzim tertentu, contoh obat, pirantel pemoat dan levamisol.
Mebendazole sebagai kontrol positif merupakan antihelmintika yang paling luas spektrumnya. Dengan nama kimia N-5-benzoil-2-benzimidazolil karbamat.
Mebendazole menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi setilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa
secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan deplesi glikogen pada cacing, sehingga cacing akan mati secara perlahan-lahan Sukarban dan Santoso, 1995.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Struktur Kimia Mebendazole Mutschler, 1991 Tanaman ceguk merupakan salah satu tanaman yang digunakan secara
tradisional untuk mengobati penyakit cacingan Dalimartha, 2006. Menurut
Chang dan But 2001, biji dan akar ceguk memiliki aktivitas vermisidal pada nematoda. Aktivitas vermisidal disebabkan oleh kandungan dalam biji dan akar
ceguk yaitu alkaloid pyridine, yang bekerja kompetitif dengan glutamic acid pada reseptor metabotropic glutamate. Alkaloid pyridine juga menginduksi kontraksi
otot dan paralisis spastik pada nematoda kemudian dikeluarkan. Menurut Cirla dan Mann 2003, kandungan potassium quisqualata pada biji
ceguk, dapat merusak jaringan cacing tambang Necator americanus dengan menstimulasi reseptor nikotinik pada sambungan neurotransmitter dan
menyebabkan paralisis yang mengakibatkan cacing dikeluarkan. Menurut Monzon 1995, quisqualic acid dalam biji dan akar ceguk menyebabkan kerusakan seluler
cacing tambang Ancylostoma duodenale. Paralisis menurut Danis 2005, merupakan keadaan di mana terjadi gangguan atau kehilangan fungsi motorik
pada suatu bagian, akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot; juga secara analogi,
gangguan fungsi sensorik. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Keterangan Empiris