Histogram Tingkat Keabuan Gray level Histogram Pengolahan Citra

jumlah kemungkinan warnanya adalah 2 4 = 16 warna dengan kemungkinan warna 0 min sampai 15 max Hestiningsih, Idhawati., 2008. Gambar 2.6 Citra Grayscale 10. Waktu dan Pergerakan. Respon suatu sistem visual tidak hanya berlaku pada faktor ruang, tetapi juga pada faktor waktu. Sebagai contoh, bila citra-citra diam ditampilkan secara cepat, akanberkesan melihat citra yang bergerak. 11. Deteksi dan Pengenalan. Dalam mendeteksi dan mengenali suatu citra, ternyata tidak hanya sistem visual manusia saja yang bekerja, tetapi juga ikut melibatkan ingatan dan daya pikir manusia.

2.3 Histogram Tingkat Keabuan Gray level Histogram

Informasi suatu citra dapat diwakili oleh histogram Histogram adalah suatu fungsi yang menunjukkan jumlah titik yang ada dalam suatu citra untuk setiap tingkat keabuan. Sumbu X absis menunjukkan tingkat warna Sumbu Y ordinat menunjukkan frekuensi kemunculan titik. Kegunaanya adalah : 1. Penentuan parameter digitasi dalam proses pencitraan perlu melihat apakah tingkat warna telah dipakai sesuai yang dibutuhkan. Contoh : tingkat keabuan dengan 8 bit apakah sudah memakai dari tingkat 0 sampai 256 warna tingkat keabuan. 2. Pemilihan batas ambang threshold. Biasa digunakan untuk mengukur penonjolan objek dalam citra terhadap latar belakangnya termasuk dalam teknik pengambangan thresholding. Universitas Sumatera Utara 3. Pengenalan pencocokan citra adalah citra yang telah diubah diupdate akan mempunyai histogram yang berbeda. Gambar 2.7 Citra Beserta Histogramnya 2.4 Konversi Citra True Color menjadi Citra Keabuan Grayscale Operasi konversi citra true color ke keabuan dengan rumus : Universitas Sumatera Utara Bisa juga dengan memberi bobot w pada RGB karena mata manusia lebih sensitif pada warna hijau, kemudian merah, terakhir biru. Ko = wr Ri + wg Gi + wb Bi berdasarkan NTSC National Television System Committee, dimana : wr = 0.299 wg = 0.587 wb = 0.144 Gambar 2.8 True Color Menjadi Grayscale 2.5 Pengambangan Thresholding Operasi pengambangan digunakan untuk mengubah citra dengan format skala keabuan, yang mempunyai kemungkinan nilai lebih dari 2 ke citra biner yang memiliki 2 buah nilai yaitu 0 dan 1. 1. Pengambangan Tunggal adalah memiliki sebuah nilai batas ambang Fungsi GST-nya 2. Pengambangan Ganda adalah memiliki ambang bawah dan ambang atas. Dilakukan untuk menampilkan titik-titik yang mempunyai rentang nilai skala keabuan tertentu. Universitas Sumatera Utara

2.6 Representasi Citra Digital

Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f x,y, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik x,y merupakan tingkat kecemerlangan citra pada titik tersebut. Citra digital adalah citra f x,y dimana dilakukan diskritisasi koordinat spasial sampling dan diskritisasi tingkat kecemerlangannya keabuan kwantisasi. Citra digital merupakan suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya yang disebut sebagai elemen gambar piksel pixel picture element pels menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut. Citra digital dinyatakan dengan matriks berukuran N x M baristinggi = N, kolomlebar = M Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9 Representasi Citra 1. Format Citra adalah citra digital biasanya berbentuk persegi panjang, secara visualisasi dimensi ukurannya dinyatakan sebagai lebar x tinggi ukurannya dinyatakan dalam titik atau piksel pixel = picture element ukurannya dapat pula dinyatakan dalam satuan panjang mm atau inci = inch. Resolusi adalah banyaknya titik untuk setiap satuan panjang dot per inch. Makin besar resolusi makin banyak titik yang terkandung dalam citra, sehingga menjadi lebih halus dalam visualisasinya. 2. Resolusi Citra adalah resolusi spasial dan resolusi kecemerlangan, berpengaruh pada besarnya informasi citra yang hilang. Resolusi spasial halus kasarnya pembagian kisi-kisi baris dan kolom. Transformasi citra kontinue ke citra digital disebut digitalisasi sampling. Misal hasil digitalisasi dengan jumlah baris 256 dan jumlah kolom 256 resolusi spasial 256 x 256. Resolusi kecemerlangan intensitas brightness = halus kasarnya pembagian tingkat kecemerlangan. Transformasi data analog yang bersifat kontinue ke daerah intensitas diskrit disebut kuantisasi. Bila intensitas piksel berkisar antara 0 dan 255 resolusi kecemerlangan citra adalah 256 Defenisi citra menurut Gonzalez, 2002 adalah suatu fungsi dua dimensi f x,y dimana x dan y adalah koordinat parsial dari setiap titik pada citra, serta nilai fungsi f pada kordinat x,y merupakan nilai intensitas atau gray level pada titik tersebut. Citra digital merupakan citra dengan nilai x , y, dan f yang berhingga dan diskrit, dimana kegiatan dan pemrosesannya dialakukan dengan komputer digital. Setiap pasangan nilai dan lokasi koordinat merupakan element pembentuk citra digital yang disebut dengan piksel. Universitas Sumatera Utara Terdapat tiga jenis range nilai yang umumnya dipakai dalam mempresentasikan besarnya intensitas nilay garay level citra dalam matriks, yaitu : 1. Representasi data double dengan nilai jangkauan antara 0-1 2. Representasi data integer 8 bit dengan nilai jangkauan antara 0-255 dan 3. Representasi data integer 16 bit dengan nilai jangkauan antara 0-65535 Nilai minimal 0 merupakan representasi dari warna hitam, sedangkan nilai maksimal dari setiap jenis jangkauan data merupakan representasi dari warna putih. Berikut ini adalah cara mengkonversi ketiga jenis representasi data diatas.

2.6.1 Konversi Data Double Menjadi Integer

Untuk mengubah representasi data double menjadi integer 8 bit, nilai piksel dikalikan dengan 255 dan dikenakan pembulatan : fx,y ’ = int[round fx,y255] 1 Untuk mengubah representasi data double menjadi integer 16 bit, nilai piksel dikalikan dengan 65535 dan dikenakan pembulatan : fx,y’ =int[round fx,y65535] 2

2.6.2 Konversi Data Integer Menjadi Double

Untuk mengubah representasi data integer 8 bit menjadi double, nilai piksel dibagi dengan 255 setelah format datanya diganti dengan double. fx,y’ = double � , 3 Untuk mengubah representasi data integer 16 bit menjadi double, nilai piksel dibagi dengan 65535 setelah format datanya diganti dengan double . fx,y’ = double � , 4

2.7 Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah kegiatan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia mesin komputer. Inputannya adalah citra dan keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra masukan. Misal citra warnanya kurang tajam,kabur Universitas Sumatera Utara blurring, mengandung noise misal bintik-bintik putih, dan lain - lain sehingga perlu ada pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebut menjadi sulit diinterpretasikan sebab informasi yang disampaikan menjadi berkurang. Sedangkan pencitraan itu sendiri adalah kegiatan mengubah informasi dari citratampak citra non digital menjadi citra digital. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk pencitraan adalah scanner, kamera digital, kamera sinar-xsinar infra merah, dan lain –lain. Operasi-operasi pada pengolahan citra diterapkan pada citra apabila : 1. Perbaikan atau memodifikasi citra dilakukan untuk meningkatkan kualitas penampakan citramenonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung dalam citra image enhancement. Contoh : perbaikan kontras gelapterang, perbaikan tepian objek,penajaman, pemberian warna semu, dan lain-lain. 2. Adanya cacat pada citra sehingga perlu dihilangkan diminimumkan imagerestoration. Contoh : penghilangan kesamaran debluring citra tampak kabur karena pengaturan fokus lensa tidak tepat kamera goyang, penghilangan noise3. Elemen dalam citra perlu dikelompokkan, dicocokan atau diukur imagesegmentation. Operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola. 3. Diperlukannya ekstraksi ciri-ciri tertentu yang dimiliki citra untuk membantu dalam pengidentifikasian objek image analysis. Proses segementasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh : pendeteksian tepiobjek 4. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain imagereconstruction contoh : beberapa foto rontgen digunakan untuk membentuk ulang gambar organ tubuh 5. Citra perlu dimampatkan image compression. Contoh : suatu file citra berbentuk BMP berukuran 258 KB dimampatkan dengan metode JPEG menjadi berukuran 49 KB. 6. Menyembunyikan data rahasia berupa teks citra pada citra sehingga keberadaan data rahasia tersebut tidak diketahui orang steganografi watermarking.

2.8 Metode Penggambaran