Pengertian Halal Sertfikasi Dan Labelisasi Produk Halal

21 Peraturan pelabelan produk pangan olahan di Indonesia diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 79MenkesPERIII1978. Dalam peraturan tentang label dan periklanan makanan ini diatur tentang tata cara pelabelan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku. Label dan periklanan harus jelas dan berisi keterangan yang lengkap serta mudah dibaca. Untuk itu dalam peraturan- peraturan tersebut, khususnya dalam surat keputusan Dirjen POM dimuat tata cara terperinci yang perlu dipatuhi oleh pembuat label. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Dirjen POM No.02240BSSKVII1991 yang diterbitkan pada tanggal 2 Juli 1996. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, label harus dapat memberikan informasi yang jelas dan tidak menyesatkan mengenai sifat, bahan kandungan, asal, daya tahan, nilai ataupun kegunaannya. Sebagai konsumen masyarakat membutuhkan dan berhak mengetahui keadaan produk-produk konsumsi yang digunakan, sementara itu labelisasi juga berfungsi sebagai sarana komunikasi antara produsen dengan konsumenya mengenai beberapa hal yang menjadi hak konsumen untuk mengetahuinya. Misalnya mengenai fungsi dan manfaat, isi, kualitas, kuantitas, petunjuk penggunaan pada produk tersebut. Melalui labelisasi konsumen mendapatkan informasi sehingga memberikan rasa aman kepada konsumen.

2.3 Pengertian Halal

Berbagi macam persepsi halal di kalangan masyarakat luas pandangan halal secara umum menurut masyarakat muslim mengenai produk konsumsi dapat dilihat dari jenis kandunagan zat yang tidak membahayakan atau pun yang Universitas Sumatera Utara 22 terlepas dari sesuatu yang di haramkan begitu juga dengan proses dan cara mendapatkannya. Allah berfirman pada Al-Qur’an surah Al Baqoroh 2: 168 : Artinya :‘’ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi ,dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Dan di nyatakan dengan hadist Rasullah. “ Sesungguhnya yang halal itu sudah jelas, dan haram itupun sudah jelas sedangkan di antara keduanya terdapat sesuatu yang samar syhubhat. Kata halalan, menurut bahasa Arab berasal dari kata, halla yang berarti “lepas” atau “tidak terikat”. Secara etimologi kata halalan berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan- ketentuan yang melarangnya.Allah memberikan batasan-batasan antara yang halal dan yang haram jelas tertera melalui Al-qur’an dan hadist. Untuk memberikan kejelasan yang jelas kepada umat terhadap hal-hal yang samar para ulama mengeluarkan fatwa. Fatwa berarti penjelasan menurut istilah penjelasan tentang hukum syara’. Sistem produksi halal perlu di lakukan untuk menjamin kehalalan suatu produk. Setiap produk yang dikonsumsi harus memenuhi standar halal dapat dilihat dari bahan produksi, proses, fasilitas fisik, peralatan produksi,dan manajemen produksi harus memenuhi kriteria. Kehalalan setiap produk konsumsi dilihat baik dan halal secara zatnya ataupun cara memperolehnya.

2.4 Sertfikasi Dan Labelisasi Produk Halal

Produk konsumsi memerlukan fatwa MUI untuk mendapatkan labelisasi halal dan disahkan oleh Mentri Agama melalui pemeriksaan halal dengan Universitas Sumatera Utara 23 menyertakan sertifikat halal kepada pemohon dengan tembusan Badan Pengawas Obat Dan Makanan BPOM. Sementara penetapan struktur biaya sertifikasi halal ditetapkan oleh Mentri Keuanagan terhadap permohon atas usul Menteri Agama. Sertifikasi halal berlaku selama 2 tahun dan diperbaharui sesuai dengan perundang-undangan, pengawasanya di lakukan oleh lembaga pemeriksa halal. Dan jika pada saat pemeriksaan ditemukan pelanggaran maka lembaga pemeriksaan halal berhak untuk menyabut sertifikasi halal. Sertifikasi halal dan label halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui suatu barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya sertifikasi halal, dan produk yang dimaksud telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya, Tujuan akhir dari sertifikasi halal adalah adanya pengakuan secara legal, formal, bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi ketentuan syariat dan aman untuk dikonsumsi Tidak semua produk konsumsi memiliki sertifikasi halal, dan untuk terdaftar dan memiliki jaminan labelisasi halal dari lembaga POM ada beberapa fase yang harus di lalui oleh perusahaan atas produknya. Seperti yang tertera dalam sebuah sekema struktur sisitem penerbitan sertifikasi halal sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 2.1 Sruktur sistem penerbirtan sertifikasi Label Halal Sumber : Majelis Ulama Indonesia MUI UU Pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang memproduksi dan memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. Sedangkan pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa untuk mendukung kebenaran pernyataan halal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 ayat 1, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat-ayat tersebut mempertegas penjelasan dari UU pangan pasal 30 ayat 2 yaitu pencantuman keterangan atau tulisan halal pada label pangan merupakan kewajiban apabila pihak yang memproduksi dan atau memasukkan Universitas Sumatera Utara 25 pangan kedalam wilayah Indonesia menyatakan bahwa produknya halal bagi umat Islam. Sertifikasi dan penandaan kehalalan baru menjangkau sebagian kecil produsen di Indonesia. Data Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM Indonesia pada tahun 2005 menunjukan bahwa tidak lebih dari 2000 produk yang telah meminta pencantuman halal kepada MUI menunjukkan bahwa permohonan sertifikasi halal selama 11 tahun terakhir tidak lebih 8000 produk dari 870 produsen di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik pengolahan dan metode pengolahan baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga menjadi produk yang siap dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia. Sebagian besar produk industri pangan dan teknologi pangan dunia tidak menerapkan sistem sertifikasi halal. Barang-barang produksi mengalami persaingan ketat dengan barang- barang produksi negara asing seperti Malaysia dan Singapura yang telah merambah ke pasar Indonesia dan memiliki sertifikasi yang di akui keabsahanya. Hal ini mengancam produksi domestik, masyarakat akan di hadapi pilihan dengan lebih banyak macam produk yang bersifat homogen dari berbagai merek dan asal produksi negara domestik dan asing. Selain kualitas produk-produk konsumsi domestik perlu meningkatakan kualitas dan sertifikasi yang baik untuk dapat bersaing dengan produk asing. Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran. Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 2.2 Logo Halal MUI Sumber : Majelis Ulama Indonesia Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Dirjen POM Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, mewajibkan para produsen-produsen produk makanan untuk mencantumkan label tambahan yang memuat informasi tentang kandungan ingredient dari produk makanan tersebut. Budi fitriadi 2004:04. Aturan tentang Label dan iklan pangan kemudian diperinci didalam peraturan pemerintah no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan pada pasal 3 ayat 2, persyaratan minimal keterangan yang harus tercantum dalam label tidak lagi mencantumkan keterangan halal sebagai salah satu persyaratan sebagai mana yang tercantum dalam UU pangan pasal 30 ayat 2. Didalam peraturan pemerintah ini aturan tentang label halal termaktuk didalam pasal 10 dan pasal 11. Keputusan Mentri Agama KMA Nomor 518 Tahun 2000 tentang pedoman dan tata cara pemeriksaan produk Halal, KMA Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan produk halal merupakan tantangan yang perlu di respon oleh pemerintah dan pelaku usaha Universitas Sumatera Utara 27 Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya keputusan pemerintah dan produsen terkait dan berpengaruh kepada sikap atau perilaku konsumen terhadap produk konsumsi tersebut. Pada umumnya konsumen muslim lebih selektif dalam memilih produk berkualitas baik dengan disertai labelisasi dan sertifikasi halal yang terakreditasi secara baik dan dapat di pertanggung jawabkan. Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantukam label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang LPPOM-MUI untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya. Ketidak adaan label itu akan membuat konsumen Muslim berhati-hati dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut. Produk pangan, obat, kosmetika, dan produk lain berasal dari luar negeri yang di impor di Indonesia berlaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai mana di atur dalam keputusan MUI Indonesia. Sertifikasi halal yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi luar negri dapat di akui setelah melakukan perjanjian saling pengakuan yang berlaku timbal balik re-ciprocal, penilaian terhadap lembaga sertifikasi, dan tempat proses produksi. Perjanjian tersebut di lakukan oleh Mentri Agama dan badan yang berwenang di luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 28

2.5 Pengertian Produk