perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba merupakan cerminan dari kondisi perusahaan dan merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung dalam laporan keuangan yang menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya IAI, 1994. Pernyataan tersebut senada dengan
definisi yang tertuang dalam SFAC Nomor 1 yang menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting dalam menafsir kinerja atau pertanggungjawaban ma-
najemen. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan
yang sangat penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts SFAC No.1, informasi laba
merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam
menaksir earning power perusahaan di masa yang akan datang. Adanya kecenderungan yang memperhatikan informasi laba ini didasari oleh manajemen,
khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang yang salah satu bentuknya adalah
manajemen laba atau earnings management Widyaningdyah, 2001. Belakangan ini, etika menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia, setelah
terjadinya berbagai degradasi moral yang terjadi di kalangan praktisi maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
akademisi, berupa tindakan-tindakan pelanggaran kode etik seperti korupsi dan penyelewengan-penyelewengan yang lain, yang otomatis merupakan suatu
pelanggaran terhadap etika, baik etika profesi maupun etika pada umumnya. Etika merupakan suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan rightness”
atau moralitas kesusilaan dari perilaku manusia. Etika adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam
pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Ludigdo dan Machfoedz 1999 menyebutkan bahwa profesionalisme suatu profesi mensyaratkan
tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi,yaitu keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang
professional, yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Kode etik profesi AICPA menjadi standar umum perilaku yang ideal dan menjadi peraturan
khusus tentang perilaku yang harus dilakukan, kode etik ini terdiri: prinsip-prinsip etika profesi bersifat teoritis, peraturan etika bersifat praktis, interpretasi atas
peraturan kaidah etika bersifat teoritis tetapi praktisi harus menyesuaikan penyimpangannya.
Meletakkan keselamatan konsumen di atas kepentingan perusahaan dalam jamgka yang panjang akan memberi keuntungan lebih besar kepada perusahaan.
Lennick dan FredKiel, 2005 Itpin, 2006 penulis buku Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan standar
etika dan moral tinggi terbukti sukses dalam jangka panjang. Hal sama juga dikemukakan Miliuner Jon Huntsman, 2005 Itpin, 2006 dalam buku Winners
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
Never Cheat. Dikatakan, kunci utama kesuksesan adalah reputasi sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
Salah satu bentuk pelanggaran etika yang masih banyak dipertanyakan adalah masalah earnings management manajemen laba, karena praktik earnings
management tersebut dinilai bersifat ambigu secara etis Fischer Rosenzweig, 1995. Sedangkan Scott 2003:369 mendefinisikan earnings management sebagai
”the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective”.
Menurut Sugiri 1998, earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management didefinisikan sebagai
perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. Disamping itu, Sugiri juga mendifinisikan earnings
management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Earnings management menurut Fischer dan Rosenzweig 1995 merupakan tindakan seorang manajer untuk menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan
pada suatu periode yang tidak mempengaruhi kenaikan atau penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang. Sedangkan Schipper dalam Sutrisno 2002
mendefinisikan earnings management sebagai intervensi yang dilakukan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan memperoleh beberapa
keuntungan privat. Scott 2000:352 menyatakan bahwa earnings management
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
memberikan fleksibilitas kepada manajer dalam melindungi kepentingan dirinya, perusahaan dan pihak yang terkait dengan kontrak yang dilakukan.
Manajemen laba atau earnings management merupakan salah satu bidang yang kontroversial sebagai suatu perilaku yang dapat diterima acceptable atau tidak
diterima unacceptable. Earnings management merupakan fenomena yang sukar
dihindari. Sebagian besar manajer nampak melakukan manajemen laba dan yakin bahwa praktik tersebut secara eksplisit tidak dilarang. Namun beberapa praktisi
berpendapat manajemen laba tidak bermoral atau tidak etis, apabila praktik tersebut tidak mempertimbangkan dampak buruk yang mungkin timbul dari praktik tersebut
Assih, 2000. Senada dengan Fischer dan Rosenzweig Ditinjau dari sudut pandang etika, tindakan ini berarti pelanggaran terhadap kepercayaan masyarakat. Earnings
management merupakan tindakan yang dapat menyesatkan pemakai laporan keuangan dengan menyajikan informasi yang tidak akurat, dan bahkan kadang
merupakan penyebab terjadinya tindakan ilegal, misalnya penyajian laporan keuangan yang terdistorsi atau tidak sesuai dengan sebenarnya National Commission
on Fraudelent Financial Reporting, 1987 dalam Wahyudin 2003. Beberapa penelitian membuktikan secara empiris bahwa perusahaan secara
aktif mempraktikkan earnings management. DeFond dan Jiambalvo 1994 dalam Clikeman et al. 2000 menyimpulkan bahwa perusahaan yang mempunyai masalah
keuangan akan menggunakan kebijakan akrual untuk meningkatkan laba untuk menghindari pelanggaran kontrak hutang. Manajer merupakan subyek utama dalam
praktik earnings management. Manajer bertugas untuk memutuskan setiap kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam rangka penyelamatan perusahaan dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
masalah yang sedang maupun yang akan dihadapi, sehingga apabila seorang manajer tidak berhati-hati maka tidak menutup mungkin terjerumus dalam praktik earnings
management atau manajemen laba. Praktik earnings management dapat dilihat dari dua perspektif Scott, 1997.
Perspektif pertama, praktik earnings management dianggap sebagai tindakan oportunistik manajer untuk memaksimalkan kepuasannya. Perspektif kedua, earnings
management bisa dilihat dari perspektif kontrak efisien efficient contacting perspective, yang menganggap bahwa earnings management merupakan
konsekuensi logis dari hubungan principal dan agent. Principal akan mengantisipasi perilaku earnings management ini melalui kompensasi ataupun biaya bunga yang
mereka tetapkan pada agen. Scott 1997 menyebutkan bahwa manajer melakukan earnings management
sebagai prilaku oportunistik yaitu dimotivasi oleh tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri, akibat dimungkinkannya untuk menggunakan metode pengukuran
yang berbeda. Tindakan lainnya yang dimotivasi untuk menguntungkan perusahaannya disebut kontrak efisien efficient contracting, yaitu merupakan bentuk
tindakan yang positif dengan memilih metode akuntansi untuk tujuan kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadinnya.
Tindakan manajer melakukan praktik earnings management dapat berakibat buruk karena bisa menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan dan dapat
dikategorikan sebagai suatu tindakan penipuan yang tidak etis atau tidak dapat diterima secara moral. Siapapun yang menggunakan laporan keuangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
mengandung unsur earnings management rawan terhadap misinterpretasi, manipulasi ataupun penipuan yang disengaja Burns dan Merchant, 1990.
Bukti empiris menunjukkan bahwa para manajer melakukan praktik manajemen laba. Fischer dan Rosenzweigh 1995 menyebutkan bahwa banyak
manajer yang menganggap praktik manajemen laba sebagai tindakan yang wajar dan etis serta merupakan alat sah manajer dalam melaksanakan tanggungjawabnya untuk
mendapatkan return perusahaan. Pemahaman atas manajemen laba adalah penting bagi manajemen karena earnings management dapat menjadi sarana untuk
mengkomunikasikan informasi intern manajemen kepada investor. Sementara bagi akuntan penting, karena memungkinkan pemahaman yang lebih atas net income bagi
pelaporan untuk investor maupun untuk dasar melakukan kontrak, serta menjadi pertimbangan dalam memberi nasehat dan evaluasi metode akuntansi untuk pelaporan
akuntansi Assih, 2000. Berdasarkan studi yang dilakukan Merchant dan Rockness 1994, manajemen
laba yang banyak dilakukan selama ini dianggap legal, artinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Penelitian Merchant dan
Rockness 1994 dengan menguji kembali faktor-faktor dalam tindakan earnings management yang mempengaruhi persepsi etis terhadap praktik earnings
management. Penelitian sama yang dilakukan Mahmudi 2000, membandingkan persepsi etis akuntan dan pelaku bisnis terhadap praktik earnings management, dan
Sudaryanti 2001 meneliti perbandingan persepsi etis praktik earnings management antar staf pengajar, mahasiswa akuntansi dan manajemen. Menurut mereka, ethical
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
judgement terhadap manajemen laba cenderung berbeda antara kelompok individu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh karakter individu dan lingkungan seseorang.
Pada dasarnya penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Clikeman et al. 2000 yaitu untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap earnings
management di pengaruhi gender dan nationality pada universitas di Amerika. Sedangkan penelitian ini melihat perbedaan persepsi pelaku bisnis dan mahasiswa
akuntansi terhadap manajemen laba ditinjau dari faktor-faktor Arah Manajemen Laba, Jangka Waktu Pengaruh Manajemen Laba, Jenis Manajemen Laba, Kecende-
rungan Manajemen Laba dan Materialitas Manajemen Laba. Untuk itu dalam penelitian ini akan diakukan observasi terhadap persepsi mereka. Observasi terhadap
persepsi didasarkan pada suatu alasan bahwa persepsi merupakan tanggapan langsung seseorang atas sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996. Adapun yang membedakan penelitian adalah:
1. Sampel penelitian ini:
a. Pelaku Bisnis merupakan profesi yang syarat akan fenomena praktik
manajemen laba sehingga pelaku bisnis harus memiliki perilaku etis didalam penerapan profesinya.
b. Mahasiswa Akuntansi yang telah menempuh matakuliah TA, Etika Bisnis
dan auditing semester akhir yang diharapkan mampu memberikan penilaian secara jujur berdasarkan pengetahuan dan tingkat idealisme
yang masih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
2. Faktor situasional yang digunakan untuk mengukur tingkat etis terhadap praktik
manajemen laba adalah: arah, jangka waktu pengaruh, jenis, kecenderungan dan materialitas manajemen laba.
3. Penelitian ini menggunakan multidimensional ethies scale sebagai skala
pengukuran persepsi responden. multidimensional ethies scale lazim digunakan dalam penelitian etika dan memiliki kemampuan prediksi yang baik Cohen, et
al., 1993. Observasi mengenai penerimaan etika terhadap praktik manajemen laba pada
pelaku bisnis dilakukan karena profesi ini memang mengharuskan memiliki perilaku etis didalam penerapan profesinya dan mahasiswa khususnya mahasiswa akuntansi
memiliki tugas menyerap pengetahuan yang ada, yang selanjutnya dipraktikkan dalam tugas dan tanggungjawabnya di masa mendatang sebagai seorang akuntan.
Mahasiswa dianggap oleh peneliti mampu memberikan penilaian secara jujur berdasarkan pengetahuan dan tingkat idealismenya yang masih tinggi.
Pemahaman atas manajemen laba adalah penting bagi manajemen karena manajemen laba dapat menjadi sarana untuk mengkomunikasikan informasi intern
manajemen kepada investor. Sementara bagi pelaku bisnis penting, karena memungkinkan pemahaman yang lebih atas net income bagi pelaporan untuk investor
maupun untuk dasar melakukan kontrak, serta menjadi pertimbangan dalam memberi nasehat dan evaluasi metode akuntansi untuk pelaporan akuntansi. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERSEPSI ETIS PELAKU BISNIS dan MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
1.2 Perumusan Masalah