Manfaat Pembinaan Karakteristik Pembinaan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Terhadap PKL Lapangan Karah Surabaya.

Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor dalam Lokakarya Hukum Perlindungan Konsumen bagi Dosen Praktisi Hukum yang Diselenggarakan: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, mengungkapkan : Pada zaman modem ini, masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan tidak memperdulikan batas kadaluarsa makanan yang dikonsumsinya. Hal demikian banyak terjadi di daerah- daerah dimana makanan pada umumnya diolah secara sederhana yang pada umumnya mempunyai masa simpan yang relatif pendek. sehingga meskipun makanan tersebut telah kadaluarsa mereka tetap mengkonsumsinya. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan yang kurang. Keadaan demikian sering dimanfaatkan oleh sebagian pedagang atau produsen makanan untuk menjual makanan kadaluarsa dengan harga murah. Hal inilah yang banyak disambut oleh orang-orang yang kurang pengetahuannya dan pada umumnya banyak menimpa golongan ekonomi lemah.

2. Manfaat Pembinaan

Menurut Burhanudin 1993 : 48 manfaat pembinaan adalah : 1 Mengembangkan potensi. 2 Sebagai wahana untuk memotivasi karyawan agar mengembangkan bakat dari kemampuannya. 3 Mengurangi subyektivitas dalam promosi. 4 Memberikan kepastian hari depan. 5 Sebagai usaha untuk mendukung organisasi dalam rangka memperoleh tenaga-tenaga yang cakap dan terampil dalam melaksanakan program.

3. Karakteristik

Pembinaan Sifat dan karakteristik pembinaan yang amat menonjol French dan Bell dalam Thoha 2003 : 17 antara lain : 1 Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses kelompok dan organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif. 2 Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu kunci untuk mempelajari lebih efektif berbagai macam perilaku organisasi. 3 Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya kerja tim. 4 Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem keseluruhan.

2.2.2. Pengertian Pedagang Kaki Lima PKL

Sedangkan Wirosardjono dalam Alisjahbana 2003:14 mengemukakan PKL adalah pola kegiatannya tidak teratur, dalam artian waktu, permodalan maupun penerimanya, tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, modal peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas hitungan harian. Timbulnya sektor informal atau pedagang kaki limaPKL sebagai sumber kesempatan kerja merupakan manifestasi dari tidak sebandingnya pertumbuhan angkatan kerja dan kesempatan kerja pada satu pihak dan ketidakmampuan sektor formal untuk menampung kelebihan tenaga kerja di lain pihak. Berkembangnya kesempatan kerja sektor informal di kota sekurang-kurangnya dapat dijelaskan melalui tingginya pengangguran di kota yang pada gilirannya menimbulkan suatu respon yang berupa membengkaknya sektor informal. Sektor informal di kota dapat bertindak sebagai suatu katup pengaman bagi sejumlah sektor informal di daerah perlu mendapat penanganan yang lebih intensif, dalam arti bisa ke arah pengembangan. Dengan demikian, sektor ini lebih berfungsi sebagai kesempatan kerja bagi kaum pengangguran dan masyarakat berpenghasilan rendah di kota. Adapun karakteristik sektor informal menurut Hidayat 1995:426 sebagai berikut : 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha 3. Pola kegiatan usaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari sub sektor satu ke sub sektor lain 6. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil. 8. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, karena pendidikan yang diperlukan dari pengalaman sambil kerja. 9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri usahanya dan buruh berasal dari keluarga 10. Sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau dari lembaga-lembaga yang tidak resmi. 11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah. Sedangkan menurut Perda No. 17 Tahun 2003 tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL di Kota Surabaya, Pedagang Kaki Lima adalah pedagang ekonomi lemah yang menggunakan bagian dari fasilitas- fasilitas umum sebagai tempat kegiatan usahanya dengan menggunakan peralatan bergerak atau tidak bergerak. Dari pengertian diatas disimpulkan pedagang kaki lima adalah mereka yang dalam melakukan kegiatan dagang dan menjalankan usahanya menggunakan bagian jalan atau trotoar dan tempat-tempat usaha serta tempat lain yang bukan miliknya. Sarana ataupun perlengkapan dagang yang dipergunakan relative sederhana. Bagi perencana kota tumbuhnya pedagang kaki lima banyak mengundang masalah karena pedagang kaki lima terutama yang beroperasi ditempat strategis di kota dapat mengurangi keindahan. Kota dan diduga sebagai penyebab kemacetan lalu lintas dan menurunnya lingkungan hidup dikota. Karena itu perencanaan kota harus mampu untuk berupaya mencari cara terbaik untuk memecahkan masalah yang semakin membengkaknya pedagang kaki lima di perkotaan.

1. Faktor Timbulnya Pedagang Kaki Lima

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL).

0 0 109

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

4 10 104

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

8 30 122

STRATEGI DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.

0 0 1

DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

0 0 1

DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO,KECIL DAN MENENGAH

0 0 1

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA

0 0 22

PEMBINAAN DINAS KOPERASI UMKM PEMERINTAH KOTA SURABAYA TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) LAPANGAN KARAH KOTA SURABAYA

0 0 22

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA

0 0 17

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL)

0 0 21