Pengertian Pengembangan Usaha Kecil

19

2.2. Pengembangan Usaha Kecil

2.2.1. Pengertian Pengembangan Usaha Kecil

Menurut UMKM 2008 : 6 “pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usa mikro, kecil, dan menengah”. Sedangkan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan yang berbeda dengan usaha menengah, dimana kekayaan bersih atau penjualan tahunan usaha kecil lebih daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha menengah. Tetapi menurut Kamar Dagang dan Industri KADIN ada beberapa kesamaan kriteria usaha kecil adalah : 1 Memiliki aset kurang dari Rp. 250 juta 2 Mempekerjakan kurang dari 30 orang 3 Memilih nilai penjualan kurang dari Rp. 100 Juta Usaha kecil menurut UMKM 2008:5 adalah usaha ekonomi produktif yang terdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau baukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syari’ah. 20 Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersakala kecil dan memnuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang- undang ini. “usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 satu miliar rupiah atau kurang”. LBPS, 2007 : 1 Secara regulatif, UU No. 20 Tahun 2008 sangat bersinergis dengan UU perbankan syari’ah, apabila keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan perekonomian yang adil dan penuh kebersamaan yang berpijak pada pemberdayaan masyarkaat. UU No. 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan adalah : a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. c. Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UKM. Sedangkan UU Perbankan Syari’ah dalam Hasan, 2009 : 243 menyatakan bahwa “tujuan dari perbankan syari’ah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, 21 kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat pasal 3 UU perbankan syari’ah dan penjelasannya”. Dalam UU No. 20 Tahun 2008 pasal 2, usaha mikro, kecil, dan menengah berazaskan : a. Kekeluargaan b. Demokrasi ekonomi c. Kebersamaan d. Efisiensi berkeadilan e. Berkelanjutan f. Berwawasan lingkungan g. Kemandirian h. Keseimbangan kemajuan, dan i. Kesatuan ekonomi nasional Dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan peran usaha kecil menengah dalam perekonomian nasional, pemerintah bersama dengan perbankan selama ini telah menempuh beberapa strategi dan kebijakan sebagai berikut : a. Menetapkan batas minimum pemberian kredit kepada usah akecil sebesar 20 dari seluruh kredit bagi semua bank. Khusus untuk koperasi, pemerintahan menyediakan fasilitas kredit likuiditas sebesar 100, guna membiayai sektor-sektor yang sangat prioritas bagi pengembangan koperasi, dalam bentuk : 1 KUT Kredit Usaha Tani adalah : untuk budidaya penanaman padi, palawija, dan hortikultura. 22 2 KKPA Kredit Kepada koperasi untuk Anggotanya dapat digunakan sebagai modal kerja usaha dan investasi bagi para anggota koperasi primer yang mempunyai usaha produktif. 3 KKop Kredi kepada Koperasi merupakan kredit modal kerja yang harus diberikan kepada lembaga koperasi baik primer maupun sekunder dalam mengadakan dan mendistribusikan usaha agribisnis. b. Mengembangkan kelembagaan dengan memperluas jaringan perbankan dalam bentuk kerjasama antar bank, dengan mengembangkan lembaga keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah, seperti BPR dan BPR Syari’ah. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu uaya mengurangi pengangguran. UMKM bergerak di berbagai sektor ekonomi namun yang paling dominan bergerak di bidang pertanian. Adapun kriteria UMKM menurut Undang-Undang Indonesi aNomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai berikut : 1 Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : 23 a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta selain tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta 2 Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta selain tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Miliar. 3 Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 Miliar selain tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp. 2,5 Miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Miliar. Secara ringkas, kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1 : Kriteria Usaha Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 No Uraian Kriteria Asset Omzet 1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 Juta 2 Usaha Kecil 50 Juta–500 Juta 300 Juta – 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah 500 Juta–10 Miliar 2,5 Miliar – 50 Miliar Sumber : www.depkop.go.id Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha Kuncoro, 2006:372. Sedangkan menurut BPS, usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga IKRT. BPS mengklasifikasikan industri 24 berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu : 1 industri rumah tangga dengan pekerjaan 1-4 orang; 2 industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; 3 industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; 4 industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih Kuncoro, 2006 374. UMKM di Indonesia kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga UMKM sulit berkembang dan kalah bersaing dengan produk-produk import dari luar neger, padahal UMKM itu sendiri berpotensi sangat besar dan berpeluang untuk memasuki pasar baik regional maupun internasional, menjadi unit usaha kecil yang modern dan kompetitif, sehingga UMKM bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional. Menurut Arsyad 2008 : 102 penyebab sulit berkembangnya UMKM di Indonesia ada dua pandangan yang berbeda yaitu : 1. Pandangan kultural, yang menyebutkan bahwa Usaha Kecil ekonomi rakyat kurang berkembang pesat karena adanya nilai-nilai atau tradisi suatu kelompok masyarakat yang memang tidak mampu mendinamisasi keadaan masyarakat. Karena ketidak sanggupan inilah yang membuat UMKM tidak bisa berkembang dan kurang diminati oleh masyarakat. Banyak UMKM yang hidup di bawah rata-rata bahkan hidup dalam kemiskinan karena tidak sanggup beradaptasi dengan masyarakat. Sifat malas dan tidak memiliki etos kerja menyebabkan timbulnya kemiskinan yang tinggi, karena dengan menganggur tidak akan memperoleh pendapatan, sehingga kemiskinan semakin banyak. Solusi yang bisa di tawarkan adalah perlu adanya suatu usaha yang dapat membangkitkan semangat orang-orang agar mau bekerja, diantaranya dengan terciptanya 25 lapangan kerja yang mampu menampung skillnya dan upah yang memadai, sehingga bisa memenuhi kebutuhannya. 2. Pendekatan struktural, disebutkan bahwa UMKM sulit berkembang disebabkan oleh struktur sosial-ekonomi masyarakat yang timpang, yang menyebabkan adanya sekelompok tertentu yang sulit bahkan UMKM tidak bisa mengembangkan usahanya. Karena pengaruh struktur perekonomian Indonesia yang tidak menentuk ini dan seringnya terjadi resesi, menyebabkan banyaknya pengangguran yang tinggi akibat terjadinya kenaikan biaya produksi sedangkan selera pasar menurun karena terjadinya inflasi, maka perusahaan banyak yang melakukan PHK. Untuk mengatasi masalah perekonomian yang seperti ini harus di rombak struktur sosial-ekonomi masyarakat secara signifikan. Termasuk dalam struktur sosial-ekonomi yang berhubungan dengan pelaku ekonomi, kekuasaan, dan sebagainya. UMKM jika dilihat secara mendalam sudah berkembang pesat dan menyumbang sebagian besar GDP Indonesia. Namun seiring perubahan waktu banyak terjadi perubahan secara struktural yang terlihat pada pergeseran dalam distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan di antara sektor-sektor ekonomi yang ada. Perkembangan ekonomi modern semakin menggeser perekonomian tradisional. Pokok permasalahan yang dihadapi UMKM menurut Kuncoro 2006:378 dibedakan menjadi dua : 1. Faktor Eksternal : a. Pengakuan dan jaminan keberadaan UMKM. Unit usaha ekonomi rakyat yang pengelolaannya secara tradisional seharusnya mendapat perlakuan 26 yang selayaknya unit usaha yang di kelola secara modern. UMKM seharusnya mendapat fasilitas yang sama seperti usaha besar, begitu juga dalam peletakan lokasi UMKM juga harus di tempatkan di tempat yang strategis di daerah khalayak ramai seperti pasar swalayan. b. Data persebaran UMKM yang tidak jelas. Keterbatasan data persebaran ini menghambat upaya pembinaan maupun penyluhan yang diberikan pihak swasta, pemerintah maupun masyarakat. Sehingga UMKM sulit berkembang karena tidak adanya informasi yang jelas mengenai pangsa pasar, kualitas produk, manajemen keuangan usahanya, dan lain sebagainya. c. Alokasi kredit sebagai pembiayaan yang timpang. Tidak meratanya distribusi pendanaan antar wilayah, antar sektor, antar golongan, dan antar desa-kota. Hambatan birokratis yang tidak bisa di hadapi UMKM dalam memperoleh kredit dan di persulit dalam perizinan maupun pengembangannya. Oleh sebab itu, persyaratan untuk memperoleh kredit harus disederhanakan agar UMKM tidak sulit dalam meminjam modal. d. Produk yang dihasilkan UMKM memiliki ciri dan karakteristik sebagai produk fashion dan kerajinan tangan life time yang pendek. Padahal selera konsumen selalu berubah-ubah, oleh sebab itu perlu adanya inovasi desain-desain produk yang sesuai dengan pangsa pasar dan sesuai dengan selera konsumen perlu dilakukan dalam periode yang cepat, karena keterlambatan mengantisipasi keinginan pasar bisa menghambat daya dukung perkembangan UMKM. 27 e. Rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan usaha rakyat. Produk industri rakyat selalu dinilai berkualitas rendah. Hal ini adalah pandangan keliru dan bisa menghambat perkembangan UMKM karena belum tentu pola produksi tradisional akan menghasilkan produk yang bermutu rendah. Banyak sekali hasil produk industri kerajinan rakyat yang mampu bersaing dengan di pasar internasional. Rendahnya nilai tukar UMKM ini disebabkan karena rendahnya modal yang diperlukan sehingga dijual dengan sistem ijon seperti dalam produk pertanian. f. Terbatasnya akses pasar bagi UMKM yang ingin memperluas pangsa pasarnya dan ingin mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan oleh modal besar domestik maupun asing yang menerobos segmentasi pasar yang sebelumnya dikuasai pengusaha dalam negeri termasuk UMKM. g. Pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional. Ketidak siapan birokrasi yang berhubungan langsung dengan UMKM menyebabkan permasalahan dalam pengembangan UMKM. 2. Faktor Internal a. Terbatasnya penguasaan asset produksi terutama permodalan. Karena dalam pengembangan usaha yang luas tentunya juga akan membutuhkan dana yang besar dalam usahanya. b. Rendahnya sumber daya manusia. Yang dimaksudkan di sini adalah keterampilan yang dimiliki oleh pekerja masih sangat rendah, yang meliputi keterampilan teknik produksi dan manajemen usaha. Rendahnya 28 keterampilan pekerja ini dapat di lihat dari rendahnya pendidikan para pekerja. c. Hambatan konsentrasi sumber daya ekonomi rakyat pekerja. Hal ini para pekerja kebanyak masih terkonsentrasi di daerah pedesaan pada sektor pertanian, padahal di sektor pekerjaan lain sangat terbuka luas kesempatan untuk bekerja, misalnya saja perdagangan. d. Kelembagaan usaha rakyat belum berperan secara optimal. UMKM perlu mendapatkan fasilitas dalam mengembangkan usahanya. Perlu adanya koordinasi antar usaha dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mengatasi hal-hal tersebuit di atas, dalam pengembangan UMKM di masa mendatang hendaknya dari pihak perbankan syariah yang dalam hal ini sebagai badan penyalur dan sekaligus pemberi bantuan terhadap para nasabah masyarakat kalangan menengah ke bawah harus bisa menekankan kepada para nasabah terkait dengan perkembangan usahanya sendiri yaitu harus ada suatu program yang lebih jelas dan terencana, baik untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Jika langkah di atas tidak bisa dilakukan, maka daya saing produk akan tambah jauh tertinggal dari produk-produk import yang saat ini sudah mulai membanjiri pasar Indonesia. Jika perkembangan UMKM tersebut dapat berjalan dengan baik produk yang dihasilkan akan dapat menggantikan produk-produk impor yang membebani devisa negara, serta secara bersamaan dapat menjadi produk ekspor yang menghasilkan devisa negara. 29

2.2.2. Mekanisme Pembiayaan UMKM