Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren berasal dari pe-santri-an, yang berasal dari kata Santri yang mendapat awalan pe-dan akhiran-an. Kata santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari kata shastri dari akar kata shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau tentang ilmu pengetahuan. 1 Menurut Mafred Ziemek, kata pesantren terdiri dari kata asalnya adalah Santri, yang diberikan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menentukan tempat, jadi pesantren artinya adalah tempat para santri, dan kadang-kadang ikatan kata Sant yaitu yang berarti manusia baik, dihubungkan dengan suku kata Tra yang artinya suka menolong, sehingga apabila kedua suku kata tersebut dihubungkan maka kata pesantren berarti adalah tempat pendidikan manusia baik-baik. 2 Dalam arti yang paling umum pondok pesantren mungkin dibedakan dengan pusat ibadah Islam, masjid, yang dapat diartikan sebagai lembaga pengajaran dan pelajaran keislamaan. 1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Haeve, 1994 , h. 99 2 Mafred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta : P3M, 1986 h. 99 Dari keterangan di atas dapat di rumuskan bahwa pengertian pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap bertempat tinggal yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. 3 Dengan demikian defenisi, Pondok pesantren adalah lembaga tradisional yang dalam bacaan teknis berarti suatu tempat yang dihuni oleh para santri yang mencari ilmu, dan Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Pondok Pesantren secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua bentuk yang penting, yaitu : Pondok Pesantren Salafiyah dan Pondok Pesantren Khalafiyah. Pondok Pesantren Salafiyah adalah Pondok Pesantren yang hanya menyelenggarakan pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, dan Pondok Pesantren Khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang selain menyelenggarakan pengajian kitab dan pengajaran agama Islam, juga menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah atau formal. 4 2. Unsur-unsur dan Fungsi Pondok Pesantren. Untuk dapat memahami hakekat pondok pesantren perlulah terlebih dahulu kita mengetahui unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren dan fungsi 3 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1991, Jilid 1, h 187 4 Direktorat Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta, Departemen Agama, 2003 , h. 41 pondok pesantren. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam pondok pesantren akan tertulis uraian sebagai berikut : a. Kyai Kyai memiliki peran yang paling esensial dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan, dan pengurusan sebuah pesantren sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan, sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren. 5 Dengan demikian, Kyai merupakan elemen penting dari suatu pesantren Kyai juga biasanya seringkali merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren semata-mata banyak bergantung kepada kemampuan kyainya. b. Masjid Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Pondok Pesantren. Masjid sebagai pusat di pondok pesantren merupakan perwujudan dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam tradisional yang berpusat sejak Masjid Quba didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren. Dilingkungan pesantren Masjid 5 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005 , Ed. 1, h. 67 merupakan pusat kegiatan untuk pengajaran Islam dan dengan demikian merupakan komponen dasar lembaga ini. 6 Menurut Dhofier, yang dikutip oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, bahwa dalam konteks pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik sembahyang lima waktu, khutbah, sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik 7 . Masjid memiliki fungsi ganda, selain tempat shalat dan ibadah lainnya juga tempat pengajian terutama yang masih memakai metode sorogan dan wetonan bandongan . 8 c. Santri Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam melalui kitab-kitab kuning 9 Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren adalah harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim, 6 Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, h. 115 7 Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan, h. 68 8 Mujamil Qomar, Pesantren dari Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta, Erlangga, 2005 h. 21 9 Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modenitas dan Tantangan Komplesitas Global, Jakarta, IRD Press, 2004, h.35 santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Dan santri mukim adalah santri yang menetap di dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. 10 d. Pondok Asrama Definisi singkat istilah Pondok adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Pondok Asrama sebagai tempat penginapan santri, dan difungsikan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan kyai atau Ustadz. 11 Menurut Zamakshari Dhofir, ada tiga alasan kenapa pesantren menyediakan pondok bagi para santrinya, yaitu : pertama, ketenaran dan kemashuran kyai serta kedalaman ilmunya tentang Islam menarik perhatian para santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai serta kedalaman ilmunya tentang Islam menarik perhatian para santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut dengan baik dan teratur serta dalam jangka waktu yang lama, para santri harus menetap di dekat kediaman kyai. Kedua, mayoritas pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada pengetahuan yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian perlu adanya asrama khusus untuk menampung. 10 Zarkasyi, Gontor dan Pembahruan, h. 69 11 Qomar, Pesantren dan Transformasi, h. 21 Ketiga, adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri. Para santri menganggap kyainya seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santrinya sebagai titipan Tuhan. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus- menerus satu sama lainnya. 12 e. Pengajaran Kitab Kuning Dalam tradisi pesantren, kitab kuning merupakan ciri dari identitas yang tidak bisa dilepaskan. Sebagai lembaga kajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman al-ulum al-syariyah, pesantren menjadikan Kitab Kuning adalah identitas yang inheren dengan pesantren. 13 Dikalangan pesantren sendiri, disamping istilah kitab kuning, beredar juga istilah Kitab Klasikal-kutub al-qodimah, untuk menyebut kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandangan syakl, kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantren sebagai Kitab Gundul. Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan Kitab Kuno. 14 Setelah membahas secara ringkas elemen-elemen yang ada di lingkungan pondok pesantren, perlu juga kita ketahui tentang fungsi pondok pesantren. 12 Zamakshari Dhofir, Tradisi Pesantren, Jakarta : LP3ES, 1985 h. 46-47 13 Haedari, Masa Depan Pesantren, h. 148 14 Said Aqiel Siradj et al., Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan Trasnformasi Pesantren, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1999 Cet Ke- 1, h. 222 Pondok pesantren memiliki beberapa fungsi : Menurut Mashum yang dikutip oleh Mujamil Qomar fungsi pesantren semula mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius diniyyah fungsi sosial ijtimaiyyah, fungsi edukasi tarbawiyyah dan fungsi lain adalah sebagai lembaga pembinaan moral dan kultural. 15 Selain itu Pesantren juga memiliki fungsi lain yaitu dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat, dan Pondok Pesantren dapat juga berfungsi sebagai Penyelenggaraan Unit Usaha dan Pengembangan Keterampilan. 16 Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan Masyarakat. Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakatnya secara luas serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Asas pendidikan yang demikian itu diharapkan dapat merupakan upaya pembudayaan untuk mempersiapkan warga guna melakukan suatu pekerjaan yang menjadi mata pencariannya dan berguna bagi masyarakatnya serta mampu menyesuaikan diri secara konstruktif 15 Qomar, Pesantren dari Transformasi, h. 23 16 Departemen Agama, Pola Pengembangan, h 90 terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Untuk itu Pondok Pesantren memiliki beberapa peranan, yaitu 17 : a. Pesantren Sebagai Instrumental dan Fasilitator Hadirnya pondok pesantren yang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan namun juga sebagai lembaga pemberdayaan umat merupakan petunjuk yang amat berarti. Bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi pengembangan potensi dan pemberdayaan umat, seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah Islamiyyah sarana dalam pengembangan umat ini tentunya memerlukan sarana bagi pencapaian tujuannya. Sehingga pondok pesantren yang mengembangkan hal demikian berarti pondok pesantren tersebut telah berperan sebagai alat atau instrumen pengembangan potensi dan pemberdayaan umat. b. Pesantren Sebagai Mobilisasi. Mobilisasi adalah perpindahan tempat atau kedudukan, tingkah laku orang-orang di masyarakat dengan pola yang baru. Jadi, yang dimaksud dengan pondok pesantren berperan sebagai mobilisasi disini adalah Pondok Pesantren sebagai lembaga yang dipercayakan masyarakat sebagai wadah atau tempat seseorang menempa akhlak jadi lebih baik. Peranan seperti ini jarang dimiliki oleh lembaga atau perguruan lainnya dikarenakan hal ini dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat bahwa 17 Ibid,. h 91 Pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlaq dan budi pekerti yang baik. Sebagai lembaga yang dipercaya dan dihormati oleh masyarakat serta kharisma dari kyai sendiri, peranan Pondok Pesantren tentu menjadi sangat strategis dalam memberikan contoh atau mengajak untuk melakukan pengembangan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat sekitar. c. Pesantren Sebagai Sumber Daya Manusia Dalam sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren sebagai upaya yang mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, Pondok Pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas magang dibeberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan di Pondok Pesantren. Di sini peranan Pondok Pesantren sebagai fasilitator sangat dominan. Namun tentunya juga jika dalam pengembangannya mengikut sertakan masyarakat sekitar, apalagi masyarakat luas, maka dibutuhkan tenaga-tenaga professional yang akan mendukung kegiatan pengembangan ini. Karena kegiatan ini tentunya akan dikembangkan juga oleh para santri yang lulus atau selesai dalam pembelajaran di Pondok Pesantren. Hal ini sangat membantu tugas pemerintah dalam upaya pemerataan kegiatan pengembangan, khususnya ekonomi di daerah agar setiap daerah memiliki potensi sumber daya manusia yang kompeten. d. Pesantren sebagai Agent of Develoment Pondok Pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral melalui transformasi nilai yang ditawarkan Pondok Pesantren. Kehadirannya bisa disebut sebagai agen perubahan sosial agent of social change yang selalu melakukan pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral, penindasan politik, pemiskinan ilmu pengetahuan dan bahkan dari pemiskinan ekonomi. Institusi Pondok Pesantren dengan begitu mengesankan telah berhasil mentransformasikan masyarakat di sekitarnya dari kekafiran menuju kesalihan dan kemakmuran atau kesejahteraan. Oleh karenanya kehadiran lembaga Pondok Pesantren menjadi suatu keniscayaan sebagai bentuk institusi yang dilahirkan atau kehendak dan kebutuhan masyarakat. Dengan kesadarannya Pondok Pesantren dan masyarakat telah membentuk hubungan yang harmonis, sehingga komunitas Pondok Pesantren kemudian diakui menjadi bagian tak terpisahkan sub-kultur dari masyarakat pembentuknya. Pada tataran ini, pondok pesantren telah berfungsi sebagai pelaku pengembangan masyarakat, dan menjadi agen bagi pembangunan nasional, dalam lingkup yang menjadi tanggung jawabnya. e. Pesantren sebagai Center of Excellence Salah satu misi awal didirikannya Pondok Pesantren adalah menyebarluaskan informasi ajaran dan pengetahuan agama Islam keseluruh pelosok Nusantara yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Melalui medium pendidikan yang dikembangkan dalam bentuk Pondok Pesantren, ajaran Islam lebih cepat membumi di Indonesia. Institusi Pondok Pesantren berkembang sedemikian rupa akibat persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu berubah. Sebagai upaya untuk menjawab tantangan zaman ini, Pondok Pesantren kemudian mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan pendidikan menjadi lembaga pengembangan masyarakat. Sehingga pada tataran ini Pondok Pesantren telah berfungsi sebagai pusat keagamaan, pendidikan dan pengembangan masyarakat center of excellence. 2. Pondok Pesantren Sebagai Penyelanggaraan Unit Usaha dan Pengembangan Keterampilan 18 Dengan anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau keluaran Pondok Pesantren akan menjadi ulama atau kyai dan memilih lapangan pekerjaan di bidang agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri, sebelum santri itu terjun ke 18 Ibid., h. 95 tengah-tengah masyarakat sebenarnya. Di pihak lain, guna menunjang suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk pihak Pondok Pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Ini merupakan potensi yang dimiliki oleh Pondok Pesantren secara historis dan tradisi. Pondok Pesantren memang dituntut untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan kurikuler dan ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya, tentu saja hal tersebut tidak dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh dana-dana tradisonal, baik itu wakaf, bantuan insidental dari pihak wali santri, pemerintah, swasta, dan masyarakat atau donatur yang lain. Untuk menanggulangi hal yang demikian inilah pentingnya keberadaan unit usaha dan pengembangan keterampilan di Pondok Pesantren yang diupayakan dalam menghasilkan dana untuk biaya penyelenggaraan kegiatan Pondok Pesantren. 19

B. Dana