Strategi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam penghimpunan dana bagi upaya pendidikan kaum dhuafa

(1)

STRATEGI PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA

OLEH RAHMAWATI NIM: 203046101756

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STRATEGI PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 3 Juni 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr.H. Muhammmad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH.,MA

(………..)

NIP. 130 789 745

2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (………..)

NIP. 150 269 678

3. Pembimbing I : Prof. Dr. Hasanuddin AF, MA (………..)

NIP. 150 050 917 4. Pembimbing II : JM. Muslimin, P.hD

(………..)

NIP. 150 312 427

5. Penguji I : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA (………..)


(3)

6. Penguji II : Dr. Syahrul Adham, MA (………..)

NIP. 150 299 473


(4)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Mei 2008


(5)

Kata Pengantar

ﺮ ا ﺮ اﷲا

Alhamdulillah, segala puji dan syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan inayahNya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk ilahi. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul " STRATEGI PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH DALAM PENGHIMPUNAN DANA BAGI UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA"

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.,selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Euis Amalia, M.Ag dan Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku Ketua

dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

3. Bapak Prof. Dr. Hasanuddin, AF, MA dan Bapak JM. Muslimin, P.hD, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu, petunjuk serta arahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan dan Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak KH. Drs. H. M Sobron Z, MA, selaku Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, yang telah rela menuangkan waktunya dalam memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan, terima kasih juga para pengurus, dan juga santri-santri Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

6. Seluruh keluarga tercinta, ayahanda (H. Zaidih) dan ibunda (Hj. Naimah), yang tiada henti-hentinya memberikan semangat serta do'a yang terus menerus, saudara2ku Ustd Halimi, Eti Herawati S.Ag, Syamsul, Akim, Yuyun (terima kasih banyak), dan tidak lupa untuk keponakanku tercinta Zahra, "tante sayang dede".

7. Teruntuk Aa Jaenuddin Kurniawan S.Ei "You’re the best to me" Kakak angkatku kak Ipul & Ellis, Auf, Ustad Syamsul dan Ustd Huda (terima kasih atas bantuannya) dan teman-teman Perbankan Syariah Non Reguler, Rahmi, Elly, Rani, Ida, Balqis, Fia dan semuanya yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu disini.


(7)

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dengan segala keterbatasannya dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Mei 2008


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………. i

KATA PENGANTAR……… iv

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………. ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 6

D. Kajian Pustaka……….. ... ...8

E. Kerangka Konsep………..

...10

F. Metode Penelitian ……….. ...12

G. Sistematika Penulisan………... ….15


(9)

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pondok

Pesantren………...18

1. Pengertian Pondok Pesantren………...18

2. Unsur-unsur dan Fungsi Pondok Pesantren……….19

B.

Dana………...29 1. Pengertian Dana……… 29

2. Macam-macam Dana………... 30

C. Donatur………... ..

34

1. Pengertian Donatur……….. 34

2. Peranan

Donatur………35 D. Pendidikan


(10)

1. Pengertian Pendidikan.………..38

2. Tujuan dan Manfaat

Pendidikan………40 E.

Dhuafa………43

1. Pengertian

Dhuafa……….……….43

5. Macam-macam

Dhuafa………...44

BAB III. PONDOK PESANTREN AL- QUR’ANIYYAH, PROGRAM DAN UPAYANYA UNTUK KEHIDUPAN SANTRI DHUAFA

A. Sejarah Berdirinya Pesantren

Al-Qur’aniyyah………..46

B. Visi, Misi dan Tujuan didirikannya Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah………... 47

C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah…………51


(11)

D. Program dan Upaya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Untuk

Para Santri Dhuafa……….52

BAB 1V. PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH,

PENGHIMPUNAN DANA DAN UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA

A. Cara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Dalam Penghimpunan

Dana Bagi Upaya Pendidikan Dhuafa………...56

B. Tolak Ukur Peranan Donatur Bagi Upaya Pendidikan Kaum Dhuafa………...…………. 58

C. Analisis Dampak Keberhasilan Dana Sosial Terhadap

Pendidikan Santri Dhuafa ………62

D. Faktor-faktor Yang Menjadi Pemicu Kesuksesan Dan Hal-hal

Yang Masih Belum di Kerjakan………...64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan……….


(12)

B. Saran……….... 70

DAFTAR

PUSTAKA………... 72

LAMPIRAN


(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren berasal dari pe-santri-an, yang berasal dari kata "Santri" yang mendapat awalan pe-dan akhiran-an. Kata santri berasal dari bahasa

Tamil, yang berarti guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari kata shastri dari akar kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau tentang ilmu pengetahuan.1

Menurut Mafred Ziemek, kata pesantren terdiri dari kata asalnya adalah

Santri, yang diberikan awalan "pe-" dan akhiran "-an" yang berarti menentukan tempat, jadi pesantren artinya adalah tempat para santri, dan kadang-kadang ikatan kata Sant yaitu yang berarti manusia baik, dihubungkan dengan suku kata Tra yang artinya suka menolong, sehingga apabila kedua suku kata tersebut dihubungkan maka kata pesantren berarti adalah tempat pendidikan manusia baik-baik.2

Dalam arti yang paling umum pondok pesantren mungkin dibedakan dengan pusat ibadah Islam, masjid, yang dapat diartikan sebagai lembaga pengajaran dan pelajaran keislamaan.

1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam ( Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994 ), h. 99

2


(14)

Dari keterangan di atas dapat di rumuskan bahwa pengertian pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.3

Dengan demikian defenisi, Pondok pesantren adalah lembaga tradisional yang dalam bacaan teknis berarti suatu tempat yang dihuni oleh para santri yang mencari ilmu, dan Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Pondok Pesantren secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua bentuk yang penting, yaitu : Pondok Pesantren Salafiyah dan Pondok Pesantren

Khalafiyah. Pondok Pesantren Salafiyah adalah Pondok Pesantren yang hanya menyelenggarakan pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, dan Pondok Pesantren Khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang selain menyelenggarakan pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, juga menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah atau formal.4

2. Unsur-unsur dan Fungsi Pondok Pesantren.

Untuk dapat memahami hakekat pondok pesantren perlulah terlebih dahulu kita mengetahui unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren dan fungsi

3

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1991), Jilid 1, h 187

4

Direktorat Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta, Departemen Agama, 2003 ), h. 41


(15)

pondok pesantren. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren akan tertulis uraian sebagai berikut :

a. Kyai

Kyai memiliki peran yang paling esensial dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan, dan pengurusan sebuah pesantren sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan, sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.5

Dengan demikian, Kyai merupakan elemen penting dari suatu pesantren Kyai juga biasanya seringkali merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren semata-mata banyak bergantung kepada kemampuan kyainya.

b. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Pondok Pesantren. Masjid sebagai pusat di pondok pesantren merupakan perwujudan dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusat sejak Masjid Quba didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren. Dilingkungan pesantren Masjid

5

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005 ), Ed. 1, h. 67


(16)

merupakan pusat kegiatan untuk pengajaran Islam dan dengan demikian merupakan komponen dasar lembaga ini.6

Menurut Dhofier, yang dikutip oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, bahwa dalam konteks pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah, sembahyang Jum'at, dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik7. Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya juga tempat pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan

wetonan ( bandongan ).8 c. Santri

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam melalui kitab-kitab kuning9

Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren adalah harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim,

6

Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, h. 115

7

Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan, h. 68

8

Mujamil Qomar, Pesantren dari Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta, Erlangga, 2005) h. 21

9

Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta, IRD Press, 2004), h.35


(17)

santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Dan santri mukim adalah santri yang menetap di dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh.10

d. Pondok ( Asrama)

Definisi singkat istilah "Pondok" adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Pondok (Asrama) sebagai tempat penginapan santri, dan difungsikan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan kyai atau Ustadz.11

Menurut Zamakshari Dhofir, ada tiga alasan kenapa pesantren menyediakan pondok bagi para santrinya, yaitu : pertama, ketenaran dan kemashuran kyai serta kedalaman ilmunya tentang Islam menarik perhatian para santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai serta kedalaman ilmunya tentang Islam menarik perhatian para santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut dengan baik dan teratur serta dalam jangka waktu yang lama, para santri harus menetap di dekat kediaman kyai.

Kedua, mayoritas pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada pengetahuan yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian perlu adanya asrama khusus untuk menampung.

10

Zarkasyi, Gontor dan Pembahruan, h. 69

11


(18)

Ketiga, adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri. Para santri menganggap kyainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santrinya sebagai titipan Tuhan. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-menerus satu sama lainnya.12

e. Pengajaran Kitab Kuning

Dalam tradisi pesantren, kitab kuning merupakan ciri dari identitas yang tidak bisa dilepaskan. Sebagai lembaga kajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman (al-'ulum al-syar'iyah), pesantren menjadikan Kitab Kuning adalah identitas yang inheren dengan pesantren.13

Dikalangan pesantren sendiri, disamping istilah kitab kuning, beredar juga istilah "Kitab Klasik"(al-kutub al-qodimah), untuk menyebut kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakl), kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantren sebagai "Kitab Gundul". Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan "Kitab Kuno".14

Setelah membahas secara ringkas elemen-elemen yang ada di lingkungan pondok pesantren, perlu juga kita ketahui tentang fungsi pondok pesantren.

12

Zamakshari Dhofir, Tradisi Pesantren, (Jakarta : LP3ES, 1985) h. 46-47

13

Haedari, Masa Depan Pesantren, h. 148

14

Said Aqiel Siradj et al., Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan


(19)

Pondok pesantren memiliki beberapa fungsi : Menurut Ma'shum yang dikutip oleh Mujamil Qomar fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius (diniyyah) fungsi sosial (ijtimaiyyah), fungsi edukasi

(tarbawiyyah) dan fungsi lain adalah sebagai lembaga pembinaan moral dan kultural.15

Selain itu Pesantren juga memiliki fungsi lain yaitu dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat, dan Pondok Pesantren dapat juga berfungsi sebagai Penyelenggaraan Unit Usaha dan Pengembangan Keterampilan.16 Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1). Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakatnya secara luas serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Asas pendidikan yang demikian itu diharapkan dapat merupakan upaya pembudayaan untuk mempersiapkan warga guna melakukan suatu pekerjaan yang menjadi mata pencariannya dan berguna bagi masyarakatnya serta mampu menyesuaikan diri secara konstruktif

15

Qomar, Pesantren dari Transformasi, h. 23

16


(20)

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Untuk itu Pondok Pesantren memiliki beberapa peranan, yaitu17 :

a). Pesantren Sebagai Instrumental dan Fasilitator

Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan namun juga sebagai lembaga pemberdayaan umat merupakan petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah Islamiyyah sarana dalam pengembangan umat ini tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian tujuannya. Sehingga pondok pesantren yang mengembangkan hal demikian berarti pondok pesantren tersebut telah berperan sebagai alat atau instrumen pengembangan potensi dan pemberdayaan umat.

b). Pesantren Sebagai Mobilisasi.

Mobilisasi adalah perpindahan tempat atau kedudukan, tingkah laku orang-orang di masyarakat dengan pola yang baru. Jadi, yang dimaksud dengan pondok pesantren berperan sebagai mobilisasi disini adalah Pondok Pesantren sebagai lembaga yang dipercayakan masyarakat sebagai wadah atau tempat seseorang menempa akhlak jadi lebih baik.

Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh lembaga atau perguruan lainnya dikarenakan hal ini dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat bahwa

17


(21)

Pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlaq dan budi pekerti yang baik. Sebagai lembaga yang dipercaya dan dihormati oleh masyarakat serta kharisma dari kyai sendiri, peranan Pondok Pesantren tentu menjadi sangat strategis dalam memberikan contoh atau mengajak untuk melakukan pengembangan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat sekitar.

c). Pesantren Sebagai Sumber Daya Manusia

Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren sebagai upaya yang mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, Pondok Pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang dibeberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan di Pondok Pesantren. Di sini peranan Pondok Pesantren sebagai fasilitator sangat dominan. Namun tentunya juga jika dalam pengembangannya mengikut sertakan masyarakat sekitar, apalagi masyarakat luas, maka dibutuhkan "tenaga-tenaga professional" yang akan mendukung kegiatan pengembangan ini. Karena kegiatan ini tentunya akan dikembangkan juga oleh para santri yang lulus atau selesai dalam pembelajaran di Pondok Pesantren. Hal ini sangat membantu tugas pemerintah dalam upaya pemerataan kegiatan pengembangan, khususnya ekonomi di daerah agar setiap daerah memiliki potensi sumber daya manusia yang kompeten.


(22)

d). Pesantren sebagai Agent of Develoment

Pondok Pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral melalui transformasi nilai yang ditawarkan Pondok Pesantren. Kehadirannya bisa disebut sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) yang selalu melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral, penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan dan bahkan dari pemiskinan ekonomi.

Institusi Pondok Pesantren dengan begitu mengesankan telah berhasil mentransformasikan masyarakat di sekitarnya dari kekafiran menuju kesalihan dan kemakmuran atau kesejahteraan.

Oleh karenanya kehadiran lembaga Pondok Pesantren menjadi suatu keniscayaan sebagai bentuk institusi yang dilahirkan atau kehendak dan kebutuhan masyarakat. Dengan kesadarannya Pondok Pesantren dan masyarakat telah membentuk hubungan yang harmonis, sehingga komunitas Pondok Pesantren kemudian diakui menjadi bagian tak terpisahkan (sub-kultur) dari masyarakat pembentuknya. Pada tataran ini, pondok pesantren telah berfungsi sebagai pelaku pengembangan masyarakat, dan menjadi agen bagi pembangunan nasional, dalam lingkup yang menjadi tanggung jawabnya.


(23)

Salah satu misi awal didirikannya Pondok Pesantren adalah menyebarluaskan informasi ajaran dan pengetahuan agama Islam keseluruh pelosok Nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Melalui medium pendidikan yang dikembangkan dalam bentuk Pondok Pesantren, ajaran Islam lebih cepat membumi di Indonesia.

Institusi Pondok Pesantren berkembang sedemikian rupa akibat persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, Pondok Pesantren kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan pendidikan menjadi lembaga pengembangan masyarakat. Sehingga pada tataran ini Pondok Pesantren telah berfungsi sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan pengembangan masyarakat (center of excellence).

2). Pondok Pesantren Sebagai Penyelanggaraan Unit Usaha dan Pengembangan Keterampilan18

Dengan anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau keluaran Pondok Pesantren akan menjadi ulama atau kyai dan memilih lapangan pekerjaan di bidang agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri, sebelum santri itu terjun ke

18


(24)

tengah-tengah masyarakat sebenarnya. Di pihak lain, guna menunjang suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk pihak Pondok Pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Ini merupakan potensi yang dimiliki oleh Pondok Pesantren secara historis dan tradisi.

Pondok Pesantren memang dituntut untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan kurikuler dan ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya, tentu saja hal tersebut tidak dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh dana-dana tradisonal, baik itu wakaf, bantuan insidental dari pihak wali santri, pemerintah, swasta, dan masyarakat atau donatur yang lain. Untuk menanggulangi hal yang demikian inilah pentingnya keberadaan unit usaha dan pengembangan keterampilan di Pondok Pesantren yang diupayakan dalam menghasilkan dana untuk biaya penyelenggaraan kegiatan Pondok Pesantren.19

B. Dana

1. Pengertian Dana

19


(25)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dinamakan dengan kata "dana" adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya kesejahteraan, atau bisa disebut juga dengan pemberian hadiah atau derma.20

Dana yang dimaksud disini adalah dana yang berbentuk sosial atau dana yang bersifat bantuan. Dana bantuan adalah dana (persediaan uang) untuk membantu suatu usaha, terutama dalam keadaan darurat.21 Dan bantuan sosial adalah bantuan yang bersifat sementara yang diberikan kepada fakir miskin, dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar.

Dana bantuan ini akan digunakan untuk kesejehteraan sosial bagi fakir miskin. Yang dimaksud dengan dana kesejehteraan sosial bagi fakir miskin adalah semua dana yang berwujud uang dan atau barang yang berasal dari masyarakat dan sumber-sumber lainnya dan digunakan untuk kepentingan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin.

2. Macam-macam Dana

Macam-macam dana yang dimaksud disini adalah dana-dana tradisional yaitu dana-dana yang bersumber dari bantuan masyarakat, baik itu berupa Zakat, Infaq dan Sedekah/Shodaqah (ZIS), yang dikembangkan untuk kepentingan masyarakat, sehingga dana-dana tersebut dapat dimanfaatkan dalam hal-hal yang berguna untuk umat.

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), Edisi ke-3, h. 234

21


(26)

1). Dana Zakat

Dana zakat adalah dana yang bersumber dari zakat. Ditinjau dari bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-Barakatu' keberkahan' al-namaa' pertumbuhan dan perkembangan, at-thaharatu 'kesucian' dan Ash-shalahu 'keberesan'.22

Zakat artinya menyucikan dan membersihkan harta benda. Menurut istilah syara' (agama), zakat adalah mengeluarkan sebagian harta, atau bahkan makanan yang utama menurut ketentuan yang ditentukan oleh syara.23 Perintah tentang zakat sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah (98) : 5 sebagai berikut :

و

ا

و

ا

ا

و

اا

ﺪ ا

ء

و

ﺼ ا

ا

ةﻮ

و

ا

ﺰ ا

آ

ﺔ ا

د

ﻚ ذو

ةﻮ

)

ﺔ ا

:

5

(

Artinya :

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Zakat terbagi atas dua bagian, pertama adalah Zakat Harta, zakat ini hanya wajib bagi orang yang kaya saja, zakat harta adalah mengeluarkan

22

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta, Gema insani Press, 2002), Cet Ke- 1, h. 7

23

Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'I, buku I ; Ibadah (Bandung, Pustaka Setia, 2005), Cet Ke-2, h. 513


(27)

sebagian harta menurut ukuran tertentu bila harta itu telah sampai nisabnya.

Kedua adalah Zakat Fitrah, zakat fitrah dinamakan juga zakat jiwa, artinya zakat untuk menyucikan badan atau jiwa. Zakat fitrah adalah mengeluarkan sebagian dari makanan yang utama menurut ukuran yang ditentukan oleh agama, yang diwajibkan atas tiap-tiap orang, baik kaya maupun miskin, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, setelah mengerjakan puasa dibulan Ramadhan.24

2). Dana Infaq

Dana infaq adalah dana yang bersumber dari infaq. Infaq berasal dari kata

Anfaqo yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Dan menurut terminologi syariat (istilah) infaq berarti mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk sesuatu yang diperintahkan ajaran Islam.25

Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, disaat lapang maupun sempit.26 Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran (3) : 134

ﷲاو

ﺲ ا

ﺎ او

ﻐ ا

ﺎﻜ او

ء ﺮﻀ او

ء ﺮﺴ ا

نﻮ

ﺬ ا

ﺴ ا

)

ناﺮ

لا

:

134

(

Artinya :

24

Ibid,.h. 514

25

http://branda.blogsome.com/2004/04/28/zakat,infaq-dan-shadaqah/trackback/

26


(28)

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq boleh diberikan kepada siapa pun. Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan sebagainya.27 Maksudnya disini kalau zakat itu hanya diberikan kepada 8 golongan tertentu saja sesuai yang telah diatur hukum Islam, dan waktu mengeluarkannya pun di tentukan. Sedangkan kalau memberikan infaq tidak ditentukan, infaq itu diberikan kepada siapa saja boleh, dan kapan pun infaq itu diberikan boleh karena waktunya tidak ditentukan. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2): 215 :

ذﺎ

ا

ن

ا

ا

و

ﻷا

ﺮا

و

ا

و

ا

و

ا

ﺴ ا

و

ا

ن

ﷲا

)

ا

اﺮ

:

215

(

Artinya :

Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah,"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

4). Dana Sedekah

27


(29)

Yang dimaksud dana sedekah disini adalah dana yang bersifat sedekah. Sedekah/Shodaqoh berasal dari kata "Shodaqo" berarti benar. Orang yang bersedekah/ bershodaqoh adalah orang yang mengaku benar imannya.28

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata "Sedekah" adalah pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, diluar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi derma.29

Sedekah ada 2 (dua) macam, yaitu30 :

a) Sedekah wajib adalah kewajiban zakat, bagi orang mampu/kaya, selain wajib menzakati harta bendanya (apabila telah mencapai nisab dan haulnya) juga masih ada kewajiban lain untuk menggunakan sebagian harta bendanya untuk kepentingan umum (agama, masyarakat dan Negara)

b) Sedekah Tathawwu' /sunat adalah sedekah yang diberikan secara sukarela (tidak diwajibkan kepada orang (misalnya orang yang miskin /pengemis) atau badan/lembaga (misalnya lembaga sosial).

Bersedekah merupakan amaliah yang sangat dianjurkan oleh syariat agama kita yang mulia. Bersedekah bukan hanya memiliki aspek ritual, tetapi juga mempunyai makna sosial yang sangat tinggi nilainya. Dengan bersedekah, maka dapat menolong dan meringankan beban orang-orang yang

28

http://alfi.ie/2007/10/07/keutamaan-trackbeck/

29

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1008

30


(30)

hidup dalam kemiskinan dan kekurangan serta dapat menjalin ikatan kasih sayang antara orang kaya dengan yang miskin.31

C. Donatur

1. Pengertian Donatur

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, yang dinamakan dengan kata " donatur " adalah orang yang secara tetap memberikan sumbangan berupa uang kepada suatu perkumpulan dan sebagainya atau penyumbang tetap dan penderma tetap.32

Donatur adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat yang dapat membantu atau menolong suatu lembaga/organisasi dalam memberikan sesuatu yang dimiliki, bukan hanya materi atau harta tetapi juga hal lain, seperti berupa pikiran dan tenaga sehingga bantuan mereka dapat meringankan beban suatu lembaga/organisasi itu sendiri. Selain itu, donatur juga dapat diartikan sebagai pemberi dana yang mempunyai komponen penting akan keberhasilan suatu lembaga/organisasi.

2. Peranan Donatur

31

Arifin Ilham, Panduan Zikir; Membumikan Zikir Membangun Ukhuwah, (Jakarta: Medina, 2005), Cet Ke-6, h. 31

32


(31)

Peranan kata dasarnya adalah peran yaitu seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Dan peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.33

Peran tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peran diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat), walaupun kedudukan itu berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.

Gross, Mason dan Mc Eachern mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat.34

Didalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu35:

a) Harapan –harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran.

33

Ibid, h. 667

34

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003), Cet Ke-4, h. 106

35


(32)

b) Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap "masyarakat" atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Ditinjau dari segi sosiologi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk lainnya, maka pada posisi macam inilah, peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu : menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat dimana ia bertempat tinggal.

Maka dalam lingkungan sosial atau sebagai makhluk yang saling ketergantungan dengan makhluk lain, untuk itu diperlukan adanya kerja sama dan sikap saling membantu antara sesama, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, yang kaya berperan sebagai donatur dapat menjalankan tugas atau kewajibannya didalam membantu masyarakat yang miskin, maka peran donatur disini adalah :

1) Donatur sebagai penolong, yang membantu membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.36 Maksudnya donatur disini berperan sebagai orang yang membantu meringankan beban orang-orang miskin dengan memberikan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan kaum

36


(33)

dhuafa, sehingga pemberian mereka dapat berguna bagi yang memerlukan walau pemberian mereka hanya sekedarnya tetapi pemberian mereka sangat berarti untuk kehidupan ekonomi yang lemah.

2) Donatur sebagai motivator suatu organisasi/lembaga yang sangat diperlukan untuk keberadaan suatu organisasi/lembaga di masa mendatang.37 Donatur disini dapat berperan sebagai pendukung atau pendorong dalam suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan/organisasi/lembaga, apabila ada donatur yang ikut berpartisipasi dengan memberikan bantuan maka kegiatan suatu badan/organisasi/lembaga tersebut pun akan terbantu, apabila bantuan tersebut terus-menerus dilakukan maka peran donatur dapat menunjang kegiatan mereka sampai masa yang akan datang.

3) Donatur dapat berperan sebagai suatu alat keberlangsungan hidup suatu lembaga/organisasi. Karena semua lembaga/organisasi memerlukan uang atau dana untuk dapat berlanjut dan beraktifitas.38 Sehingga donatur disini berperan sebagai orang yang memberi dana agar aktifitas yang dilakukan oleh suatu lembaga/organisasi yang sudah terbiasa atau hanya mengandalkan donatur akan terus ada dan bertahan, contoh organisasi/lembaga yang memerlukan peran donatur adalah Yayasan Yatim Piatu.

37

http://www.arifkunto@gmail.com

38


(34)

Dengan demikian apabila donatur dapat menjalankan peranannnya dengan baik maka masyarakat yang lemah dan miskin akan terbantu dan dapat meringankan beban kesulitan mereka, maka dari sinilah jiwa sosial memang sangat diperlukan agar dapat saling berbagi antara sesama.

D. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Kata pendidikan dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata "didik" dengan mendapatkan awalan "Pen-" dan akhiran "-an" yang berarti memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik.39

Dan kata pendidikan tersebut sinonim dengan kata pengajaran, kata ini sebagaimana dijelaskan oleh Poerwadinata yang dikutip oleh Abuddin Nata, pendidikan yaitu cara (perbuatan dan sebagainya), mengajar atau mengajarkan, kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yaitu yang berarti memberi pengetahuan atau pengajaran.40

39

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 204

40

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997) Cet ke-1, h. 5


(35)

Dalam Bahasa Arab kata "pendidikan" disebut dengan kata al-tarbiyat yang mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Al-tarbiyat

didefinisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan di masa depan.41

Menurut Ki Hajar Dewantara, dalam bukunya yang berjudul Bagian Pertama Pendidikan, yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselematan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan dan pendidikan adalah usaha kebudayaan berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.42

Pengertian pendidikann secara terminologis menurut Abbdurrahman An- Nahlawy, dalam bukunya At-Tar Biyatul-Islamiyyah, yang dikutip oleh Khalid Ahmad Asy-Syantuh pendidikan adalah proses pendewasaan anak, mempersiapkan mereka di dunia dan akhirat, memperhatikan perkembangan mereka dengan perhatian menyeluruh, mencakup semua sisi perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral maupun spritual.43

41

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, h.72

42

Ibid, h. 9

43

Khalid Ahmad Asy-Syantuh, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet ke-1, h. 29


(36)

Menurut Ahmad D. Marimba, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik (guru) terhadap pekembangan jasmani dan rohani si terdidik (murid) menuju terbentuknya kepribadian yang utama.44

Menurut John Dewey, dalam bukunya Democrasy and Education, yang dikutip oleh M.Arifin memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.45

Menurut Mortimer J. Adler, dalam Philosophies of Education, mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kebiasaan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan-kebiasaan yang baik.46

Menurut Soegarda Poerbakawaca, dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka, yang dikutip oleh Abuddin Nata,

44

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1970), Cet ke-2, h.11

45

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Cet ke-4, h. 1

46


(37)

mengatakan bahwa dalam arti umum pendidikan adalah mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.47 2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan

Sebelum membahas tentang apa itu tujuan dan manfaat dari pendidikan terlebih dahulu harus diketahui apa itu pengertian tujuan. Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan.

Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan baik di dunia maupun akhirat. Karena menurut Ghazali manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan ilmu pengetahuan yang di pelajarinya tersebut.48

Dan Tujuan pendidikan secara umum dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :49

a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya. Semakin dekat dan terpelihara hubungan dengan hakikatnya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan

47

Nata, Filsafat Pendidikan, h. 10

48

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-2, h. 33

49


(38)

larangan-Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kejayaan semakin menjadi terbuka.

b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia yang harus senantiasa dikembangkan terus-menerus.

c. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan terjalin dari diri sendiri.

Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan ada dua tujuan pendidikan, yaitu tujuan pendidikan sementara dan tujuan pendidikan akhir, dengan penjelasan sebagai berikut : 50

a. Tujuan sementara pendidikan yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan. Tujuan sementara di sini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan dan kedewasaan jasmani-rohani.

b. Tujuan akhir pendidikan yaitu terwujudnya kepribadian Muslim. Sedangkan kepribadian muslim di sini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.

50


(39)

Selain mempunyai tujuan, pendidikan juga memiliki manfaat, terutama pendidikan berperan dalam mengajarkan akhlak dan budi pekerti manusia menjadi lebih baik, dan diantara manfaat dari pendidikan adalah sebagai berikut :

Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, pendidikan memiliki 3 macam manfaat, yaitu : 51

a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.

b. Memindahkan ilmu yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.

c. Memindahkan nila-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.

Dan menurut John Dewey, mengatakan bahwa manfaat pendidikan adalah sebagai berikut :52

a. Membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kemampuan yang optimal.

51

Uhbayati, Ilmu Pendidikan, h. 10

52


(40)

b. Menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional.

E. Dhuafa

1. Pengertian Dhuafa

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata dhuafa adalah orang-orang lemah (ekonominya dsb). Dalam literatur hukum istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafi membuat rumusan defenisi miskin ialah yang memiliki harta benda atau mata pencarian atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir adalah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencarian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokoknya.53

2. Macam-macam Dhuafa

Ada dua golongan dhuafa (orang-orang yang lemah ekonominya), yaitu :

a. Orang Fakir adalah orang yang sama sekali tidak memiliki harta dan pekerjaan, atau memiliki harta namun hanya ada separuh dari kebutuhannya

53


(41)

dan keluarganya yang wajib ia nafkahi. Seperti tempat tinggal, pakaian dan makanan.54

b. Orang Miskin adalah sekelompok orang yang sedikit lebih baik keadaannnya dari fakir. Dimana menurut Imam Madzhab Syafi'I orang miskin itu memiliki harta atau usaha namun tidak mencukupi kebutuhan sehari-harinya dari orang yang ia nafkahi, seperti hanya mencukupi separuh dari kebutuhannya.55

54

Anshari Taslim, Fikih Imam Syafi'I Puasa dan Zakat, (Jakarta : Pustaka Azzam,2004), Cet ke-1, h.189

55


(42)

BAB III

PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH, PROGRAM DAN UPAYANYA UNTUK KEHIDUPAN PARA SANTRI DHUAFA

Dalam pelaksanaan penelitian, sebelumnya penulis melakukan persiapan-persiapan yang berkenaan dengan apa saja yang dibutuhkan atau di persiapkan ketika akan melangsungkan suatu penelitian. Sebagaimana lazimnya suatu penelitian, maka persiapan-persiapan yang dilakukan penulis sebelum melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Lokasi

Perihal menentukan lokasi penelitian, penulis memilih Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sebagai tempat penelitian. Letak lokasi penelitian yaitu di Jalan Panti Asuhan RT 03/12 Ceger Jurang Mangu Timur Pondok Aren Tangerang, adapun alasan yang melatar belakangi penulis memilih Pondok Pesantren Qur'aniyyah karena penulis merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Al-Qur'aniyyah (IRQAH) dan salah satu karyawati di bidang usaha yang ada di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah, sehingga ini dapat mempermudah penulis mengamati langsung tentang profil Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dan mempermudah penulis mendapat perolehan perizinan.


(43)

3. Izin penelitian kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah (Drs. HM. Sobron Z, MA) dan Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah (Muhammad Halimi) pada tanggal 3 Desember 2007, penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu sejak bulan Januari s/d Maret 2008. Maka dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami kendala-kendala baik dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan, adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut :

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah56

Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dimulai dari pengajian kaum ibu, yaitu pada tahun 1973 yang di pimpin langsung oleh ibunda Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Alm. Ibu Hj. Pilus. Kemudian pada tahun 1987 dibentuklah oleh Pimpinan Pondok Pesantren (Drs. HM. Sobron Z, MA) pengajian remaja dengan materi Al-Qur'an (Qiro'at) yang dilakukan hanya setiap satu minggu sekali yaitu pada malam jum'at, yang dikenal dengan Ikatan Remaja Al-Qur'aniyyah (IRQAH).

Dan pada tanggal 8 juli 1993 dibentuklah suatu lembaga Pendidikan Islam yang diberi nama " Taman Pendidikan Al-qur'an Al-Qur'aniyyah", kemudian pada tanggal 15 maret 1995 dibangun gedung sarana dan prasarana yang dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar secara bersama-sama yang dibantu oleh masyarakat sekitar.

56

Sobron Zayyan, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 5 Januari 2008.


(44)

Sejalan dengan itu, di sekitar wilayah Pondok aren khususnya terdapat banyak sekali anak-anak yatim/ piatu yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya, maka hal inilah yang membuat hati pimpinan tergerak untuk menolong mereka semua, yaitu dengan cara menampung mereka untuk tinggal di Lembaga Pendidikan Islam Al-Qur'aniyyah sambil belajar di sekolah yang dibiayai oleh pimpinan.

Dimulai sejak itulah pimpinan bermotivasi bagaimana menyiapkan generasi-genarasi penerus sebagai insan yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia yang dapat mengabdikan diri mereka kepada agama, bangsa dan Negara khususnya bagi masyarakat dimana mereka tinggal. Kemudian pada tanggal 21 Oktober 1998 di resmikanlah Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, yang didalamnya menampung anak-anak yatim / piatu, fakir, miskin, dhuafa dan anak-anak yatim/piatu dan dhuafa yang putus sekolah.

B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah57 a. Visi : Unggul dalam Al-Qur'an, sains dan teknologi,serta berakhlakul karimah b. Misi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah

1. Menjadikan Al-Qur'aniyyah sebagai salah satu pusat pendidikan dan pengembangan Islam terpadu untuk menghasilkan manusia yang bertaqwa.

57


(45)

2. Menciptakan pemimpin yang cerdas, kreatif, dinamis, dan berwawasan global.

3. Mencetak manusia yang mampu bersosialisasi dimasyarakat dengan berakhlakul karimah

c. Tujuan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.58

1. Turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sosial dan pendidikan Adapun tujuan pendidikan pondok pesantren yang tercermin dari usaha pengkajian terhadap kitab-kitab yang diajarkan di pesantren adalah :

a. Agar santri dapat membaca Al-qur'an dengan baik dan benar b. Agar santri dapat menggunakan bahasa arab

c. Agar santri mengetahui tata bahasa arab

d. Agar santri dapat mempelajari sumber-sumber yang menggunakan bahasa arab.

e. Agar santri dapat mengamalkan Syariat Islam yang dijelaskan dalam Al-qur'an sendiri kemudian dibantu dengan ilmu-ilmu fikih.

Untuk mencapai tujuan diatas, dibutuhkan beberapa faktor pendukung, salah satunya adalah tersedianya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana di pesantren Al-Qur'aniyyah terbagi dalam dua jenis yakni jenis fisik dan non fisik.

1. Sarana dan prasarana jenis fisik

58


(46)

a) Asrama santri putra dan putri b) Satu buah gedung

c) Satu buah masjid

d) Aula serba guna / Majlis ta'lim

e) Perlengkapan sound system, penerangan f) Kantor sekretariat pesantren, dan g) Beberapa buah computer

2. Sarana dan prasarana non fisik

a) Tenaga pengajar yang professional b) Materi-materi pengajaran.

Program materi pengajaran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Program Bahasa:

a. Program Muhadatsah

b. Program Percakapan bahasa inggris 2. Program kelas khusus :

a. Program kelas khusus Tahfidz b. Program kelas khusus Qiroat / Qori

c. Program kelas khusus Retorika dakwah /ceramah. 3. Program pendalaman Al- Qur'an :

a. Program Tadarus rutin ba'da maghrib 4. Program pendalaman pelajaran sekolah


(47)

a. Program kelompok belajar (Study Club) tiap malam Ba'da Ta'lim Sarana dan prasarana tersebut diatas, selain digunakan untuk kepentingan santri, juga kerapkali digunakan untuk kepentingan masyarakat sekitar, terutama jika ada acara-acara besar seperti peringatan-peringatan hari-hari besar.

2. Mewujudkan cita-cita anak-anak yatim / piatu dan dhuafa dengan dasar

ار

ء

ا

ي

ب

ﺪ ﺎ

)

1

(

ا

ي

ع

ا

)

2

(

Artinya :

1. Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama?

2. Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim.

3. Menambah dan meningkatkan kualitas kaum dhuafa dalam hal ini yatim /piatu, orang yang tidak mampu agar tidak menjadi generasi- generasi yang lemah, bodoh dari segala hal.

4. Mengurangi penderitaan mereka ( yatim / piatu dan dhuafa ) yang selalu kurang beruntung


(48)

C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah59

59


(49)

Pimpinan

Yayasan

Penasehat

Wakil Yayasan

Bendahara

Sekretaris

Sek.Bidang

Pendidikan

Sek.Bidang

Dana &

Usaha

Sek.Bidang

Humas

Sek.Bidang

Sosial

Pelindung


(50)

D. Program dan Upaya Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Untuk Kehidupan Para Santri Dhuafa.

Kegiatan utama pondok pesantren Al-Qur'aniyyah memang diutamakan bagi santri. Dan adapun program yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sifatnya adalah sosial yaitu dengan adanya pemberian santunan, santunan tersebut diberikan kepada kaum lemah (yatim/piatu dan dhuafa), maka santunan ini penulis fokuskan dalam program santunan Investasi Tunai Zakat, Infaq, dan Shodaqah/Sedekah (ZIS).

Karena suatu hal yang paling indah adalah dikala kita dapat bermanfaat bagi diri orang lain, berarti terjalin ukhuwah (persaudaraan) yang harmonis di dalam komunitas sosial, terciptanya saling berbagi, saling menolong, saling membantu diantara sesama, yang pandai membantu yang bodoh sehingga berilmu pengetahuan, yang kuat membantu yang lemah sehingga terciptalah sebuah kekuatan dan persaudaraan, yang kaya menolong yang miskin terlebih yatim atau dhuafa (orang yang lemah) sehingga terciptalah harkat martabat yang tinggi.

Program santunan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah bertujuan mensejahterakan kehidupan anak-anak yatim piatu dan dhuafa dengan mewujudkan harapan dan cita-cita mereka yaitu berupa : 60

60

Proposal Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Pondok Aren, Edisi 31 Oktober 2007


(51)

1. Memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak asuh yatim/piatu serta dhuafa, yaitu dengan memberikan sarana tempat tinggal, biaya makan, dan keperluan mereka sehari-hari, sehingga mereka yang tinggal di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah ini tidak merasa sendirian tetapi sebaliknya mereka merasa memiliki keluarga. Dan persyaratan bagi anak yatim/piatu dan dhuafa yang ingin tinggal di pondok adalah :61

a) Mereka harus ada surat kematian orang tua dari pihak kelurahan sebab menerima mereka tidak asal jadi, kalau ada surat kematian orang tua dari kelurahan baru kami tampung, tetapi untuk orang tua yang masih ada kami meminta surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dan RW /RT setempat.

b) Mereka harus memiliki Kartu Keluarga (KK) c) Mereka harus memiliki Akta Kelahiran (AK) d) Mereka harus memiliki fhoto keluarga e) Mereka harus berkomitmen mau belajar f) Mereka harus mentaati peraturan, dan

g) Sebelum masuk ke pondok pesantren harus di tes dulu seputar keagamaan dan ilmu pengetahuan dasar.

2. Memberikan pendidikan untuk anak asuh yatim/piatu dan dhuafa. Karena tujuan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah sebagai suatu lembaga yang

61

M. Halimi, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 31 Januari 2008.


(52)

berperan dalam mendidik dan mengasuh mereka agar nantinya diharapkan setelah lulus dari pondok pesantren mereka dapat berguna bagi agama, bangsa dan khususnya bagi masyarakat, sehingga mereka dapat mandiri tanpa harus selalu bergantung pada orang lain.62

Selain memberikan pendidikan formal dengan membiayai sekolah mereka, para anak asuh yatim/piatu serta dhuafa yang tinggal di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dididik dan diikut sertakan dalam usaha di bidang ekonomi yang ada di pondok, seperti koperasi, wartel, fhoto copy, dan toko sembako (warung), dengan ini diharapkan anak-anak asuh dapat memiliki keahlian lain selain di bidang agama.

Program untuk anak-anak asuh yatim/piatu serta dhuafa ini diharapkan bukan hanya sekedar para santri yang hanya bisa membaca dan memperdalam Al-qur'an atau pula mengajar seperti menjadi Ustadz/Ustadzah saja tetapi diharapkan mereka bisa sukses pula dalam dunia kerja, dan siap menghadapi persaingan yang ada di lingkungan mereka, seandainya mereka ada yang menjadi pengusaha maka jadilah pengusaha yang jujur dan taat pada agama.63

Maka dari itu upaya Pondok Pesantren dalam mendidik anak-anak asuh yaitu salah satunya dengan mengadakan pelatihan, seperti adanya seminar

62

Proposal Pondok Pesantren Al-Qura'niyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Pondok Aren, Edisi 31 Oktober 2007

63

Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Sambutan Pada Pelatihan Sehari Service Excellence Untuk Para Santri Dhuafa, Tangerang, 13 Januari 2008, Pukul 08.00 s/d 17.00


(53)

yang dibantu para dermawan (donatur) yang sudah berpengalaman dalam dunia kerja agar mereka bersedia mentransfer ilmu mereka untuk bekal anak-anak asuh apabila telah lulus dari Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, seperti yang sudah dilakukan adalah salah satunya dengan mengadakan pelatihan Service Exellence, yaitu pelatihan untuk para santri dhuafa dalam memberikan pelayanan (keramah-tamahan serta sopan santun) kepada para tamu maupun para donatur yang berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.64

Harapan dan cita-cita anak yatim piatu dan dhuafa yang memacu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk dapat berbuat yang bermanfaat untuk mereka sehingga program yang di lakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat menjadikan para yatim piatu berpendidikan dan dapat merasakan hidup yang layak. Semoga program ini dapat bertahan, maka dari itu, peranan para dermawan disini sangatlah dibutuhkan, tanpa bantuan para dermawan (donatur) program ini tidak akan berjalan karena berapapun bantuan mereka sangat berarti bagi kaum yang lemah (yatim/piatu dan dhuafa) yang berada di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dan sekitarnya.65

64

Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14 Januari 2008.

65


(54)

BAB IV

PONDOK PESANTREN Al-QUR'ANIYYAH, PENGHIMPUNAN DANA DAN UPAYA PENDIDIKAN KAUM DHUAFA

A. Cara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah Dalam Penghimpunan Dana Bagi Upaya Pendidikan Dhuafa

Program yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, memang di fokuskan untuk santri yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, dalam hal ini Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah ingin mewujudkan harapan dan cita-cita anak yatim/piatu dan dhuafa dalam memberikan pendidikan kepada santri yatim/piatu tersebut.

Menurut Drs. H. M. Sobron Zayyan, MA, selaku Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, dalam menghimpun dana untuk anak-anak yatim/piatu dan santri dhuafa tidaklah mudah, walaupun banyak hambatan atau kendala yang di hadapi, Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat bertahan hingga saat ini dan dapat menjalankan visi misi yang ingin dicapai.66

Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut dalam menghimpun dana untuk biaya pendidikan para santri yatim/piatu dan dhuafa, Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki cara-cara sebagai berikut :

66


(55)

1. Melakukan Kerja Sama Dengan Pihak Luar.

Yang dimaksud dengan pihak luar disini adalah para dermawan (donatur), baik individu maupun organisasi yang memberikan santunan berupa zakat, infaq dan shodaqah. Dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menarik simpati para dermawan (donatur) dilakukan dengan dua metode pendekatan yaitu : a). Metode Proposal

Yaitu dengan cara menyebarkan proposal-proposal tentang data anak asuh yatim/piatu dan dhuafa, sehingga para donatur dapat mengetahui tentang gambaran anak-anak asuh yatim/piatu dan dhuafa yang berada di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

b). Metode Sosialisasi.

Yaitu dengan cara mengambil simpati para dermawan (donatur) melalui media dakwah, yaitu dengan saya melakukan ceramah-ceramah dimana-mana dengan memberikan gambaran kehidupan anak-anak yatim/piatu dan dhuafa di Pondok Pesantren dari sana umat butuh bertanya lalu saya jawablah inilah Bapak/Ibu apabila tidak percaya silahkan datang ke pondok pesantren yang saya pimpin. Akhirnya mereka banyak yang berkunjung


(56)

dan mereka betul-betul tertarik dengan sistem yang kita terapkan karena data yang kita berikan valid.67

2. Mengumpulkan Dana dari Usaha-Usaha Pondok.

Tidak selamanya dana sosial (santunan) yang dihimpun oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah berjalan lancar. Maka strategi yang dilakukan untuk mensiasati hal tersebut Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah mendirikan usaha-usaha yang dapat menunjang apabila donatur lagi kosong.

Adapun usaha-usaha Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah adalah :

™ Toko Sembako

™ Koperasi Pesantren

™ Wartel

™ Fhoto Copy

B. Tolak Ukur Peranan Donatur Bagi Upaya Pendidikan Kaum Dhuafa

Program yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah mendapat respon yang positif dari para dermawan (donatur). Memang, dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah para donatur. Program yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memang diutamakan untuk para anak-anak asuh (yatim/piatu dan dhuafa).

67

Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14 Januari 2008.


(57)

Bicara tentang peranan donatur, yang telah di paparkan pada bab sebelumnya. Setelah dianalisis ternyata Alhamdulilah peranan donatur di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sangat membantu dalam menolong kaum lemah papa (dhuafa) yaitu dalam membantu mengasuh dan mendidik anak-anak yatim/piatu dan dhuafa di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

Dalam membantu mengasuh dan mendidik anak-anak asuh, Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki 7 orang donatur yang rutinitas memberikan bantuan mereka dalam waktu yang tidak bisa ditentukan ada seminggu sekali, sebulan sekali, dan bahkan ada yang tiga bulan sekali.68

Para dermawan (donatur) memang sangat membantu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam membiayai pendidikan para santri yatim/piatu dan dhuafa, karena apabila hanya mengangadalkan penghasilan dari usaha-usaha yang dilakukan itu semua belum mencukupi, dana-dana tersebut hanya bisa menutupi kekurangannya saja. Dan para dermawan yang biasa rutin berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah adalah :69

Tabel I : Rincian pendapatan dana sosial perbulan untuk pendidikan dhuafa.

No Nama Donatur Besar Dana Perbulan

1 Bapak H. Amin Kiswardono Rp.1.000.000

2 Bapak H. Syamsu Khamar Rp.1.000.000

3 Bapak H. Yoyo P Supriyadi SE Rp 1.000.000 4 Bapak H. Winarso Taru Pranoto Rp. 500.000 5 Bapak H. Sudartono Rekso Sodarno Rp 500.000

6 Ibu Hj. Nunie Rudi Rp. 500.000

7 Ibu Hj. Ninin Syafrudin Jalil Rp. 500.000

68

Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14 Januari 2008

69


(58)

Total dana yang di peroleh perbulan Rp.5.200.000

Tabel II : Rincian pendapatan usaha-usaha pondok perbulan.70

No Nama Usaha Pendapatan/Bulan Laba Bersih/ Bulan 1 Toko Sembako Rp. 9.000.000 Rp. 1.000.000

2 Koperasi Rp. 4.000.000 Rp. 700.000

3 Wartel Rp. 2.000.000 Rp. 500.000

4 Fhoto Copy Rp. 1.000.000 Rp. 300.000

Total Pendapatan Rp.16.000.000 Rp. 2.500.000

Tabel III: Rincian total biaya pendidikan perbulan para santri dhuafa.71

NO KEBUTUHAN PENDIDIKAN RINCIAN JUMLAH

PERBULAN

SPP tingkat SD 13 anak x @ 20.000 Rp 260.000 SPP tingkat SMP 45 anak x @ 50.000 Rp 2.250.000 SPP tingkat SMU 49 anak x @ 75.000 Rp 3.675.000 Transport kuliah 12 anak x @ 250.000 Rp 3.000.000

TOTAL BIAYA PENDIDIKAN PERBULAN Rp 9.185.000

Berikut ini rincian besarnya dana yang diperoleh dari penghimpunan dana yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah per enam bulan untuk biaya pendidikan anak-anak yatim piatu dan santri dhuafa, yang dihimpun dari penghasilan usaha-usaha di pondok dan dana-dana sosial (Zakat, Infaq, dan Shodaqah) para dermawan (donatur).

Tabel IV : Rincian total pendapatan yang diperoleh per enam bulan.72 .

No Nama Usaha Pendapatan/Bulan

Laba Bersih x 6 Bulan

Pendapatan / 6 bulan 1 Toko Sembako Rp. 9.000.000 Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000 2 Koperasi Rp. 4.000.000 Rp. 700.000 x 6 Rp. 4.200.000 3 Wartel Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 4 Fhoto Copy Rp. 1.000.000 Rp. 300.000 x 6 Rp. 1.800.000 Total Pendapatan Rp.16.000.000 Rp. 2.500.000 Rp. 15.000.000

No Nama Donatur Dana Sosial x 6 Pendapatan

70

M. Halimi, Pengurus/ Bendahara Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 31 Januari 2008

71

Proposal Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Program Investasi Tunai ZIS Mewujudkan Harapan dan Cita-cita Yatim Piatu, Edisi 31 Oktober 2007.

72


(59)

Bulan Dana Sosial

1 H. Amin K Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000

2 H. Syamsu Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000

3 H. Yoyo P Rp. 1.000.000 x 6 Rp. 6.000.000

4 H. Winarso Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000

5 H. Sudartono Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000 6 Hj. Nunie Rudi Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000

7 Hj. Ninin S Rp. 500.000 x 6 Rp. 3.000.000

Total Pendapatan Rp. 5.200.000 Rp. 30.000.000

Total Per Enam

Bulan Rp. 45.000.000

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk anak-anak yatim/piatu dan santri dhuafa sebesar Rp 9.185.000/ bulan, apabila di hitung persemester, maka dana yang dibutuhkan sebesar Rp 9.185.000 x 6 = Rp 55.110.000 / 6 bulan.

Besarnya dana yang telah dihimpun oleh Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk biaya pendidikan bagi anak-anak yatim/piatu dan dhuafa pada per enam bulan, presentasenya adalah sebagai berikut :73

a) Dana Sosial ( Zakat, Infaq, Shodaqah)

DS = Rp 30.000.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 54,4 % b) Dana Penghasilan Usaha Pondok

DPUP = Rp 15.000.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 27, 2 % c) Dana Campuran 74

73


(60)

DC = Rp 10.110.000 / Rp 55.110.000 x 100 = 18,3 %

Penghasilan dana yang dihimpun dari para santri adalah pendapatan dari hasil juara-juara mengikuti perlombaan, seperti juara Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), Musabaqah Syarhil Qur'an (MSQ), Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ), dan juara marawis.75 Dari pendapatan yang diperoleh dari hasil juara diberikan 10 % kepada yayasan.

Maka dari keterangan tabel-tabel di atas, para dermawan (donatur) di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki peran penting dalam membantu biaya pendidikan untuk anak-anak yatim/piatu dan dhuafa, karena sebagian besar dana yang dihimpun oleh Pondok pesantren Al-Qur'aniyyah adalah dana sosial para dermawan (donatur) yaitu bersumber dari Zakat Infaq dan Shodaqah (ZIS).

Selain memberikan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim/piatu dan dhuafa, para dermawan (donatur) di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah juga memberikan bantuan mereka dalam bentuk uang maupun barang, seperti sembako, makanan, perlengkapan tidur, pakaian maupun bahan-bahan bangunan untuk membantu mendirikan saranan dan prasarana yang bermanfaat, seperti pembangunan masjid, kamar tidur, dan juga kamar mandi.76 Yang

74

Yang dimaksud dengan dana campuran disini adalah dana yang dihimpun dari penghasilan para santri (kontribusi santri), pengajar, donatur tidak tetap (sumbangan individu atau organisasi) dan sumber-sumber lainnya yang sah dan halal.

75

Sobron, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, Wawancara Pribadi, Tangerang, 14 Januari 2008.

76


(61)

semuanya itu sangat dirasakan oleh anak-anak asuh yatim/piatu dan dhuafa yang tinggal di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

C. Analisis Dampak Keberhasilan Dana Sosial Terhadap Pendidikan Santri Dhuafa.

Dampak dari dana sosial yang diberikan dari para dermawan (donatur) dalam upaya pendidikan kaum dhuafa terlihat positif. Hal ini terbukti ada 142 orang anak-anak yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, ada 107 orang anak asuh diberikan biaya pendidikan, yaitu yang terdiri dari 13 orang tingkat SD, 45 orang tingkat SMP, 49 orang tingkat SMU, bahkan ada 12 orang yatim/piatu dan santri dhuafa yang di kuliahkan di Perguruan Tinggi,77 yang dibiayai pendidikannya dari dana sosial, tentu dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah para donatur yaitu donatur tetap dan donatur tidak tetap.

Bahkan sasaran pemberian dana sosial dari para dermawan (donatur) bukan terfokus pada pendidikan saja, tetapi menyentuh juga pada sisi kehidupan para anak-anak yatim/piatu dan santri dhuafa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini terlihat dengan dipenuhinya kebutuhan anak-anak yatim/piatu dan santri dhuafa seperti pemberian transfot untuk sekolah, uang makan dan minum, pakaian sehari-hari dan pakaian sekolah.

77


(62)

Dengan demikian, menurut penulis dari kesimpulan diatas dapat dianalisis bahwa peranan donatur di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah sangat di perlukan dalam mewujudkan harapan dan cita-cita anak-anak yatim/piatu dan dhuafa, tanpa bantuan para dermawan (donatur) yaitu dengan memberikan bantuan dalam bentuk santunan berupa dana Zakat, Infaq dan Shodaqah (ZIS), program yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah belum tentu dapat bertahan hingga saat ini. Dan itu berarti, dalam hal ini terbukti donatur memegang peranan penting bagi upaya pendidikan kaum dhuafa, yaitu dengan memiliki sikap kepedulian sosial juga akan dapat membantu pemerintah bagi upaya mewajibkan pendidikan 9 tahun.

D. Faktor- faktor Pemicu Kesuksesan dan Hal-hal Yang Belum Berhasil Di Kerjakan.

Dalam menjalankan kegiatan usaha yang berhubungan dengan orang banyak pasti akan ditemui berbagai macam faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai pemicu (pendukung), maupun hal-hal yang belum dapat dijalankan sebagai faktor penghambat dalam usaha tersebut, karena sebagus apapun tujuan yang direncanakan jika tidak memiliki strategi yang jitu, tidak satu pun tujuan yang dirumuskan dapat dicapai. Begitu pula Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam usaha menghimpun dana untuk biaya pendidikan para santri yatim/piatu dan dhuafa.


(63)

Meskipun Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menghimpun dana untuk biaya pendidikan santri-santri dhuafa telah berhasil memberikan pendidikan gratis (beasiswa) kepada 107 orang yatim/piatu dan santri dhuafa, dengan dibantu oleh oleh 7 orang donatur yang rutin membantu, belum tentu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan program tersebut tidak menghadapi kendala (penghambat). Tetapi walaupun ada hambatan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki keunggulan yang dapat dijadikan faktor pemicu kesuksesan hingga Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat bertahan dalam mewujudkan program pendidikan gratis untuk santri-santri dhuafa.

Menurut Muhammad Halimi. Selaku Bendahara/Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah, ada beberapa faktor pemicu kesuksesan dan faktor yang yang menyebabkan program yang belum berhasil dikerjakan untuk mewujudkan program harapan dan cita-cita yatim/piatu dan dhuafa.

Adapun faktor-faktor pemicu kesuksesan dalam mewujudkan harapan dan cita-cita yatim/piatu dan dhuafa, hingga Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah dapat bertahan dan berhasil adalah sebagai berikut :

a. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, SDM yang dimaksud adalah :

™ Para santri yang berbakat dalam ilmu Al-Qur'an, dengan bakat yang dimiliki para santri dengan keahlian ilmu Al-Qur'an, banyak santri-santri yang berhasil memenangkan juara-juara yang diikuti, seperti :


(64)

Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), Musabaqah Fahmil Qur'an (MFQ), Musabaqah Syarhil Qur'an (MSQ), perlombaan marawis dan sebagainya, bukan hanya juara tingkat nasional saja tetapi juga tingkat internasional, prestasi-prestasi para santri tersebut sangat membanggakan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah karena sebagian dari mereka ada yang memperoleh juara yaitu berangkat haji dan umroh, dan dari penghasilan juara-juara tersebut diberikan 10 % nya untuk yayasan.

™ Para pengajar (asatidzah/asatidzat) yang ahli dalam bidang pendidikan. Para pengajar di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah adalah para pendidik yang sebagian banyak merupakan orang-orang lulusan berpendidikan Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2) dari Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta dan dibantu oleh para santri lulusan pondok pesantren Qur'aniyyah, para pengajar di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah bersedia mengabdikan diri mereka untuk membantu agar pada masa yang akan datang pondok pesantren Al-Qur'aniyyah lebih berkembang dan sukses terutama untuk membantu upaya memberikan pendidikan kepada kaum dhuafa ( santri yatim/piatu dan dhuafa).

b. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki pimpinan (Drs. H. M. Sobron Zayyan, MA) yang berkharisma, dan ramah tamah yang sudah dikenal di mata para dermawan (donatur) dan masyarakat sekitar, dan sikap kepedulian yang besar beliau terhadap kaum dhuafa.


(65)

c. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah memiliki hubungan yang baik dengan para donatur, hubungan yang terjadi adalah hubungan langsung, yaitu kerjasama dengan rasa kepercayaan dan kejujuran, diharapkan dengan kerjasama ini dapat mewujudkan program pendidikan bagi kaum dhuafa secara bersama-sama.

Adapun faktor yang belum berhasil dikerjakan Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah untuk mewujudkan program bagi santri dhuafa adalah sebagai berikut :

a. Lemahnya manajemen yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah. Karena pendapatan dana yang diperoleh dari para dermawan dan lain-lain sepenuhnya masuk kas pimpinan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah, karena kurangnya staf-staf ahli yang menguasai manajemen. b. Membebaskan tanah wakaf penduduk di sekitar pondok pesantren

Al-Qur'aniyyah, sehingga pondok pesantren Al-Qur'aniyyah belum dapat memperluas areal sekitar pondok untuk sarana tempat tinggal para yatim/piatu dan dhuafa yang mukim di pondok.

c. Mendirikan tempat kursus gratis (wirausaha) bagi para santri yatim/piatu dan dhuafa, agar para santri dapat memiliki ketrampilan lain, selain ilmu pengetahuan yang diterima di sekolah formal.


(66)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data yang telah penulis lakukan dan telah terurai dalam bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mengambil kesimpulan, antara lain :

1. Bahwa cara-cara yang telah dilakukan oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menghimpun dana selama ini ternyata masih mengandalkan dana dari para donatur, karena usaha-usaha yang dilakukan oleh pondok penghasilannya pun belum mencukupi untuk biaya pendidikan, cara-cara yang dilakukan hanya dengan pendekatan sosialisasi yaitu melalui media dakwah dan proposal, tanpa melibatkan peran pemerintah.

2. Bahwa tolak ukur peranan donatur di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah ternyata sangat dominan karena dana yang diperoleh untuk biaya pendidikan para santri dhuafa sebagian besar adalah dana para donatur dengan presentase 54,4 %, ditambah penghasilan dari usaha pondok 27,2 %, kekurangan ditutupi dari dana kontribusi santri dengan 18,3 %. Maka untuk saat ini pondok pesantren Al-Qur'aniyyah masih berpangku tangan dengan dana sosial para donatur dalam membiayai pendidikan para santri dhuafa yang mukim.


(67)

3. Bahwa keberhasilan dana sosial yang telah dirasakan manfaatnya oleh para santri adalah dapat memperoleh pendidikan gratis, terbukti dari 142 orang santri dhuafa yang mukim, ada 107 orang santri dhuafa yang diberikan beasiswa, bukan hanya itu dengan dana sosial pondok pesantren Al-Qur'aniyyah juga dapat membiayai keperluan hidup sehari-hari bagi para santri yatim/piatu dan santri dhuafa yang tinggal di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah.

4. Bahwa faktor-faktor yang dapat dijadikan pemicu kesuksesan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menjalankan program pendidikan dhuafa adalah sebagai berikut :

™ Dengan kualitas SDM yang dimiliki pondok pesantren Al-Qur'aniyyah yaitu para santri yang berbakat dan para pengajar yang ahli dalam pendidikan, SDM tersebut dapat membantu mensukseskan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan harapan dan cita-cita santri dhuafa, walaupun bukan berbentuk materi tetapi dengan pengabdian mereka setidaknya dapat meringankan beban moral pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mengasuh dan mendidik para santri dhuafa.

™ Dengan memiliki pimpinan yang pandai bersosialisasi dapat menarik simpati dan kepercayaan para donatur maupun masyarakat,


(68)

sehingga kerjasama pun tetap terjalin baik dalam membantu mendidik para santri dhuafa.

Dan yang belum berhasil dikerjakan oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan program pendidikan bagi kaum dhuafa adalah :

™ Lemahnya Manajemen yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menghimpun dana.

™ Membebaskan tanah wakaf penduduk untuk tempat tinggal para santri yatim/piatu dan dhuafa yang mukim.

™ Mendirikan tempat kursus gratis untuk tempat belajar ketrampilan berwirausaha.

b. Saran-saran

1. Dalam menghimpun dana untuk para santri yatim/piatu dan dhuafa tidaklah mudah untuk itu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus memiliki strategi yang lebih jitu untuk mempertahankan program yang telah dijalankan untuk mewujudkan cita-cita anak-anak asuh yang berada di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

2. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus dapat mengelola dengan baik lagi dana yang telah di percayakan para donatur, agar suatu masa yang akan datang Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah tidak terus selalu bergantung kepada pemberian bantuan dari para dermawan, misalnya dengan


(69)

mengembangkan dan menambah usaha yang telah ada di Pondok, seperti mendirikan usaha warnet, rental komputer dan lain sebagainya agar pendapatan bisa lebih besar dibanding dengan dana yang diperoleh sekarang.

3. Untuk lebih menjangkau semua sisi kehidupan kaum dhuafa, Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah hendaknya lebih banyak lagi mencari donatur, apabila perlu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus pandai-pandai bekerja sama dengan instansi-insatansi penting seperti pemerintah agar kegiatan ini dapat terus ada dan tidak terhenti begitu saja.

4. Pondok pesantren Al-Qur'aniyyah harus bisa memiliki manajemen yang bagus dalam menghimpun dana untuk para santri dhuafa agar program tersebut dapat bertahan, dan memiliki penerus sehingga program seperti ini tidak berhenti di separuh jalan.

5. Kepada masyarakat sekitar khususnya dan umat Islam umumnya, hendaknya selalu berfartisifasi aktif ikut membantu kegiatan sosial, baik berbentuk moril maupun materil guna tercapainya upaya pendidikan kaum dhuafa, untuk mencerdaskan masa depan bangsa, terutama anak-anak dari keluarga yang tidak mampu.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof., H.M.,M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Aqiel Siradj, Sa'id, et at, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999

Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994

Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta : Departemen Agama, 2003

Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1991

Haedari, Amin dkk, HM., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002

http:// www.alfi.ie/2007/10/07/keutamaan_track-beck/ http://www.arifkunto@gmail.com

http://www.hayatulislam.net/comment.php?id=356 http://www.pkpu.or.id

Ilham, Arifin, H., Panduan Zikir; Membumikan Zikir Membangun Ukhuwah,

Jakarta : Medina, 2005

Jalaluddin, Prof., Dr., H., Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002


(1)

3. Bahwa keberhasilan dana sosial yang telah dirasakan manfaatnya oleh para santri adalah dapat memperoleh pendidikan gratis, terbukti dari 142 orang santri dhuafa yang mukim, ada 107 orang santri dhuafa yang diberikan beasiswa, bukan hanya itu dengan dana sosial pondok pesantren Al-Qur'aniyyah juga dapat membiayai keperluan hidup sehari-hari bagi para santri yatim/piatu dan santri dhuafa yang tinggal di pondok pesantren Al-Qur'aniyyah.

4. Bahwa faktor-faktor yang dapat dijadikan pemicu kesuksesan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menjalankan program pendidikan dhuafa adalah sebagai berikut :

™ Dengan kualitas SDM yang dimiliki pondok pesantren Al-Qur'aniyyah yaitu para santri yang berbakat dan para pengajar yang ahli dalam pendidikan, SDM tersebut dapat membantu mensukseskan pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan harapan dan cita-cita santri dhuafa, walaupun bukan berbentuk materi tetapi dengan pengabdian mereka setidaknya dapat meringankan beban moral pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mengasuh dan mendidik para santri dhuafa.

™ Dengan memiliki pimpinan yang pandai bersosialisasi dapat menarik simpati dan kepercayaan para donatur maupun masyarakat,


(2)

sehingga kerjasama pun tetap terjalin baik dalam membantu mendidik para santri dhuafa.

Dan yang belum berhasil dikerjakan oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam mewujudkan program pendidikan bagi kaum dhuafa adalah :

™ Lemahnya Manajemen yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-Qur'aniyyah dalam menghimpun dana.

™ Membebaskan tanah wakaf penduduk untuk tempat tinggal para santri yatim/piatu dan dhuafa yang mukim.

™ Mendirikan tempat kursus gratis untuk tempat belajar ketrampilan berwirausaha.

b. Saran-saran

1. Dalam menghimpun dana untuk para santri yatim/piatu dan dhuafa tidaklah mudah untuk itu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus memiliki strategi yang lebih jitu untuk mempertahankan program yang telah dijalankan untuk mewujudkan cita-cita anak-anak asuh yang berada di Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah.

2. Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus dapat mengelola dengan baik lagi dana yang telah di percayakan para donatur, agar suatu masa yang akan datang Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah tidak terus selalu bergantung kepada pemberian bantuan dari para dermawan, misalnya dengan


(3)

mengembangkan dan menambah usaha yang telah ada di Pondok, seperti mendirikan usaha warnet, rental komputer dan lain sebagainya agar pendapatan bisa lebih besar dibanding dengan dana yang diperoleh sekarang.

3. Untuk lebih menjangkau semua sisi kehidupan kaum dhuafa, Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah hendaknya lebih banyak lagi mencari donatur, apabila perlu Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah harus pandai-pandai bekerja sama dengan instansi-insatansi penting seperti pemerintah agar kegiatan ini dapat terus ada dan tidak terhenti begitu saja.

4. Pondok pesantren Al-Qur'aniyyah harus bisa memiliki manajemen yang bagus dalam menghimpun dana untuk para santri dhuafa agar program tersebut dapat bertahan, dan memiliki penerus sehingga program seperti ini tidak berhenti di separuh jalan.

5. Kepada masyarakat sekitar khususnya dan umat Islam umumnya, hendaknya selalu berfartisifasi aktif ikut membantu kegiatan sosial, baik berbentuk moril maupun materil guna tercapainya upaya pendidikan kaum dhuafa, untuk mencerdaskan masa depan bangsa, terutama anak-anak dari keluarga yang tidak mampu.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof., H.M.,M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Aqiel Siradj, Sa'id, et at, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan

Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999

Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994

Direktorat Kelembagaan Agama Islam, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta : Departemen Agama, 2003

Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1991

Haedari, Amin dkk, HM., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002

http:// www.alfi.ie/2007/10/07/keutamaan_track-beck/ http://www.arifkunto@gmail.com

http://www.hayatulislam.net/comment.php?id=356 http://www.pkpu.or.id

Ilham, Arifin, H., Panduan Zikir; Membumikan Zikir Membangun Ukhuwah, Jakarta : Medina, 2005

Jalaluddin, Prof., Dr., H., Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002


(5)

Machali, Imam dan Musthofa, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Buah Pikiran Seputar; Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, Yogyakarta: Presma, 2004

Marimba, Ahmad, Drs., Pengantar Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1970

Masyhud, Sulthon, Drs., M.Pd., dan Muhammad Khusnurdilo, Drs., M. Pd., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003

Nata, Abuddin, Drs., H., MA., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana, 1997

Qomar, Mujamil, Prof., Dr., M.ag., Pesantren dari Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2005

Rahardjo, M Dawam, Pesantren Pembaharuan, Jakarta, LP3ES, 1998

Salim, Agus, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2002

Sanusi, Ahmad, Drs., H., Agama di Tengah Kemiskinan, Jakarta: Logos, 1999 Syantuh, Khalid Ahmad, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 1993

Syukri Zarkasyi, Abdullah, KH., MA., Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Taslim, Ashari, Fikih Imam Syafi'i, Puasa dan Zakat, Jakarta : Pustaka Azzam, 2004

Uhbiyati, Nur, Dra., Hj., Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998

Umar, Husein, Drs., SE.,MM., M.B.A, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007


(6)

Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993