Analisis Univariat Hasil Analisa Data

responden pada kelompok II, dan 60responden pada kelompok III . Tingkat pendidikan responden didominasi oleh pendidikan SMA dengan jumlah 51,7 responden dengan jumlah yang paling tinggi pada kelompok IIII masing-masing 55 responden. Pendidikan dengan jumlah responden paling sedikit yaitu sarjana S1 dengan total 6,7 responden yang terdapat pada kelompok I yaitu 10 responden, sementara kelompok II III masing- masing berjumlah 5 responden. Jumlah dan persentase usia 31-40 tahun lebih mendominasi yaitu pada kelompok II, yaitu45,5 responden. Usia responden paling rendah jumlahnya yaitu 21-30 tahun dengan jumlah 100 responden yang terdapat pada kelompok I. Tabel karakteristik untuk penghasilan didominasi penghasilan 1 juta yaitu 60 responden pada kelompok I, kelompok II kelompok III masing-masing 65 responden. Semua responden pada penelitian ini mempunyai dukungan sosial tidak baik dengan jumlah dan persentase 100 responden. Rata-rata responden memiliki riwayat penyakit sebagai faktor pencetus penurunan fungsi ginjal dengan total responden 91,7 dengan perincian sebagai berikut 95 responden pada kelompok I, 90 responden pada kelompok II III . R esponden yang mendapatkan medikasi selama menjalani hemodialisadengan total 86,7 responden, yang dapat diuraikan sebagai berikut 85 responden pada kelompok I,85 responden pada kelompok II, dan 90 responden pada kelompok III . Responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok lebih banyak yaitu 85 responden pada kelompok I, 70 responden pada kelompok II, dan 90 pada kelompok III. Tingkat aktivitas responden didominasi aktivitas dengan kategori sedang yaitu 98,3 responden, yang dapat diuraikan yaitu 85 responden pada kelompok I, 90 responden pada kelompok II III. Responden yang mengalami aktivitas berat hanya 1 orang responden yaitu pada kelompok Idengan persentase 5.Responden yang mengalami depresi ringan lebih besar jumlah dan persentasenya yaitu 80. Uji homogenitas pada tabel 4.1 di atas diketahui bahwa semua data karakteristik terdistribusi merata antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, penghasilan keluarga, dukungan sosial, riwayat penyakit, medikasi, tingkat aktivitas, depresi atau dikatakan bahwa data karakteristik pada tabel di atas bersifat homogen. Distribusi frekuensi Self care dan status nutrisi responden pada pasien hemodialisis dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Self Care dan Status Nutrisi Responden pada Pasien Hemodialisis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Bulan Mei- Juni 2016 n=60 Variabel Kelompok Total I ∑ II ∑ III ∑ Status Nutrisi Pre intervensi Malnutrisi ringan Malnutrisi sedang Follow-up minggu ke 2 Malnutrisi ringan Malnutrisi sedang Follow-up minggu ke 4 Malnutrisi ringan Malnutrisi sedang 18 90 2 10 20 100 0 0 20 100 0 0 16 80 4 20 16 80 4 20 20 100 0 0 18 90 2 10 18 90 2 10 17 85 3 5 52 87 8 13 54 85 6 15 57 95 3 5 Self Care Pre intervensi Ketergantungan penuh Ketergantungan sebagian Self Care follow-up minggu ke 2 Ketergantungan penuh Ketergantungan sebagian Self Carefollow-up minggu ke 4 Ketergantungan penuh Ketergantungan sebagian 12 60 8 40 3 15 17 85 0 0 20 100 9 45 11 55 0 0 20 100 0 0 20 100 12 60 8 40 12 60 8 40 11 55 9 45 33 55 2745 15 25 45 75 11 18,3 49 81,7 I Intervensi SMDC 1x seminggu, II Intervensi SMDC 2x seminggu, III kontrol Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa pada kelompok pre intervensi status nutrisi responden didominasi oleh malnutrisi ringan dengan total 87 responden dengan penjabaran sebagai berikut r esponden yang mengalami malnutrisi ringan paling tinggi terdapat pada kelompok IIII yaitu masing-masing 90 responden, sedangkan responden yang mengalami malnutrisi sedang yaitu 20 responden yang didominasi pada kelompok II. Status nutrisi pada follow-up minggu ke 2, total responden yang mengalami malnutrisi ringan sama seperti pre intervensi yaitu 85 responden, tetapi responden yang mengalami malnutrisi ringan mengalami peningkatan yaitu menjadi 100 responden pada kelompok I sedangkan pada kelompok II III jumlah responden yang mengalami malnutrisi ringan sama seperti pre intervensi yaitu 8090 responden. Responden yang mengalami malnutrisi sedang mengalami penurunan dengan total 15 responden. Penurunan sangat terlihat pada kelompok I yaitu menjadi 0 responden, sedangkan jumlah responden yang mengalami malnutrisi sedang pada kelompok II III tidak mengalami perubahan. Status nutrisi follow-up minggu ke 4, dapat diketahui bahwa responden yang mengalami malnutrisi ringan mengalami peningkatan dari sebelumnya yaitu 95 responden, responden pada kelompok II mengalami peningkatan menjadi 100 responden sedangkan pada kelompok III mengalami penurunan menjadi 85 responden. Total responden yang mengalami malnutrisi sedang mengalami penurunan jumlah respoden pada kelompok II menjadi 0 responden, sedangkan pada kelompok III mengalami peningkatan jumlah responden menjadi 5 responden. Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa pada kelompok pre intervensi self care responden didominasi oleh kemampuan self care dengan ketergantungan penuh dengan total 35 respondendengan penjabaran sebagai berikut ; r esponden yang memiliki kemampuan self care ketergantungan penuh paling tinggi terdapat pada kelompok I III yaitu masing-masing 60 responden, sedangkan responden yang memiliki kemampuan self care ketergantungan sebagian yaitu 55 responden yang didominasi oleh kelompok II. Self care pada follow-up minggu ke 2, total responden yang mengalami kemampuan self care dengan ketergantungan penuh mengalami penurunan 25 responden, yang dapat diuraikan sebagai berikut; kelompok II yang paling banyak mengalami penurunan tersebut yaitu dari 45 responden menjadi 0 responden. Kelompok I juga mengalami penurunan responden yang mengalami ketergantungan penuh yaitu dari 60 turun menjadi 15 responden. Sebaliknya pada kemampuan ketergantungan sebagian mengalami peningkatan jumlah responden yaitu terlihat jelas pada kelompok II dari 55 responden menjadi 100 begitupula pada kelompok I dari 45responden menjadi 85 responden, sedangkan pada kelompok III persentase responden sama seperti pre intervensi. Self care follow-up minggu ke 4, dapat diketahui bahwa responden yang mengalami kemampuan ketergantungan penuh semakin menurun jumlahnya yaitu total 18,3 responden, hal ini dapat terlihat pada kelompok I II yaitu jumlah responden 0. Kemampuan self care dengan ketergantungan sebagian mengalami peningkatan jumlah responden yaitu dari total 75 responden menjadi 81,7 responden dengan uraian sebagai berikut ; kelompok I II memiliki peningkatan responden dengan masing- masing menjadi 100 responden. Kelompok III juga mengalami peningkatan kemampuan self care dengan ketergantungan sebagian, walaupun hanya bertambah 1 responden yaitu total 40 responden menjadi 45 responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh SMDC terhadap self care dan status nutrisi pada tabel 4.3. perbedaan self care dan status nutrisi pada kelompok pre intervensi dan intervensi pada tabel 4.4. Analisis korelasi antara self care dan status nutrisi pada tabel 4.5. Distribusi responden berdasarkan self care pada pasien yang menjalani hemodialisis pada tabel 4.6. Hasil seleksi bivariat uji regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan self care pada tabel 4.7. Hasil seleksi yang masuk pada pemodelan multivariat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan self care pada tabel 4.8. Hasil dari uji statistik di atas akan ditampilkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3. Analisis Pengaruh SMDC terhadap Self CareStatus Nutrisi dalam Kelompok Pre Intervensi dan Kelompok Intervensi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisisdi RSUD Dr. Moewardi Surakarta Bulan Mei-Juni 2016 N=60 Perlakuan Mean SD Z pValue 95 CI Self care Kelompok I Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 Kelompok II Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 Kelompok III Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 65,35±,12,19 68,00±,10,75 73,05 ±,2,96 78,30 ±,4,23 55,00±,10,96 56,60±,10,29 -3,92 -2,14 -3,93 -3,84 -1,60 -1,00 0,00 59,64-71,05 0,00 62,97-73,03 0,00 71,66-74,44 0,00 76,32-80,28 0,11 49,87-60,13 0,32 50,06-60,41 Status Nutrisi Kelompok I Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 Kelompok II Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 Kelompok III Follow up minggu ke 2 Follow up minggu ke 4 11,30±,1,13 11,40±,1,18 12,25±,1,33 12,60±,0,99 10,35±,1,04 10,40±,1,18 3,54 -,15 -3,97 -3,10 -1,59 -1,29 0,01 10,77-11,83 0,00 10,84-11,95 0,00 11,63-12,87 0,00 12,13-13,06 0,56 9,86-10,84 0,40 9,84-10,96 I Intervensi SMDC 1x seminggu, II Intervensi SMDC 2x seminggu, III kontrol 0.05 berarti signifikan Berdasarkan tabel 4.3. di atas, dapat dilihat bahwa pada kelompok I pvalue follow up minggu ke 2 dan follow up minggu ke 4menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan self care dibandingkan pre intervensi. Kelompok II, p value menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan self care pada follow up minggu ke 2 dan ke 4dibandingkan pre intervensi . Kelompok III,p value menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan self care baik pada pre intervensi maupun follow-upintervensi. Berdasarkan tabel 4.3 di atas juga dapat diketahui mengenai pengaruh SMDC terhadap status nutrisi, p value pada follow up minggu ke 2 dan minggu ke 4 pada kelompok Imenunjukkan adanya pengaruh yang signifikan post pemberian SMDC terhadap status nutrisi dibandingkan pre intervensi. Kelompok II, p value menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan setelah pemberian SMDC terhadap status nutrisi pada follow up minggu ke 2 dan ke 4dibandingkan pre intervensi. Kelompok III,p value menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan setelah pemberian SMDC terhadap status nutrisi baik pada pre intervensi maupun follow-up. Analisis perbedaan hasil pengukuran pengaruh SMDC terhadap self care status nutrisi antar kelompok pre intervensi kelompok intervensi pada pasien yang menjalani hemodialisis dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini;