Perancangan aplikasi antarmuka pemancar siaran TV digital menggunakan media IP berbasis open source

(1)

PERANCANGAN APLIKASI ANTARMUKA PEMANCAR

SIARAN TV DIGITAL MENGGUNAKAN MEDIA IP

BERBASIS OPEN SOURCE

oleh :

FITRI MULIANTI S

107091002778

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(2)

PERANCANGAN APLIKASI ANTARMUKA PEMANCAR SIARAN TV DIGITAL MENGGUNAKAN MEDIA IP BERBASIS OPEN SOURCE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

FITRI MULIANTI S 107091002778

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011 M / 1432 H


(3)

PERANCANGAN APLIKASI ANTARMUKA PEMANCAR SIARAN TV DIGITAL MENGGUNAKAN MEDIA IP BERBASIS OPEN SOURCE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: Fitri Mulianti S

107091002778

Menyetujui, Pembimbing I,

Victor Amrizal, M.Kom NIP. 150411288

Pembimbing II,

Nenny Anggraini, MT NIP. -

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Informatika

Yusuf Durrachman, MIT, M.Sc NIP. 19710 522 200 604 1 002


(4)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Perancangan Aplikasi Antarmuka Pemancar Siaran TV Digital Menggunakan Media IP Berbasis OpenSource” yang ditulis oleh Fitri Mulianti S, NIM 107091002778 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Teknik Informatika.

Menyetujui :

Penguji I Penguji II

Hendra Bayu Suseno, M.Kom NIP. 198212 11 200912 11 003

Feri Fahrianto, M.Sc NIP. 19800829 201 101 1 002 Pembimbing I Pembimbing II

Victor Amrizal, M.Kom NIP. 150411288

Nenny Anggraini,MT NIP. - 

Mengetahui : Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1001

Ketua

Program Studi Teknik Informatika

Yusuf Durrachman, MIT, M.Sc NIP. 19710 522 200 604 1 002  

iii   


(5)

HALAMAN PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR ASLI KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 23 September 2011

Fitri Mulianti S 107091002778


(6)

ABSTRAK

Fitri Mulianti S (107091002778), Perancangan Aplikasi Antarmuka Pemancar siaran TV Digital Menggunakan Media IP berbasis Open Source. (Di bawah bimbingan Victor Amrizal, M.Komdan Nenny Anggraini, MT)

Perkembangan Teknologi Telekomunikasi terutama pada dunia sistem penyiaran TV (television broadcasting) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem penyiaran TV mulai beralih dari sistem TV analog menjadi sistem TV digital. Salah satu cara menerima program siaran TV digital adalah IPTV (Internet Protocol Televisi). Penerima program siaran TV digital berbasis IPTV dapat menggunakan perangkat keras PC (personal computer) atau laptop.

Penyiaran IPTV dapat menggunakan software berbasis Open Source yaitu

Open Caster dengan topologi jaringan lokal maupun internet. Pada OpenCaster

terdapat fungsi-fungsi untuk melakukan proses multiplexing atau manipulasi data transport stream yang dijalankan melalui sebuah terminal. Pengguna harus mengetikkan sintak yang diperlukan dalam menjalankan fungsi-fungsi OpenCaster. Dan format video yang dapat digunakan dalam proses multiplexing hanya video dengan format *.ts.

Dalam Tugas Akhir ini , penulis merancang aplikasi antarmuka untuk membantu dan memudahkan dalam menerapkan penyiaran televisi digital, terutama IPTV. Aplikasi ini menjadi perantara antara pengguna dengan OpenCaster tanpa harus menggunakan terminal secara langsung. Aplikasi ini juga dirancang agar format video selain *.ts(transport stream) dapat digunakan. Penyiaran konten berupa non-transport stream dapat memungkinkan dengan bantuan ffmpeg dalam membantu proses konversi video non-transport stream menjadi transport stream untuk kemudian dilakukan multiplexing.

Kata kunci: televisi digital, IPTV, Internet Protocol, software, transport stream , non-transport stream, multiplexing, open source

vi   


(7)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr. Wb

Segala puji dan syukur ke Hadhirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah memberikan karunia yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, dan shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, Beserta para keluarga, Sahabat beserta para keluarga, Sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman kelak.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer pada fakultas sains dan teknologi Universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta. Adapaun judul skripsi yang dibuat adalah “Perancangan Aplikasi Antarmuka Pemancar Siaran TV Digital Menggunakan Media Ip Berbasis Open Source”

Penulis menyadari selesainya Skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang dengan rela membantu, mulai dari pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya laporan ini. Karena hal tersebut, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hid.ayatullah Jakarta.

2. Bapak Yusuf Durrachman, MIT, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknik Informasi Informasi dan Sekretaris Program Studi Teknik Informasi Informasi, Ibu Viva Arifin, M.MSi.


(8)

3. Bapak Victor Amrizal, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nenny Anggraini, MT selaku Dosen Pembimbing II.

4. Papa dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan selalu senantiasa mendoakan kelancaran skripsi saya serta dorongan materil yang cukup sampai saya bisa menyelesaikan kuliah saya.

5. Bapak Dr.Hary Budiarto selaku pembimbing dari BPPT.

6. Bapak Sofyan Mufti Prasetyo, Tri Miyarno, dan Muhammad Setiyobudi selaku pembimbing lapangan di BPPT yang senantiasa membantu kami. 7. Triono yang telah membantu saya dalam menyelesaikan aplikasi, Nurul

Hidayah teman sepejuangan yang senantiasa bersama-sama dalam pembuatan skripsi ini.

8. Teman-teman TI C 2007 dan TI Multimedia, yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

9. Teman-teman kosan saya yang selalu memberikan semangat kepada saya, terima kasih kak veby, teh ela, inni (mamak), Zahra, haen, mini, enong, widya, pipit dan juga ibu kos.

10.Terima Kasih kepada putri (puput) , Mama dan adik-adiknya yang senantiasa menerima saya dirumah mereka sebagai tempat untuk mengerjakan skripsi.

11.Kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan moril dan materil selama penyelesaian skripsi ini.


(9)

ix

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih terlalu banyak kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penyusunan laporan ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya kepada Penulis sendiri dan umumnya bagi yang membaca.

Jakarta, 23 September 2011

Fitri Mulianti S


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Halaman Sampul ii

Lembar Persetujuan Pembimbing iii

Lembar Pengesahan Ujian iv

Halaman Pernyataan v

Abstrak vi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi x

Daftar Gambar xiv

Daftar Tabel xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 4

1.2.1 Identifikasi Masalah 4

1.2.2 Rumusan Masalah 4

1.2.3 Batasan Masalah 5

1.3 Tujuan dan Manfaat 5

1.3.1 Tujuan 5

1.3.2 Manfaat 6


(11)

1.4 Metode penelitian 7

1.4.1 Metode Pengumpulan Data 7

1.4.2 Metode Pengembangan Sistem 7

1.5 Sistematika penulisan 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

2.1 Pengertian Aplikasi 10

2.2 TV Digital 10

2.2.1 Standar Siaran TV Digital 11

2.2.2 Penerimaan Siaran TV Digital 13

2.3 Internet Protokol 15

2.4 Broadcasting 18

2.4.1 Broadcast Address 20

2.4.2 Multicast Address 21

2.5 Standar Kompresi MPEG-2 23

2.5.1 MPEG-2 Transport Stream 24

2.5.2 Multiplexing 29

2.6 OpenCaster 30

2.7 FFMPEG 33

BAB III METODELOGI PENELITIAN 38

3.1 Metode Pengumpulan Data 38

3.1.1 Studi Pustaka 38

3.1.2 Studi Literatur 39

3.1.3 Observasi 39

xi 


(12)

3.3 Metode Perancangan Aplikasi 40

3.3.1 Envision (Membayangkan) 42

3.3.2 Conduct User and Task Analysis 42

3.3.3 Design and Prototype 43

3.3.4 Evaluate and Refine 43

3.3.5 Complete Detailed and Production 44

3.3.6 Release and Follow Up 44

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 46

4.1 Profil BPPT 46

4.4.1 Sejarah BPPT 46

4.4.2 Struktur Organisasi BPPT 47

4.4.3 Visi dan Misi BPPT 48

4.2 Hasil Observasi 48

4.3 Alasan Menggunakan Metode LUCID 52

4.4 Metode Pengembangan Aplikasi 54

4.3.1 Envision (Membayangkan) 54

4.3.2 Conduct User and Task Analysis 55

4.3.3 Design and Prototype 59

4.3.4 Evaluate and Refine 71

4.3.5 Complete Detailed and Production 73

4.3.6 Release and Follow Up 80

4.3.6.1 Sisi Pemancar 80

4.3.6.2 Sisi Klien 84

xii 


(13)

BAB V PENUTUP 87

5.1 Kesimpulan 87

5.2 Saran 88

DAFTAR PUSTAKA 89

LAMPIRAN SOURCE CODE 86

xiii 


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anycast 19

Gambar 2.2 Broadcast 19

Gambar 2.3 Multicast 20

Gambar 2.4 Pemetaan Alamat IP ke Alamat Ethernet 23 Gambar 2.5 MPEG-2 digunakan di DVB dan DVD 24 Gambar 2.6 Alur Model MPEG-2 transport stream 25

Gambar 2.7 Paket Transport Stream 26

Gambar 2.8 Skema Multiplexer 2 ke 1 29

Gambar 2.9 Bagian Komponen MPEG-2 transport stream pada proses

Multiplexing 30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPPT 47

Gambar 4.2 Model Topologi yang dapat diterapkan 49

Gambar 4.3 Layer Program 50

Gambar 4.4 Proses Multiplexing Program 51

Gambar 4.5 Rancangan Penyiaran 55

Gambar 4.6 Usecase Diagram 60

Gambar 4.7 Sequence Diagram 61

Gambar 4.8 Class Diagram 68

Gambar 4.9 Flowchart Proses Video 65

Gambar 4.10 Layar Login 68

Gambar 4.11 Layar Simpan Konfigurasi 69

xiv 


(15)

Gambar 4.12 Layar Tab Video 69

Gambar 4.13 Layar Tab Play 71

Gambar 4.14 Layar Utama 78

Gambar 4.15 Perancangan Latar Belakang 79

Gambar 4.16 Tampilan Login 80

Gambar 4.17 Halaman Konfigurasi Sistem 81

Gambar 4.18 Halaman Tab Video 82

Gambar 4.19 Halaman Tab Play 84

Gambar 4.20 Masukan UDP Protokol 85

Gambar 4.21 Hasil Siaran 85

Gambar 4.22 Pemilihan Program 86

xv 


(16)

xvi 

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar beberapa fungsi OpenCaste 32 Tabel 4.1 Variasi Pilihan Singkatan FrameSize 34


(17)

BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Telekomunikasi terutama pada dunia sistem penyiaran TV (television broadcasting) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem penyiaran TV mulai beralih dari sistem TV analog menjadi sistem TV digital. Istilah TV digital bukanlah merujuk kepada pesawat TV digunakan melainkan lebih kepada penggunaan sinyal digital dalam penyiaran program televisi. Siaran digital hanya mengenal dua kondisi status, terima (kode 1) atau tidak (kode 0).

Siaran digital ini atau yang lebih dikenal dengan TV Digital memberikan banyak kelebihan dibandingkan dengan TV analog :

1. Sinyal Digital memungkinkan kompresi data dan transmisi data yang lebih efisien, sehingga dapat menampung beberapa program siaran dalam satu kanal frekuensi. Dibandingkan siaran TV analog yang mensyaratkan satu program siaran dalam satu kanal frekuensi.

2. TV Digital menghasilkan kualitas gambar yang lebih jernih, Ketajaman gambar pada televisi tergantung pada kerapatan titik gambar per-sentimeter persegi, yang disebut dengan pixel. TV Analog maksimal memiliki kerapatan gambar 512x400 pixel. Sedangkan TV Digital bisa memiliki kerapatan gambar yang lebih besar dari TV analog.

Siaran TV digital dapat diterima di pesawat TV analog dengan menggunakan Set- Top-Box (sebuah alat pengubah sinyal digital menjadi


(18)

gambar dan suara dan menampilkannya pada pesawat televisi analog).

Terdapat beberapa cara yang telah dirancang untuk menerima siaran TV Digital, yaitu : melalui kabel atau sering disebut dengan digital cable dan melalui satelit atau disebut digital satellite. Standar lain, seperti DMB (Digital Multimedia Broadcasting) dan DVB-H (Digital Video Broadcasting-Handheld), yang dirancang untuk menangani perangkat keras seperti telepon genggam untuk menerima program siaran TV Digital. Dan cara lain untuk menerima program siaran TV digital adalah IPTV (Internet Protocol Televisi), dengan IPTV dapat menerima program siaran TV digital melalui internet protocol, menggunakan koneksi broadband DSL(Digital Subscriber Line) menggunakan media kabel telepon atau dengan kabel serat optik. Kesimpulan, IPTV merupakan alternatif untuk menerima sinyal siaran TV Digital melaui internet.

Dengan IPTV penonton tidak lagi tergantung dengan jadwal program yang telah ditentukan oleh penyedia program (provider). Sebaliknya penonton dapat memilih sendiri program yang mereka inginkan yang dapat diperoleh dari daftar acara yang tersedia, tanpa harus menunggu jadwal yang telah disusun oleh penyedia program siaran televisi.

Penerima program siaran TV digital berbasis IPTV dapat menggunakan perangkat keras PC (personal computer) atau laptop karena data yang disiarkan sudah dalam data digital yang artinya sudah dapat langsung dibaca/diterjemahkan oleh bahasa mesin.


(19)

Penyiaran konten TV digital melalui IPTV dapat menggunakan perangkat lunak OpenCaster. Pada OpenCaster terdapat fungsi-fungsi untuk melakukan proses multiplexing atau manipulasi data transport stream yang dijalankan melalui sebuah terminal. Pengguna harus mengetikkan sintak yang diperlukan dalam menjalankan fungsi-fungsi OpenCaster. Dan format video yang dapat digunakan dalam proses multiplexing hanya video dengan format *.ts.

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk merancang aplikasi antarmuka untuk membantu dan memudahkan dalam menerapkan penyiaran televisi digital, terutama IPTV. Aplikasi ini menjadi perantara antara pengguna dengan OpenCaster tanpa harus menggunakan terminal secara langsung. Aplikasi ini juga dirancang agar format video selain *.ts(transport stream) dapat digunakan. Dalam perancangan aplikasi antarmuka untuk IPTV ini, penulis menggunakan open source. Alasan penulis memilih menggunakan open source dalam perancangan perangkat lunak yaitu mendapatkan kelegalan dari perangkat lunak dengan biaya minimum atau hampir tidak berbayar. Selain itu open source juga telah terkenal kehandalannya dalam pemanfaatannya sebagai jaringan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat tugas akhir dengan judul "Perancangan Aplikasi Antarmuka Pemancar siaran TV Digital Menggunakan Media IP berbasis Open Source”. Penelitian dan perancangan dilakukan di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), di Pusat


(20)

Jalan M.H.Thamrin No.8, Jakarta Pusat. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini, dapat menjadi contoh dasar dalam mempelajari cara memancarkan siaran TV digital menggunakan IPTV.

1.2. Permasalahan

Terdapat beberapa pokok permasalahan dalam mewujudkan proses penyiaran konten IPTV yang akan dilakukan penelitian lebih lanjut :

1.2.1. Identifikasi Masalah

1. Tingkat ketelitian pengguna menjadi masalah dalam menjalankan sintaks menggunakan terminal. Mengurangi kesalahan dan mempermudah pengetikan sintak fungsi dari OpenCaster untuk meminimalisasi erorrs atau dengan kata lain proses tidak dapat dilakukan.

2. Format video yang hanya berupa format *.ts menjadi keterbatasan dalam menyiarkan konten TV digital sehingga perlu penambahan format lain agar lebih bervariasi.

3. Perkembangan dunia internet mengubah kebiasaan sebagian orang dimana kebutuhan untuk menonton televisi tidak hanya didapat melalui perangkat televisi melainkan penonton dapat melihat siaran TV melalui internet.

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana merancang GUI (antarmuka) untuk penyiaran konten berbasiskan IP dengan menggunakan java?


(21)

2. Bagaimana memancarkan siaran TV digital yang lebih interaktif? 3. Bagaimana video selain .*ts (transport stream) dapat disiarkan

menggunakan aplikasi ini?

4. Bagaimana mengahasilkan video yang akan dipancarkan dengan ukuran video yang kecil namun dengan kuliatas yang cukup bagus? 1.2.3. Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas hanya akan dibatasi oleh beberapa pokok masalah dibawah ini:

1. Aplikasi antarmuka yang hanya bisa dilakukan oleh admin.

2. Aplikasi antarmuka ini digunakan untuk melakukan proses

multiplexing, konversi video, filter data video dan melakukan

playout / memancarkan berkas transport stream. 3. Aplikasi hanya berjalan pada platform linux. 4. Layanan IPTV terbatas pada penyiaran konten.

5. Penerima atau klien hanya dapat menerima siaran TV digital dengan menggunakan media PC atau laptop.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang dilakukan penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan

1. Menghasilkan suatu aplikasi GUI penyiaran IPTV berbasis software open source.


(22)

1.3.2. Manfaat

Bagi Penulis

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan Program Strata 1.

2. Menambah ilmu dan pengetahuan penulis, khususnya dalam bidang TV Digital.

Bagi Universitas

1. Dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu teknologi informasi.

2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

3. Mengimplementasikan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi.

Bagi Pengguna dan Penerima layanan IPTV

1. Memberikan kemudahan dalam melakukan penyiaran dan menikmati layanan IPTV.

2. Penonton dapat dengan bebas menonton dimana saja dengan menggunakan perangkat keras laptop .

3. Penonton atau klien dapat bebas memilih program TV yang mereka suka.

4. Tidak perlu mengikuti jadwal siaran televisi disusun oleh jaringan televisi.


(23)

1.4. Metodologi Penelitian

Pada penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan meliputi dua metode, metode pengumpulan data dan metode pengembangan teknologi. 1.4.1.Metode Pengumpulan Data

Dalam proses penulisan skripsi ini, bentuk metodologi pengumpulan data yang akan dilakukan antara lain:

1. Studi pustaka, yakni mengumpulkan data - data dari berbagai buku, jurnal, karya ilmiah dan sumber bacaan dari situs internet yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan aplikasi return channel ini.

2. Studi Literature, menggunakan referensi lain berupa : bahan tulisan dari skripsi atau penelitian yang objek pembahasannya hampir sama 3. Observasi, yakni teknik pengumpulan data dengan jalan pengamatan

langsung secara sistematis terhadap objek penelitian. 1.4.2. Metode Pengembangan Sistem

Perancangan aplikasi ini menggunakan metode Lucid (Logical User-Centered Design). LUCID adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan kegiatan yang mendefinisikan dan bentuk produk interaktif. Pada awalnya diciptakan untuk mendukung pengembangan perangkat lunak yang sangat bermanfaat dan situs web.

Enam tahapan pada metode Logical User-Centered Design (Charles B. Kreitzberg, PhD) yaitu :


(24)

1. Envision (Membayangkan)

2. Conduct User and Task Analysis (Perilaku pengguna dan Analisis

tugas)

3. Design and Prototype(Rancangan dan Prototipe) 4. Evaluate and Refine (Evaluasi dan Perulangan)

5. Complete Detailed Design and Production (Melengkapi detail

Rancangan dan Produksi)

6. Release and Follow Up (Rilis dan tindakan lanjut) 1.5. Sistematika Penulisan

Secara garis besar. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau dasar dari penulisan skripsi ini, serta menjelaskan secara singkat perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan aplikasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi penelitian yang menggunakan dua tahap berupa metode pengumpulan data dan metode perancangan


(25)

aplikasi (Logical User-Centered Design).

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Bab ini akan diuraikan dan membahas analisis terhadap kebutuhan sistem, serta implementasi perancangan aplikasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini dan saran untuk memperbaiki dan mengembangkan aplikasi ini.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aplikasi Antarmuka

Application atau sering disebut program aplikasi adalah program yang siap pakai. Program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain. Contoh-contoh aplikasi adalah program pemoroses kata, dan web browser. Aplikasi akan menggunak sistem operasi (OS) komputer dan aplikasi yang lainnya yang mendukung. Istilah ini masuk kedalam istilah Teknologi Informasi semenjak tahun 1993, yang biasanya juga disingkat dengan app. App adalah software yang dibeli perusahaan dari tempat pembuatannya.

Application Interface atau dalam bahasa Indonesia aplikasi antarmuka adalah penghubung antar aplikasi, misalnya sekumpulan software yang memungkinkan programmer untuk memasuki suatu sistem dan memakai layanan yang disediakan didalam suatu jaringan.

2.2.TV Digital

Digital Television (DTV) atau sering disebut TV Digital adalah transmisi dari audio dan video menggunakan sinyal digital, kebalikan dari sinyal analog yang digunakan pada TV Analog. Televisi digital mendukung format gambar yang berbeda didefinisikan oleh kombinasi dari ukuran, rasio aspek (lebar x tinggi rasio) dan interlace (teknik menggandakan frame rate yang dirasakan dari sinyal video tanpa mengkonsumsi bandwidth ekstra.). Dari berbagai format yang ada, penyiaran digital terresterial dibagi menjadi


(27)

dua kategori format yaitu HDTV(High-defenition television) dan SDTV (Standard definition television). High-definition televisi (HDTV) adalah format televisi digital memberikan gambar berkualitas teater dan kualitas suara CD. HDTV merupakan salah satu dari beberapa format yang berbeda yang dapat ditransmisikan melalui DTV, menggunakan beberapa format, diantaranya : 1280x720 pixel di modus progressive scan (ringkas 720p) or 1920×1080 pixels dimodus interlace (1080i). Progresif (atau pemindaian noninterlaced) adalah cara menampilkan, menyimpan, atau mengirimkan gambar bergerak di mana semua baris dari setiap frame digambar secara berurutan. HDTV tidak dapat ditransmisikan melalui saluran analog saat ini.

Standart definition TV (SDTV), dapat menggunakan salah satu dari beberapa format yang berbeda mengambil bentuk berbagai aspek rasio tergantung pada teknologi yang digunakan di negara yang broadcast. Untuk- aspek ratio 4:3 dengan format 640x480 digunakan di negara yang menggunakan sistem NTSC, sedangkan 720x576 piksel digunakan di negara yang menggunakan sistem PAL. Untuk aspek rasio 16:9, format 704x480 digunakan di negara yang menggunakan sistem NTSC, sedangkan 720x576 digunakan di negara yang menggunakan sistem PAL.

2.2.1. Standar Siaran TV Digital

Siaran TV Digital memiliki beberapa standar, yaitu Digital Video Broadcasting dan Advanced Television System Comitte. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai DVB dan ATSC :


(28)

1. Digital Video Broadcasting (DVB)

DVB sebagai standar global untuk penyiaran TV digital berawal dari pembentukan DVB project pada 11 September 1993 (Budianto dkk, Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia, Hary(Jakarta: MultikomIndo Persada2007), hal 67). DVB Project beranggotakan sekitar 250 broadcasters, manufacturers, network operators, software developers, regulatory bodies dan lebih dari 35 negara berkomitmen merancang standar teknis terbuka untuk pengiriman global dari TV digital dan data servis. Teknologi DVB telah menjadi bagian integral dari dunia penyiaran, menetapkan standar untuk satelit, kabel, terresterial, layanan berbasis IP (dvb.org). Semua data ditransmisikan dalam MPEG transport streams dengan beberapa kendala tambahan (DVB-MPEG)(http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_Video_Broadcasting).

2. Advanced Television System Comitte (ATSC)

Advanced Television System Comitte merupakan sebuah

organisasi non-profit yang dibentuk pada tahun 1982 yang bertugas mengembangkan standar-standar teknis untuk semua aspek dari televisi digital. Standar ATSC dikembangkan oleh Grand Alliance, sebuah konsorsium perusahaan elektronik dan telekomunikasi yang berkumpul untuk mengembangkan spesifikasi untuk apa yang sekarang dikenal sebagai HDTV. ATSC juga menggunakan standar-definition (SDTV) format, meskipun awalnya hanya layanan HDTV


(29)

diluncurkan dalam format digital. Standar ATSC mendefenisikan suatu sistem yang didesain untuk transmisi video dan audio kualitas tinggi serta data melalui suatu kanal radio selebar 6MHz. Sistem televisi digital ATSC menggunakann MPEG-2 untuk pengodean video dan Digital Audio Compression (AC-3) untuk pengodean audio (Budianto dkk,2007: 52 dan 53). Advanced Television System Comitte untuk transmisi TV Digital melalui Teristerial , kabel dan jaringan satelite.

2.2.2. Penerima Siaran TV Digital

Ada sejumlah cara yang berbeda untuk menerima siaran TV Digital. Salah satu yang paling tertua cara penerimaan DTV (dan TV secara unum) adalah menggunakan antenna (atau lebih dikenal dengan aerial di beberapa Negara). Cara ini dikenal juga sebagai Digital- Terresterial Television (DTT).Cara lain yang telah dirancang untuk penerima siaran TV Digital dengan menggunakan digital cable dan digital satellite. Di beberapa Negara, transmisi dari sinyal Televisi melalui gelombang micro,menggunakan digital MMDS (Multichannel Multipoint Distribution Service). Standar lain, seperti DMB dan DVB-H, dirancang untuk perangkat genggam seperti telepon genggam untuk menerima sinyal TV. Cara lain menggunakan IPTV, menerima TV melalui Internet Protocol, menggandalkan DSL atau kebel optikal. IPTV merupakan cara alternative untuk menerima sinyal TV Digital melalui internet. Sebagai contoh, perangkat lunak P2P (peer-to-peer)


(30)

televisi Internet yang dapat digunakan untuk menonton TV pada komputer.

Berikut merupakan penjelasan secara singkat mengenai digital terestrial, digital cable, digital satellite:

1. Digital Terrestrial Television (DTTV or DTT) adalah evolusi dan perkembangan teknologi dari terrestrial televisi analog, untuk jaringan siaran darat yang ditangkap melalui antenna. Tujuan dari Terrestrial TV Digital hampir sama dengan digital versus analog pada platform lain seperti kebel, satelit, ditandai dengan pengurangan penggunaan spektrum dan kapasitas lebih dari analog, kualitas gambar lebih baik, dan biaya operasi yang lebih rendah untuk siaran dan transmisi setelah biaya upgrade awal. Sebuah- implementasi teknologi terestrial televisi digital menggunakan siaran udara untuk antena konvensional (atau udara), bukan dari parabola atau koneksi kabel.

2. Digital cable adalah istilah generik untuk semua jenis distribusi televisi kabel menggunakan kompresi video digital atau distribusi, Teknologi Digital Cable telah memungkinkan penyedia saluran kabel untuk mengkompresi video sehingga mereka mengambil sedikit ruang frekuensi dan menawarkan berbagai kemampuan komunikasi dua arah. Hal ini memungkinkan penyedia kabel digital untuk menawarkan lebih banyak saluran, video on demand (tanpa menggunakan saluran telepon), layanan telepon, internet kecepatan


(31)

tinggi, dan layanan televisi interaktif. Selain itu, teknologi digital kabel memungkinkan untuk koreksi kesalahan untuk memastikan kualitas sinyal yang diterima dan menggunakan sistem distribusi digital yang aman (yaitu sinyal enkripsi yang aman untuk mencegah penyadapan dan pencurian pelayanan.)

3. Televisi satelit adalah televisi disampaikan dengan cara

komunikasi satelit dan diterima oleh antena luar, biasanya menggunakan parabola, dan sejauh pengguna rumah tangga yang bersangkutan, penerima satelit baik dalam bentuk seperangkat eksternal set-top box atau modul tuner satelit dibangun menjadi sebuah TV. Tuner TV satelit juga tersedia sebagai kartu atau USB stick harus terpasang ke komputer. Di banyak daerah di dunia televisi satelit menyediakan berbagai saluran dan layanan, sering ke daerah-daerah yang tidak dilayani oleh penyedia terestrial atau kabel.

Siaran televisi satelit langsung datang ke masyarakat umum dalam dua cara yang berbeda - analog dan digital. Analog televisi satelit digantikan oleh televisi satelit digital dan yang terakhir akan tersedia dalam kualitas yang lebih dikenal sebagai high-definition television.

2.3.Internet Protocol Television (IPTV)

Internet protocol television (IPTV) adalah sebuah proses menyediakan layanan televisi (video dan audio) melalui jaringan Protokol Internet(Internet


(32)

Protocol dikenal dengan IP). Jaringan IP ini memulai, memproses dan menerima suara atau komunikasi multimedia menggunkan IP. Sistem IP mungkin merupakan sistem IP publik (contoh : Internet), Sistem data pribadi (contoh : berbasis LAN), atau sistem hybrid baik publik ataupun swasta. Pengertian lain dari IP Television (IP TV)-IP television mentransmisikan video dan audio digital melalui data networks, biasanya melalui internet. Layanan IPTV mungkin secara berlangganan (dibayar oleh penerima) atau mungkin didanai oleh iklan atau instansi pemerintah. Penyiaran televisi IP mengirimkan sinyal data multimedia kepada pengguna akhir atau ke titik distribusi yang mengarahkan sinyal televisi digital untuk pengguna akhir (http://www.iptvdictionary.com/).

Internet Protocol Television (IPTV) saat ini merupakan layanan sekumpulan video (dan terkait) dikirimkan kepada konsumen untuk tujuan hiburan. Layanan video ini mungkin meliputi:

• Video siaran langsung. • Content on Demand

• Layanan Interactive TV (iTV)

Layanan IPTV dikirimkan ke seluruh paket jaringan transportasi berdasarkan Protokol Internet dengan keamanan yang sesuai, kualitas layanan dan kehandalan yang diperlukan. Jaringan IP end-to-end mengangkut sinyal audio, video dan control sinyal antara sumber konten dan konsumen. Jaringan IP end-to-end memiliki karaktetistik umum :

• Ini terdiri dari beberapa bagian antara konsumen akhir dan sumber konten, misalnya, jaringan lokal, jaringan akses, jaringan inti.


(33)

• Paket IP dapat dienkapsulasi oleh beberapa transportasi 2 lapisan (misalnya, Ethernet frame.)

• Jaringan akses bagian dari jaringan IP terdiri dari berbagai jenis teknologi untuk transmisi fisik yang terdapat di layer 2 yaitu protokol data unit layer (misalnya, berbagai versi dari DSL, serat optik dan nirkabel.)

• Jaringan lokal yg merupakan bagian dari jaringan IP terdiri dari berbagai jenis teknologi untuk transmisi fisik dari frame Ethernet (misalnya, titik ke titik kabel data (Cat 5 atau 6), Ethernet melalui kabel coaxial, Ethernet melalui kabel listrik dan / atau lokal nirkabel pilihan.)

• Layanan IP lainnya diaktifkan dapat disampaikan secara paralel dengan layanan IPTV saat ini menggunakan akses yang sama.

• Perangkat lain mungkin beroperasi di jaringan lokal secara paralel dan / atau berinteraksi dengan perangkat IPTV saat ini (http://www.atis.org/tops/IEG/ATIS_IPTV_EG_RPT_final.pdf).

Teknologi multicast dapat mengiriman konten yang sama ke-sejumlah pelanggan pada waktu yang bersamaan, multicast tidak membantu pada fitur video on demand, dimana membutuhkan unique stream untuk sampai ke rumah pengguna. Untuk mendukung VoD dan layanan lain menggunakan sebuah unicast stream Jenis stream ini dikontrol oleh Real Time Streaming Protocol (RTSP). Sedangkan Internet Group Management Protocol(IGMP) digunakan untuk mendukung multicasting

MPEG2 telah menjadi format video utama untuk penyiaran tetapi MPEG2 pindah ke lingkungan jaringan dapat menjadi bermasalah karena


(34)

file yang terlalu besar dan akan membuat jaringan menjadi lambat. MPEG-4/AVC (H.264) merupakan encoding (pengkodean) video yang memenuhi persyaratan berkualitas tinggi menggunakan bandwidth yang lebih rendah. H.264 dapat menyampaikan kualitas yang sama seperti MPEG-2 tapi dengan lebar pita yang lebih sedikit (Budianto dkk, 2007: 22) . Hasil output (keluaran) dari encoder MPEG-4/AVC adalah sebuah UDP-IP multicast atau unicast dalam sebuah program tunggal MPEG-2 TS.

2.4.Broadcasting

Broadcasting adalah penyaluran konten audio dan video kekhalayak melalui radio, televisi dan lain. Sejarah Broadcasting televisi secara eksperimen dimulai sejak 1925, dan komersial sejak 1930-an, media pemograman video telah ditunggu oleh masyarakat sejak lama dan cepat berkembang bersaing dengan radio broadcasting yang telah lebih dulu. Kabel radio atau sering disebut juga dengan kabel FM sejak 1928 dan kabel televisi sejak 1932, keduanya menggunakan kabel coaxial, dengan prinsip pelanyanan sebagai media transmisi untuk memproses program, baik itu radio ataupun stasiun televesi, dengan produksi terbatas berdedikasi kabel pemrograman. Televisi satelit ada dari sekitar tahun 1974 dan radio satelit ada sekitar tahun 1990, Webcasting video / televisi (dari sekitar tahun 1993) dan audio / radio (dari sekitar 1994) stream: menawarkan campuran radio tradisional dan program siaran stasiun televisi dengan internet yang didedikasikan pemrograman webcast.


(35)

Pada dunia komputer, broadcasting merupakan metode pengiriman pesan ke-semua penerima secara serentak. Penyiaran dapat dilakukan sebagai operasi tingkat tinggi dalam program, misalnya untuk Interface Message Passing , atau mungkin operasi jaringan tingkat rendah, misalnya untuk penyiaran pada Ethernet. Dalam jaringan komputer, broadcasting lebih kepada transmisi sebuah paket yang akan diterima oleh setiap perangkat pada jaringan. (Andrew Tanenbaum (2003). Computer Networks. p.368. ISBN 0130661023.) Dalam praktenya, cakupan dari broadcast dibatasi oleh

broadcast domain. Broadcast kebalikan dari unicast addressing, dimana

sebuah host mengirim datagram ke sebuah host single yang diidentifikasi oleh alamat IP yang unik.

Gambar 2.1. Anycast

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Anycast.svg 28 Juni 2011, 09:31 WIB

Gambar 2.2. Broadcast

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Broadcast.svg 28 Juni 2011, 09:31 WIB


(36)

Penerus Internet Protocol Version 4 (IPv4), IPv6 juga tidak menerapkan metode siaran untuk mencegah terganggunya semua node dalam jaringan ketika hanya beberapa mungkin tertarik dalam layanan tertentu. Sebaliknya bergantung pada multicast addressing secara konsep mirip metode routing one-to-many . Namun, multicasting membatasi penerima untuk bergabung dengan kelompok multicast tertentu. Ethernet dan IPv4 menggunakan semua yang alamat broadcast untuk menunjukkan paket broadcast. Token Ring menggunakan nilai khusus dalam bidang kontrol IEEE 802.2.

Gambar 2.3. Multicast

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Multicast.svg 28 uni 2011, 09:5 WIB

2.4.1. Broadcast address

Broadcast address adalah alamat logika di mana semua perangkat yang terhubung ke multiple-access jaringan komunikasi diaktifkan untuk menerima datagram. Sebuah pesan dikirim ke alamat broadcast biasanya diterima oleh semua jaringan terpasang host, bukan oleh host tertentu.


(37)

Alamat Ethernet Broadcast dalam hexadecimal adalah FF:FF:FF:FF:FF:FF. Ada beberapa tipe dari IP broadcasting :

1. Batas Alamat IP broadcast adalah 255.255.255.255. Broadcast tidak diteruskan oleh router.

2. Sebuah broadcast diarahkan ke jaringan memiliki bentuk x.255.255.255, dimana x adalah alamat dari jaringan kelas. Broadcast dapat diteruskan tergantung pada program router

3. Paket data dikirim ke smua subnetwork jika paket data itu adalah 10.1.255.255 pd jaringan 10.1.0.0 dan jaringan subnetting dengan beberapa jaringan 10.1.x.0, maka paket data itu akan dikirim ke smua alamat subnetwork

4. Paket data dikirim dengan bentuk alamat subnet 10.1.1.255 dengan subnet mask 255.255.255.0.

2.4.2.Multicast address

"Multicast" kadang-kadang juga salah digunakan untuk mengacu pada siaran multiplexing. Multicast biasa digunakan untuk streaming multimedia, video conference, dan masih banyak yang lain seiring dengan berkembangnya internet.

IP Multicast- Sebuah Internet protocol yang digunakan untuk menyiarkan (broadcast) pesan yang sama ke beberapa penerima. Sebuah pesan multicast IP ditransfer ke semua anggota dalam kelompok ditetapkan (http://www.iptvdictionary.com/).


(38)

Sebuah alamat multicast adalah identifier logis untuk sebuah kelompok host dalam jaringan komputer, yang tersedia untuk proses datagram atau frame yang dimaksudkan untuk multicast untuk layanan jaringan yang ditunjuk. Pengalamatan multicast dapat digunakan di Link Layer (dalam model OSI Layer 2), seperti Ethernet multicast, dan pada layer internet (untuk OSI Layer 3 ) untuk Internet Protocol Versi 4 (IPv4) atau Versi 6 (IPv6).

Ethernet Addressing:

The internet assigned numbers authority (IANA) mengalokasikan alamat ethernet dari 01:00:5E:00:00:00 melalui 01:00:5E:7F:FF:FF untuk multicasting. Ini berarti ada 23 bit yang tersedia untuk ID grup multicast.

IP Addressing :

Rentang alamat IP multicast dimulai dari 224.0.0.0 sampai 239.255.255.255. Dalam heksadesimal yaitu E0.00.00.00 sampai EF.FF.FF.FF. Untuk menjadi alamat multicast, tiga bit pertama dari byte paling signifikan harus diset dan bit keempat harus jelas. Pada alamat IP multicast terdapat 28 bit, sedangkan pada Alamat Ethernet terdapat 23 bit sehingga ada 5 bit IP multicast tidak dapat dipetakan ke dalam sebuah paket data Ethernet. 5 bit tersebut adalah 5 bit yang paling signifikan.


(39)

Gambar 2.4. Pemetaan alamat IP ke alamat Ethernet Sumber : http://www.comptechdoc.org/independent /networking/guide/netbroadcasting.html 30 Juni 2011, 12:19 WIB 2.5.Standar Kompresi MPEG-2

MPEG-2 adalah standar untuk "pengkodean generik gambar bergerak dan informasi audio yang terkait". MPEG-2 menggambarkan kombinasi dari kompresi video lossy dan lossy metode kompresi data audio yang memungkinkan penyimpanan dan transmisi film menggunakan media penyimpanan saat ini tersedia dan bandwidth transmisi. Perkembangan teknologi siaran TV yang mengarah ke siaran TV digital telah menetapkan suatu standar kompresi untuk audio dan video digital yaitu MPEG-2.

Standar MPEG-2 atau ISO/IEC 13818 digunakan sebagai format dari sinyal TV digital yang disiarkan melalui sistem terrestrial (melalui udara), kabel dan sistem televise satelit. MPEG-2 juga merupakan spesifikasi dari format film dan program lain yang didistribusikan pada DVD dan disc sejenis. Seperti stasiun televisi, penerima siaran televisi, pemutar DVD, dan perangkat lain yang sering dirancang menggunakan standar ini. MPEG-2 adalah yang kedua dari beberapa standar yang dikembangkan oleh Moving Pictures Expert Group (MPEG) dan merupakan standar internasional ISO/IEC 13818. Bagian 1 dan 2 dari MPEG-2 dikembangkan dalam sebuah


(40)

tim kolaboratif bersama dengan ITU-T, dan memiliki nomor katalog masing-masing di Seri Rekomendasi ITU-T.

Gambar. 2.5. MPEG-2 digunakan di DVB dan DVD

MPEG-2 digunakan pada Digital Video Broadcast dan Digital Versatile Discs, MPEG transport stream, TS, dan MPEG program stream, PS, adalah format. MPEG-2 adalah inti dari televisi digital dan format DVD. MPEG-2 video tidak dioptimalkan untuk bit rate rendah, terutama kurang dari 1 Mbit / s = 1,000,000 bit/s pada resolusi definisi standar.

2.5.1.MPEG-2 Transport Stream

MPEG-2 Transport Stream adalah sebuah standar transmisi dan penyimpanan audio, video dan data, digunakan pada sistem DVB dan ATSC. Sebuah MPEG-2 Transport Stream, juga disebut sebagai MPEG-2 atau MPEG TS atau hanya TS, adalah format khusus untuk transmisi MPEG (MPEG-1, MPEG-2, atau MPEG-4) video muxed dengan stream lainnya. Ini umumnya digunakan untuk televisi digital dan streaming di seluruh jaringan, termasuk internet.

Transport stream menentukan format kontainer encapsulating packetized elementary streams, dengan koreksi kesalahan dan fitur


(41)

sinkronisasi streaming untuk menjaga integritas transmisi ketika sinyal yang terdegradasi.

Gambar 2.6. Alur model MPEG-2 transport stream

Beberapa program MPEG digabungkan kemudian dikirim ke antena pemancar. Sebuah ATSC receiver kemudian dekode file TS dan menampilkannya.

Transport stream memiliki beberapa elemen penting, elemen-elemen tersebut adalah :

1. Paket

Sebuah paket adalah unit dasar dari data dalam aliran transportasi. paket memiliki data header dan payload. Header tersebut berisikan informasi tabel diluar konten data yang terdapat di dalam paket. Semua konten data di dalam paket berada di bagian payload.


(42)

Gambar 2.7. Paket transport stream

Header terdiri dari sync byte, yang nilainya 0x47, diikuti oleh tiga flags satu-bit dan 13-bit paket Identifier (PID). Kemudian 2 bit Scrambling control Dikuti oleh 4-bit continuity counter. Opsional lahan transport tambahan sebagai sinyal opsional adaption field. Sisa dari paket terdiri dari payload, Panjang dari paket adalah 188 byte. 2. PID

Setiap paket di transport stream yang terdiri dari elementary stream memiliki paket ID 13 bit (PID) sebagai identitas dari setiap paket tersebut saat dilakukan multiplex. Saat dilakukan demultiplex,

demultiplexer akan mengekstrak elemtary stream dari transport

stream dengan mencari paket-paket yang memiliki PID sama.

Kebanyakan aplikasi, pembagian waktu multiplexing berguna untuk memutuskan seberapa sering PID tertentu muncul dalam aliran transportasi.


(43)

3. Program

Transport stream memiliki konsep program. Setiap program tunggal dideskripsikan oleh Program Map Table (PMT) yang memiliki PID yang unik, dan elementary streams yang terkait dengan program yang memiliki PID tercantum dalam PMT.

Sebagai contoh, sebuah transport stream yang digunakan pada televisi digital mungkin berisi tiga program, untuk mewakili 3 siaran televisi. Misalkan masing-masing saluran terdiri dari satu video stream, satu atau dua stream audio, dan setiap metadata yang diperlukan. Sebuah penerima ingin dekode "channel" tertentu hanya diizinkan dekode muatan dari setiap PID yang terkait dengan program. Karena hal ini dapat membuang isi dari semua PID lainnya. Sebuah transport stream dengan lebih dari satu program yang disebut sebagai MPTS - Multi Program Transport Stream. Sebuah program tunggal stream transportasi disebut sebagai SPTS. 4. PSI (Program Specific Information)

Terdapat empat tabel PSI: Program Association (PAT), Program Map (PMT), Conditional Access (CAT), dan Network Information (NIT).

• PAT (Program Association Table) adalah daftar semua program yang tersedia dalam transport stream. Setiap program yang tercantum didentifikasi dengan nilai 16-bit yang disebut program_number. Setiap program yang tercantum dalam PAT


(44)

memiliki nilai terkait dari PID untuk Program Map Table (PMT). Untuk program_number bernilai 0x0000 sudah dialokasikan untuk NIT. Akan tetapi, jika pada PAT tidak terdapat suatu program apapun, maka NIT akan diberikan PID 0x0010. Paket TS yang berisi paket PAT informasi selalu memiliki PID 0x0000.

• CAT - Conditional Access Table mendefinisikan jenis pengacakan yang digunakan dan nilai-nilai PID dari transport streams yang mengandung manajemen akses bersyarat dan hak informasi entitlement information (EMM). PAT dikirim dengan nilai PID 0x001.

• Program Map Tables (PMTs) berisi informasi tentang program. Setiap program memiliki 1 PMT.

• NIT - Network Information Table (PID=10, berisi rincian dari jaringan pembawa yang digunakan untuk mengirimkan MPEG multiplex, termasuk frekuensi pembawa)

5. PCR (Program Clock Reference)

Pada transport stream dapat memiliki beberapa program yang sudah di-multiplex. Setiap program diharapkan dapat disinkronisasikan saat dilakukan decode pada setiap program. Oleh karena itu, PCR dimasukkan saat proses multiplex dilakukan.


(45)

2.5.2.Multiplexing

Dalam elektronik, sebuah multiplexer atau mux adalah perangkat yang memilih salah satu dari beberapa sinyal input analog atau digital dan meneruskan input yang dipilih ke dalam satu line.

Gambar 2.8. Skema Multiplexer 2-ke-1

Sebuah multiplexer dari 2n input memiliki n line, dimana digunakan untuk memilih masukan mana yang akan dikirim ke ouput. Multiplexer biasa digunakan untuk meningkatkan sejumlah data yang dapat dikirim melalui jaringan internet dengan sejumlah waktu dan bandwith tertentu.

Dalam telekomunikasi dan jaringan komputer, multiplexing (atau dikenal dengan muxing) adalah sebuah metode dimana beberapa sinyal pesan analog atau digital data stream digabungkan menjadi satu sinyal melalui media bersama.

Multiplexing yang dimaksud disini secara teknik adalah sebuah audio dan video stream digabung menjadi satu transport stream. Pada sistem MPEG-2, multiplexing merupakan salah satu layanan yang berfungsi untuk menggabungkan dua atau lebih dari elementary stream ke dalam sebuah single stream yang dapat dibawa pada kanal transmisi.


(46)

Gambar 2.9. Bagian komponen dari MPEG-2 transport stream pada proses

multiplexing

Sumber: http://knol.google.com/k/mpeg-2-transmission#

Elementary stream (ES) merupakan suatu paket (stream) yang

hanya berisikan video atau audio saja. Dari masing-masing ES tersebut akan dipaketkan menjadi suatu Packet Elementary Stream (PES). Kemudian, beberapa PES akan di-multiplex menjadi suatu Program Stream (PS). Selanjutnya PS yang bisa lebih dari satu akan di-multiplex menjadi suatu file TS yang akan ditransmisikan pada MPEG-2 stream. 2.6.OpenCaster

Open Caster adalah kumpulan dari open source dan free software yang berjalan pada sistem operasi linux untuk memainkan dan multiplex MPEG transport stream (format standar untuk transmisi dan menyimpan audio,video) OpenCaster merupakan sebuah perangkat lunak berlisensi GNU/GPL yang dapat digunakan untuk menghasilkan paket data MPEG-2 transport stream dan memanipulasi paket data tersebut. Perangkat lunak ini berjalan di sistem Linux dan memiliki tujuan dasar untuk dapat melakukan multiplex


(47)

video dan audio digital, serta mensinkronisasikan pada hasil keluaran. Adapun pengembangan dari OpenCaster, baik dari segi tools ataupun library yang disediakan adalah menggunakan bahasa pemrograman Python (2.4) dan C (ANSI ’99). Python digunakan untuk menghasilkan data bagian, sedangkan C digunakan sebagai pengkodean transport stream.

Selain menghasilkan paket data MPEG-2 transport stream dan memanipulasi paket data, OpenCaster juga memiliki kemampuan spesifik dalam segi fungsionalitasnya.

Berikut adalah beberapa kemampuan lainnya yang dapat dilakukan oleh OpenCaster untuk versi terbaru, yaitu versi 3.0:

• Membuat tabel PSI/SI

• Mampu memainkan setiap jenis berkas MPEG-2 transport stream dengan baik

• Menghasilkan data stream lainnya yang dibawa pada sebuah TS

• Mengubah filesystem di carousels DSMCC

• Memanipulasi TS secara real time yang disimpan dalam hard disk

• Melakukan multipleks transport stream constant bit rate (CBR)

• Melakukan restamp PCR, PTS & DTS

• Melakukan DVB-ASI dengan menggunakan perangkat keras PCI dan USB

• Melakukan DVB-S, DVB-T, dan DVB-C dengan menggunakan perangkat keras DekTec DTA-110T.

• Dukungan awal untuk H264 (cek manual untuk x264 misalnya, tidak mendukung untuk file gabungan)


(48)

udp transportasi stream remultiplexing (input dan ouput harus ts multicast melalui udp)

• alat kompresi m2ts

• Mendukung frame rate 24fps

Pada OpenCaster terdapat fungsi-fungsi yang dapat dijalankan untuk melakukan proses multiplex ataupun memanipulasi data transport stream. Pada Tabel 2.1 memperlihatkan beberapa fungsi dalam melakukan kedua proses tersebut yang terdapat di OpenCaster:

Tabel 2.1 Daftar beberapa fungsi pada OpenCaster. Nama

Fungsi

Deskripsi

Tsloop Membuat berkas transport stream melakukan proses

loop. Sintaks:

tsloop filename1.ts filename2.ts ... filenameN.ts

Tsstamp Memperbaiki PCR (Program Clock Reference) dimana

informasi pemilihan waktu pada transport stream mengalami kesalahan.

Sintaks:

tsstamp input.ts transport_rate_bit/s

Tscbrmuxer Melakukan multiplex berbagai data, baik data audio,

video, ataupun data lainnya yang akan disiarkan melalui transport stream.

Sintaks:

tscbrmuxer b:bitrate_pat pat.ts b:bitrate_cat cat.ts b:pmt1_bitrate pmt1.ts b:nit_bitrate nit.ts


(49)

stream. Sintaks:

tspcrmeasure input.ts expected_bit/s

Tspidmapper Mengubah nilai PID yang lama ke sebuah nilai PID

yang baru. Sintaks:

tspidmapper input.ts [b:buffer_size_in_packets] PID1 to PID2 and PID3 to PID4 and ...

Tsnullshaper Memasukkan paket null ke dalam berkas transport

stream dengan yang berfungsi untuk mengisi transport stream yang masih kosong.

Sintaks:

Tsnullshaper input.ts [b:packets_buffer] +file1.ts +file2.ts +file3.ts ... t:1000 filex.ts ... s: ip.ts

tsudpsend Melakukan penyiaran audiovideo melalui jaringan IP

menggunakan protokol UDP. Sintaks:

tsudpsend [file.ts] [ip address] [port] [bitrate] 2.7.FFmpeg

FFmpeg adalah alat konversi audio / video.. FFmpef termasuk libavcodec, library terkemuka dari open source codec. Sebuah server streaming untuk live broadcast juga termasuk dalam FFmpeg. FFmpeg adalah cross-platform solusi untuk merekam, mengubah dan stream audio dan video. FFmpeg adalah piranti lunak berlinsensi LGPL atau GPL tergantung konfigurasi yang dipilih.

Sintaks Dasar dari command FFmpeg : [rain]$ ffmpeg -i input.avi output.mpg


(50)

FFmpeg secara otomatis menebak encoders mana yang akan digunakan dengan memperhatikan format input dan file output. Pastikan menyebutkan nama file dengan lengkap beserta dengan format file tersebut. Generalisasi standar sintaks command dari ffmpeg :

[rain]$ ffmpeg -i inputfile.fmt1 outputfile.fmt2

Catatan : Pilihan FFmpeg selalu menerapkan ke file berikutnya dalam daftar argumen. Tidak peduli apakah itu input atau output file. Misalnya setiap flag/argumen yang disebutkan dalam perintah setelah nama file input maka selanjutnya akan menjadi nama file output.

Berikut ini beberapa kombinasi sintaks yang lain yang terdapat pada ffmpeg : 1. Mengatur Resolusi atau frame size dari video menggunakan ffmpeg

Pengaturan frame size untuk hasil video akhir menggunakan flag (tanda) '-s'.[shredder12]$ ffmpeg -i inputfile.avi -s 320x240 outputfile.avi

Dapat menggunakan notasi langsung di tempat menuliskan resolusi. contoh: hd720 singkatan untuk 1280x720. Berikut akan ditulis beberapa singkatan frame size lain yang sering digunakan. Lihat Tabel 2.2. Variasi pilihan untuk singkatan frame size.

Tabel.2.2. Variasi pilihan untuk singkatan frame size

sqcif 128x96 qcif 176x144 cif 352x288 4cif 704x576 qqvga 160x120 qvga 320x240 vga 640x480 svga 800x600 xga 1024x768 uxga 1600x1200 qxga 2048x1536 sxga 1280x1024 qsxga 2560x2048 hsxga 5120x4096 wvga 852x480 wxga 1366x768 wsxga 1600x1024 wuxga 1920x1200 woxga 2560x1600 wqsxga 3200x2048 wquxga 3840x2400 whsxga 6400x4096 whuxga 7680x4800 cga 320x200 hd480 852x480 hd720 1280x720 hd1080 1920x1080


(51)

2.Menagutur bitrate dari Video

-b <value> tanda ini digunakan untuk mengatur bitrate dari video file [shredder12]$ ffmpeg -i input.avi -b 200k output.avi

3. Mangatur frame rate dari video

-r <value>tanda ini digunakan untuk mengatur frame rate. [shredder12]$ ffmpeg -i input.avi -r 25 output.avi

4. Konversi High Quality file menjadi .flv format file Spesifikasi output:

Video Bitrate: < 500 kbps aspect ratio: 480x360 audio bitrate: 32kbps Frames per second: 25

Menggunakan komen berikut untuk menerapkan spesifikasi diatas. [shredder12]$ ffmpeg -i recorded_file.mov -ar 22050 -ab 32k -r 25 -s 480x360 -vcodec flv -qscale 9.5 output_file.avi

ar digunakan untuk mengatur frekuensi audio untuk output file. Nilai

standar ar adalah 41000Hz tapi contoh diatas menggunakn nilai yang lebih randah untuk menghasilkan flv file.

qscale adalah skala kuantisasi yang pada dasarnya merupakan skala kualitas untuk kecepatan bit variabel dan coding, dengan angka yang lebih rendah

Unutk mengetahui seluruh format yang didukung oleh FFmpeg dapat menjalankan command berikut ini : [rain]$ffmpeg -formats


(52)

5. Pengkodean dasar Audio pada FFmpeg

Stelah mengetahui command dasar dari ffmpeg, sekarang beberapa pilihan dasar yang dapat digunakan untuk pengkodean audio transcoding -ar <value> untuk mengatur frekuensi audio audio untuk output file. Nilai comman yang digunakan adalah 22050, 44100, 48000 Hz.

-ac <value> Mengatur jumlah saluran audio.

-ab <value> tanda ini digunakan untuk mengatur nilai bitrate dari file audio. misalnya menggunakan-ab 128k untuk menggunakan bitrate 128KB. Semakin tinggi nilai, semakin baik kualitas audio. Ini adalah salah satu faktor penting yang bertanggung jawab atas kualitas audio. Tapi itu tidak berarti Anda dapat membuat file audio yang jelek menjadi lebih baik dengan meningkatkan bitrate nya. File yang dihasilkan hanya akan menjadi ukuran yang lebih besar.

-an singkatan untuk "no audio recording" dan dapat digunakan untuk menghapus sebuah stream audio dari file media. Ketika menggunakan pilihan ini, semua yang lain atribut yang terkait audio dibatalkan.

-acodec pilihan ini memungkinkan untuk memilih jenis codec audio yang inginkan. misalnya jika Anda menggunakan ffmpeg pada file mp3, maka akan membutuhkan libmp3lame audio codec. Anda dapat menentukan dengan menggunakan-acodec libmp3lame. Meskipun, secara default, ffmpeg yang akan mencari dari codec yang dibutuhkan (dengan menebak dari format file output) .


(53)

[shredder12]$ ffmpeg -i input.wav output.mp3

Jika tidak mencari format file tertentu, kemudian coba dan gunakan format open audio ogg vorbis. Berikut printah untuk mengkonversi file audio ke format ogg vorbis.

[shredder12]$ ffmpeg -i input.mp3 -b 128k output.ogg

Sintak tersebuat akan langsung mengkonversi file audio mp3 menjadi format file open ogg.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan rangkaian dalam penulisan skripsi tentang perancangan aplikasi antarmuka pemacar siaran TV digital menggunakan media Internet Protokol. Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan aplikasi pada bidang peminatan ini meliputi dua metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem.

Metode yang digunakan dalam pembuatan aplikasi pada bidang peminatan ini meliputi dua metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem.

3.1. Metode Pengumpulan Data

Penyusunan skripsi ini memerlukan data-data serta informasi sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi uraian dan pembahasan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan :

3.1.1. Studi Kepustakaan

Pada tahap pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan bermaksud untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan objek penelitian. Pencarian data dengan buku maupun mencari artikel yang berkaitan dengan objek penelitian melalui Internet. Data-data tersebut dijadikan sebagai landasan teori skripsi.


(55)

39 

 

Beberapa refrensi diantaranya adalah :

1. Hary Budiarto. et al. 2007. Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia. Bandung : PT. Multikom Indo Persada.

2. Fungsi-fungsi ffmpeg : http://ffmpeg.org/ ffmpeg-doc.html#SEC98

3.1.2.Studi Literatur

Selain studi pustaka , menggunakan referensi lain berupa : bahan tulisan dari skripsi atau penelitian yang objek pembahasannya hampir sama, contohnya adalah penelitian tentang TV Digital, IPTV dan skripsi atau penelitian menggunakan metode LUCID (Logical User Centered Interface Diagram).

Berikut beberapa studi literature yang digunakan :

1. PEMANCAR TV DIGITAL DVB-T BERBASIS SOFTWARE http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-100010039894/12839 2. Analisis Dan Usulan Pengembangan User Interface Software

Permainan Edukasi Untuk Anak- Anak Dengan Metode Lucid (Logical User Centered Interaction Design)

ebookbrowse.com/l2h-004-604-doc-d61323980 3.1.3. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Moh.Nazir,2005:175)


(56)

40 

 

Perancangan aplikasi melakukan pengamatan atau peninjauan langsung yang dilakukan di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lantai 21 Gedung 2 Jalan MH. Thamrin no 8 Jakarta Pusat 10340. Obeservasi ini dilakukan pada bulan April sampai bulan Agustus 2011. untuk mengetahui secara langsung keadaan objek penelitian yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara jelas mengenai data-data dan informasi dalam perancangan aplikasi.

3.2. Metode Perancangan Aplikasi

Perancangan aplikasi ini menggunakan metode Lucid (Logical User-Centered Design). LUCID adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan kegiatan yang mendefinisikan dan bentuk produk interaktif. Pada awalnya berguna untuk mendukung pengembangan perangkat lunak yang sangat bermanfaat dan situs web. LUCID juga berguna untuk jenis produk interaktif lainnya. Lucid memandu kita untuk memutuskan fungsionalitas produk yang butuhkan. Hal ini tidak hanya fokus pada apa yang seharusnya produk lakukan tetapi bagaimana merancang fungsi yang terbaik dari perspektif pengguna. Prinsip utama dari Kerangka Lucid adalah bahwa merancang produk harus menawarkan pengguna efektivitas, efisiensi, keterlibatan, toleransi kesalahan dan kemudahan belajar. (http://leadersintheknow.biz/Portals/0/Publications/Lucid-Paper-v2.pdf)


(57)

41 

 

Enam tahapan pada metode Logical User-Centered Design (Charles B. Kreitzberg, PhD) yaitu :

1. Envision (Membayangkan): Mengembangkan konsep produk secara jelas, Menentukan tujuan kegunaan untuk rancangan antarmuka.

2. Conduct User and Task Analysis (Perilaku pengguna dan Analisis tugas): Meneliti dan menganalisa kebutuhan pengguna agar mencapai target sesuai dengan harapan.

3. Design and Prototype (Rancangan dan Prototipe) : Merancang konsep dan membuat kunci layar prototipe untuk mengilustrasikan antarmuka. 4. Evaluate and Refine (Evaluasi dan Perulangan) : Rancangan berulang

dan perbaikan terhadap rancangan.

5. Complete Detailed Design and Production(Melengkapi detail Rancangan dan Produksi) : Penerapan pada perangkat lunak.

6. Release and Follow Up (Rilis dan tindakan lanjut) : Merencanakan dan implementasi pengenalan produk kepada pengguna , termasuk evaluasi kemampuan akhir untuk meyakinkan bahwa hasil akhir telah dibangun seperti yang telah dirancang pada awal projek.

Perancangan antarmuka dapat dilakukan dengan menggunakan alat Delphi, Power Builder,VC++, Vbasic, Motif, Java, Toolbook, Hypercard, Access, Labview, Netscape Gold, Internet Explorer,Powerpoint,MS

Access, SE tools. Komponen utama Lucid adalah ease-of-understanding

(memudahkan untuk mengerti) dan ease-to-use (memudahkan dalam menggunakan). Lucid memfokuskan pada ‘front-end’ dari perangkat lunak: menaksir kebutuhan dari pengguna (user requirement) dan mengembangkan


(58)

42 

 

sebuah tampilan, perasaan dan pengarahan aliran (flow) yang mendukung kebutuhan fungsi (function requirements) dari sebuah sistem. Lucid tidak mempermasalahkan arsitektur teknis dibandingkan beberapa metodologi yang telah ada sebelumnya.

3.2.1. Envision (Membayangkan)

Pada tahap ini, tahapan awal untuk menentukan rancangan aplikasi. Terdapat dua blok dimana blok lama atau rancangan lama adalah titik awal sehingga ide baru pada rancangan baru tercipta. Berikut blok rancangan lama dan rancangan baru yang terdapat pada Tabel. 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Rancangan Lama dan Rancangan Baru Rancangan Lama Rancangan Baru 1. OpenCaster menggunakan

terminal.

2. Format video yang digunakan adalah *.ts (transport stream)

1. Membuat rancangan antar muka agar pengguna lebih mudah dalam menyiarkan konten program TV Digital.

2. Aplikasi ini akan dilakukan pengaturan agar format selain *.ts (transport stream) dapat digunakan pada aplikasi ini.

3.2.2. Conduct User and Task Analysis (Perilaku pengguna dan Analisis tugas)

Tahap ini mencari kebutuhan dari pengguna untuk merancang aplikasi antarmuka yang akan dibuat. Beberapa analisa kebutuhan aplikasi yang dirancang, yaitu :


(59)

43 

 

1. Merancang GUI (Guide User Interface) untuk mempermudah admin pemancar siaran TV digital dalam menyiarkan konten.

2. Format konten yang dapat dilakukan multiplexing sebelum akhirnya dipancarkan hanya file dengan format *.ts, maka dirancang agar format file lain dapat digunakan pada aplikasi yang akan dibuat.

Tahap ini juga akan menganalisa spesifikasi dan kebutuhan (Specification and Requirement) dari Aplikasi, Spesifikasi aplikasi ini terbagi menjadi dua yaitu spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan oleh aplikasi ini.

3.2.3. Design and Prototype (Rancangan dan Prototipe)

Setelah analisis kebutuhan selesai maka tahap selanjutnya adalah perancangan dan pembuatan prototype bagaimana aplikasi antarmuka ini akan berjalan. Tahap perancangan (design) adalah membuat spesifikasi aplikasi, spesifikasi yang akan dibuat berdasarkan pada langkah berikut :

1. UML (usecase diagram, sequence diagram dan class diagram) 2. Perancangan bagan alir (process flowchart).

3. Perancangan antar muka (user interface). 3.2.4. Evaluate and Refine (Evaluasi dan Perulangan)

Tahap ini akan dilakukan analisa kembali terhadap rancangan yang telah disusun sebelumnya, dan akan dilakukan perbaikan terhadap rancangan bila diperlukan. Evaluasi dilakukan pada kasus ini oleh admin, apakah rancangan prototipe sudah sesuai dengan harapan admin. Jika


(60)

44 

 

sesuai maka tahap selanjutnya akan dilakukan, jika tidak maka langkah 1,2 dan 3 diperbaiki.

3.2.5. Complete Detailed Design and Production (Melengkapi detail Rancangan dan Produksi)

Pada tahap ini akan dilakukan proses produksi pembuatan aplikasi antarmuka, dimana protyping yang sudah disepakati akan diterjemahkan kedalam bahasa pemograman yang sesuai. Aplikasi ini dibuat menggunakan editor : Netbeans dan multimedia tools : OpenCaster, ffmpeg. Rancangan latar belakang aplikasi dirancang menggunakan Adobe Photoshop CS2.

3.2.6. Release and Follow Up (Rilis dan tindakan lanjut)

Pada tahap akhir ini yang dilakukan adalah merencanakan dan melaksanakan pengenalan produk kepada pengguna, pada kasus ini aplikasi antarmuka akan dikenalkan kepada admin pemnacar konten TV digital. Tahap ini juga akan dilakukan evaluasi kegunaan akhir untuk meyakinkan bahwa hasil akhir yang telah dibangun seperti yang telah dirancang pada awal proyek. Membuat dan memantau mekanisme umpan balik untuk mengumpulkan data untuk peluncuran (launching/release). 3.3. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan pada saat penelitian antara lain berupa peragkat keras dan perangkat lunak :

1. Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah laptop yang digunakan sebagai pemancar dengan spesifikasi Processor Pentium(R) Dual-Core CPU T4200 @ 2.00 GHz , Memory RAM 2 GB


(61)

45 

 

DDR2, DVD super multi dan WLAN. Dan sebuah laptop lainnya dengan syarat memiliki WLAN.

2. Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

• Sistem Operasi Open Source (Ubuntu 10.04 LTS)

• Open Caster 2.4 sebagai perangkat lunak server broadcast

• FFMPEG, dvgrab, dan tstools

• JDK (Java Development Kit) versi 6 sebagai Java Virtual Machine

• Netbeans IDE 6.9 sebagai tempat mengembangkan program.

• Photoshop CS 2 sebagai tempat untuk pendesain interface aplikasi


(62)

BAB IV

ANALISA, PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1.Profil BPPT

4.1.1.Sejarah BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr.Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat

pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.

Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991. 


(63)

47        Berikut ke 1. Prof. 2. Prof. 3. Prof. 4. Dr. A 5. Ir. M. 6.Dr. Ku 7. Prof. 8. Dr. Ir

epala-kepala Dr.Ing. B.J Dr. Rahard Dr. Zuhal M A.S. Hikam

. Hatta Raja usmayanto

Ir. Said Dja r. Marzan A

a BPPT dar J. Habibie 1 di Ramelan 1

MSEE 1998 1999-2001 asa 2001-20

Kadiman 20 auharsyah J A. Iskandar 2

i awal berdi 974-1998 1998-1998 8-1999

004 004-2006

enie, Sc.D 2 2008-Sekara

iri sampai s

2006-2008 ang

sekarang:

4.1.2.Struktur OOrganisasi

Gam BPPT


(64)

48 

 

4.1.3.Visi dan Misi BPPT 1. VISI

Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan Kemitraan melalui Pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara Maksimum.

2. MISI

• Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk industri

• Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah.

• Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa

4.2. Hasil Obeservasi

Perancangan aplikasi melakukan pengamatan atau peninjauan langsung yang dilakukan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Bagian Pusat Teknologi Informasi dan komunikasi Gedung II Lt.21, Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta Pusat 10340, untuk mengetahui secara langsung keadaan objek penelitian yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara jelas mengenai data-data dan informasi dalam perancangan aplikasi. Berikut ini merupakan informasi yang didapat dari tempat penelitian :

Pada gambar 4.2 dibawah ini digambarkan tentang model topologi yang dapat diterapkan dalam sistem IPTV.

   


(65)

49 

 

Gambar 4.2 Model Topologi yang dapat diterapkan Sumber: konsep BPPT

Pada gambar di atas dijelaskan bahwa pada sisi penyelenggara terdiri dari penyedia konten dan penyiar konten. Penyedia konten bertugas memproduksi konten yang akan disiarkan. Dalam hal ini penyedia konten tersebut adalah setiap stasiun televisi. Sedangkan pada penyiar konten, bertugas mengunduh konten pada penyedia konten kemudian melakukan multiplexing dan menyiarkan hasil multiplex tersebut melalui jaringan IP.

Kemudian pada sisi penikmat konten, dapat menikmati siaran dengan syarat terhubung dengan jaringan internet (dapat juga untuk jaringan lokal). Siaran Televisi Digital IPTV ini dapat dinikmati dengan menggunakan pesawat televisi maupun perangkat komputer. Untuk dapat menikmati layanan IPTV menggunakan pesawat televisi, khususnya televisi analog maka diperlukan sebuah set top box yang

   


(66)

50 

 

mendukung IPTV. Set top box ini berfungsi sebagai alat yang dapat mengkonversi sinyal siaran digital yang diterima menjadi sinyal analog yang dapat diterima oleh pesawat televisi analog. Sedangkan untuk menikmati layanan IPTV menggunakan komputer, diperlukan media player yang mendukung streaming video pada jaringan, contohnya VLC media player.

Adapun proses transmisi data yang terjadi ketika proses penyiaran dapat dilihat pada gambar struktur komunikasi data berikut.

server klien 

Gambar 4.3 Layer Program Sumber: Konsep TCP/IP Layer

Pada gambar 4.3 di atas merupakan gambaran aliran data yang terjadi dari server menuju klien. Proses tersebut digambarkan dalam TCP/IP layer.

1. Aplication Layer

Pada layer ini tedapat perangkat lunak OpenCaster IPTV. Pada perangkat lunak tersebut, akan melakukan multiplex audio    


(67)

51 

 

video dengan bantuan tabel PSI yang dibentuk. Kemudian mengubahnya menjadi pesan UDP melalui perintah “tsudpsend”.

Gambar 4.4. Proses multiplexing program

Selain OpenCaster, yang berada pada layer ini adalah VLC media player. Pada VLC media player terjadi proses demultiplex, yaitu memecah pesan UDP hasil multiplexing menjadi beberapa stream sehingga dapat dinikmati oleh klien.

2. Transport Layer

Yang berada pada lapisan transport ini adalah protokol UDP yang digunakan sebagai media transmisi data. Alasan menggunakan UDP karena UDP merupakan protokol yang tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host tertentu, maka transmisi

broadcast pun dimungkinkan. Sebuah protokol lapisan aplikasi

dapat mengirimkan paket data ke beberapa tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast.

3. Internet Layer

Yang berada pada internet layer adalah IP multicast. IP

multicast adalah metode pengiriman datagram IP kepada

sekelompok penerima dengan transmisi tunggal.

   


(68)

52 

 

4. Physical Layer

Yang termasuk ke dalam layer ini adalah perangkat media transmisi yang digunakan pada sistem IPTV seperti ethernet card, kabel UTP, dan modem.

4.3.Alasan Menggunakan LUCID

Alasan menggunakan metode LUCID, karena kerangka LUCID menawarkan pengguna efektifitas, efisiensi, keletelibatan, toleransi kesalahan dan kemudahan dalam belajar terhadap aplikasi. Berikut penjelasan lebih lanjut manfaat dari produk berdasarkan metode LUCID, yaitu :

1. Efektifitas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tt obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan); mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan). Berdasarkan pengertian kamus bahasa Indonesia maka efektifitas yang dimaksud pada aplikasi ini adalah aplikasi memberikan pengaruh yang positif terhadap admin (pihak yang akan menggunakan aplikasi ini), admin jadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan menyiarkan konten siaran TV digital berbasis IPTV, dapat digunakan secara langsung tanpa harus mempelajari fungsi-fungsi dari OpenCaster dan FFmpeg karena aplikasi sudah mengatur semua kebutuhan tersebut pada aplikasi.

   


(69)

53 

 

2. Efisiensi

Kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna. Sedangkan efisiensi pada aplikasi adalah waktu untuk melakukan penyiaran siaran TV digital berbasis IPTV dapat menghemat waktu karena admin tidak perlu mengetik perintah-perintah OpenCaster dan FFmpeg secara manual melalui terminal yang memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan menggunakan aplikasi antarmuka ini.

3. Keterlibatan

Aplikasi ini menuntut keterlibatan admin dalam melakukan setiap tahap dalam memproses hasil akhir.

4. Toleransi Kesalahan

Dengan adanya aplikasi ini maka tingkat melakukan kesalahan dalam melakukan penyiaran konten digital lebih kecil, karena admin yang tidak perlu melakukan pengetikan perintah manual seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

5. Kemudahan belajar

Mudah untuk mempelajari kegunaan dari aplikasi antar muka ini karena sudah menggunakan tampilan antarmuka yang mudah dipahami.

   


(70)

54 

 

4.4. Metode Pengembangan Aplikasi 4.4.1. Envision (Membayangkan)

Pada tahap ini, tahapan awal untuk menentukan rancangan aplikasi. Terdapat dua blok dimana blok lama atau rancangan lama adalah titik awal sehingga ide baru pada rancangan baru tercipta.

Tabel 4.1. Konsep Rancangan Umum

 

Rancangan Lama Rancangan Baru

1. OpenCaster menggunakan terminal.

2. Format video yang digunakan adalah *.ts (transport stream)

1. Membuat rancangan antar muka agar pengguna lebih mudah dalam menyiarkan konten program TV Digital. 2. Aplikasi ini akan dilakukan

pengaturan agar format selain *.ts (transport stream) dapat digunakan pada aplikasi ini. Dari tabel rancangan diatas maka diharapkan pengguna aplikasi akan lebih mudah menyiarkan konten siaran TV digital karena ada perantara yang mendukung yaitu tampilan antarmuka (interface). Dan file yang bisa untuk aplikasi ini tidak lagi terbatas pada file dengan format video transport stream,file dengan format video yang lain seperti * mp4, wmv, flv, mpg, asf, mov, avi, mkv.

Berdasarkan pendekatan model topologi yang telah dijelaskan, pada gambar 4.4 dibawah ini digambarkan topologi penyiaran konten siaran Televisi Digital. Dimana CPU server

   


(71)

55 

 

dipersiapkan untuk dapat menjadi pemancar IPTV dan PC lain atau laptop dijadikan sebagai media penerima siaran.

Gambar 4.5. Rancangan Penyiaran

Adapun perbedaan model usulan dengan pendekatan model topologi yang dijelaskan yaitu pada topologi jaringan dan media penerima. Pada rancangan ini pemancar IPTV telah menyediakan file-file sehingga tidak perlu mengunduh dari server penyedia konten dan penerima siaran televisi digital pada rancangan ini hanya perangkat keras Laptop ataupun komputer.

4.3.2. Conduct User and Task Analysis (Perilaku pengguna dan Analisis tugas)

Tahap ini mencari kebutuhan dari pengguna untuk merancang aplikasi antarmuka yang akan dibuat. Tahap ini juga menganalisa kebutuhan dari aplikasi baik kebutuhan non fungsional maupun kebutuhan fungsional.

   


(72)

56 

 

Beberapa analisa kebutuhan aplikasi yang dirancang, yaitu :

1. Merancang GUI (Guide User Interface) untuk mempermudah admin pemancar siaran TV digital dalam menyiarkan konten.

2. Format konten yang dapat dilakukan multiplexing sebelum akhirnya dipancarkan hanya file dengan format *.ts, maka dirancang agar format file lain dapat digunakan pada aplikasi yang akan dibuat.

Spesifikasi dan Kebutuhan (Specification and Requirement) dari Aplikasi, Spesifikasi aplikasi ini terbagi menjadi dua yaitu spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan oleh aplikasi ini. Berikut merupakan spesifikasi yang diperlukan oleh aplikasi :

1. Spesifikasi Minimum Perangkat Keras

Spesifikasi perangkat keras ada dua jenis kebutuhan. yaitu spesifikasi untuk pemancar dan spesifikasi untuk klient. Berikut rincian spesifikasi minimum untuk pemancar maupun klient:

1) Server

a) Prosesor dengan kecepatan 3,0 GHz

b) Memory 2GB

c) Harddisk 80GB

d) VGA 128MB e) Monitor

f) Keyboard dan Mouse standar

   


(1)

      "\t\t\t running_status = 4,\n" +        "\t\t\t free_CA_mode = 0,\n" + 

      "\t\t\t service_descriptor_loop = [\n" +        "\t\t\t\t service_descriptor(\n" +        "\t\t\t\t\t service_type = 1,\n" + 

      "\t\t\t\t\t service_provider_name = \""+providerName[i‐1]+"\",\n" +        "\t\t\t\t\t service_name = \""+serviceName[i‐1]+"\",\n" + 

      "\t\t\t\t ),\n" +        "\t\t\t ],\n" +        "\t\t ),\n";          } 

        return service_loop;      } 

    public String getPMT(int jumlahUser, int[] pidau, int[] pidvi){          String pmt = ""; 

        for(int i = 1 ; i <= jumlahUser‐1 ; ++i){ 

      pmt +=  "pmt"+(i)+" = program_map_section(\n" + 

      "\t program_number = avalpa"+(i)+"_service_id,\n" +        "\t PCR_PID = 0x"+(pidvi[i‐1])+",\n" + 

      "\t program_info_descriptor_loop = [],\n" +        "\t stream_loop = [\n" + 

      "\t\t stream_loop_item(\n" +        "\t\t\t stream_type = 2,\n" + 

      "\t\t\t elementary_PID = 0x"+(pidvi[i‐1])+",\n" +//hasil pid input diletak diini        "\t\t\t element_info_descriptor_loop = []\n" + 

      "\t\t ),\n" + 

      "\t\t stream_loop_item(\n" +        "\t\t\t stream_type = 4,\n" + 


(2)

      "\t\t\t elementary_PID = 0x"+(pidau[i‐1])+",\n" + // +1        "\t\t\t element_info_descriptor_loop = []\n" + 

      "\t\t ),\n" +        "\t ],\n" + 

      "\t version_number = 1,\n" +        "\t section_number = 0,\n" +        "\t last_section_number = 0,\n" +        ")\n"; 

        } 

        return pmt;      } 

    public String generatePMT(int jumlahUser, String folderUser){          String output = ""; 

        for(int i = 1 ; i <= jumlahUser‐1 ; ++i){ 

      output += "out = open('"+folderUser+"temps/pmt"+(i)+".sec', \"wb\")\n" +        "out.write(pmt"+(i)+".pack())\n" + 

      "out.close\n" + 

      "out = open('"+folderUser+"temps/pmt"+(i)+".sec', \"wb\")\n" +        "out.close\n" + 

      "os.system('sec2ts ' + str(avalpa"+(i)+"_pmt_pid) + ' < 

"+folderUser+"temps/pmt"+(i)+".sec > "+folderUser+"temps/mptspmt"+(i)+".ts')\n";          } 

        return output;      } 

    public String generatePSI(int ini,int[] serviceId,String[] serviceName, int[] 

valuePMTID,String networkName,String[] providerName, String folderUser, int[] pidau, int[] 

pidvi) throws Exception{          String s = ""; 


(3)

        s = "#! /usr/bin/env python\n" +        "import os \n" + 

      "from dvbobjects.PSI.PAT import *\n" +        "from dvbobjects.PSI.NIT import *\n" +        "from dvbobjects.PSI.SDT import *\n" +        "from dvbobjects.PSI.PMT import *\n" +        "from dvbobjects.PSI.TDT import *\n" + 

      "from dvbobjects.DVB.Descriptors import *\n" +        "from dvbobjects.MPEG.Descriptors import *\n" +        "avalpa_transport_stream_id = 1\n" + 

      "avalpa_original_transport_stream_id = 1\n" +        getAvalpaServiceID(jumlahUser,serviceId)+         getAvalpaPMTID(jumlahUser,valuePMTID) +         "\n" + 

      "nit = network_information_section(\n" +        "\t network_id = 1,\n" + 

      "\t network_descriptor_loop = [\n" + 

      "\t\t network_descriptor(network_name = \""+networkName+"\",),\n" +        "\t ],\n" + 

      "\t transport_stream_loop = [\n" +        "\t\t transport_stream_loop_item(\n" + 

      "\t\t\t transport_stream_id = avalpa_transport_stream_id,\n" + 

      "\t\t\t original_network_id = avalpa_original_transport_stream_id,\n" +        "\t\t\t transport_descriptor_loop = [\n" + 

      "\t\t\t\t service_list_descriptor(\n" + 

      "\t\t\t\t\t dvb_service_descriptor_loop = [\n" +        getServiceDescriptor(jumlahUser) + 


(4)

      "\t\t\t\t ),\n" + 

      "\t\t\t\t logical_channel_descriptor(\n" + 

    "\t\t\t\t\t lcn_service_descriptor_loop = [\n" + 

      getLogicalChannel(jumlahUser,serviceId)+         "\t\t\t\t\t ],\n" + 

    "\t\t\t\t ),\n" + 

      "\t\t\t ],\n" +        "\t\t ),\n" +        "\t ],\n" + 

      "\t version_number = 1,\n" +        "\t section_number = 0,\n" +        "\t last_section_number = 0,\n" +        ")\n" + 

      "\n" + 

      "pat = program_association_section(\n" + 

      "\t transport_stream_id = avalpa_transport_stream_id,\n" +        "\t program_loop = [\n" + 

      getProgramLoopPAT(jumlahUser) +        

      "\t ],\n" + 

      "\t version_number = 1,\n" +        "\t section_number = 0,\n" +        "\t last_section_number = 0,\n" +        ")\n" + 

      "\n" + 

      "sdt = service_description_section(\n" + 

      "\t transport_stream_id = avalpa_transport_stream_id,\n" + 


(5)

      "\t service_loop = [\n" + 

      getServiceLoopSDT(jumlahUser,providerName,serviceName) +        

      "\t ],\n" + 

      "\t version_number = 1,\n" +        "\t section_number = 0,\n" +        "\t last_section_number = 0,\n" +        ")\n" + 

      "\n" + 

      getPMT(jumlahUser, pidau, pidvi) +   

      "out = open('"+folderUser+"temps/nit.sec\', \"wb\")\n" +        "out.write(nit.pack())\n" + 

      "out.close\n" + 

      "out = open('"+folderUser+"temps/nit.sec', \"wb\")\n" +        "out.close\n" + 

      "os.system('sec2ts 16 < "+folderUser+"temps/nit.sec >  "+folderUser+"temps/mptsnit.ts')\n" + 

      "out = open('"+folderUser+"temps/pat.sec', \"wb\")\n" +        "out.write(pat.pack())\n" + 

      "out.close\n" + 

      "out = open('"+folderUser+"temps/pat.sec', \"wb\")\n" +        "out.close\n" + 

      "os.system('sec2ts 0 < "+folderUser+"temps/pat.sec >  "+folderUser+"temps/mptspat.ts')\n" + 

      "out = open('"+folderUser+"temps/sdt.sec', \"wb\")\n" +        "out.write(sdt.pack())\n" + 

      "out.close\n" + 


(6)

      "out.close\n" + 

      "os.system('sec2ts 17 < "+folderUser+"temps/sdt.sec >  "+folderUser+"temps/mptssdt.ts')\n" + 

      generatePMT(jumlahUser, folderUser) + 

      "os.system('rm "+folderUser+"temps/*.sec') \n" ;        return s; 

    }  }