71
akhir. Mulai dari mesin OTR, RRB1, PCR, RRB2, RV1, RRB3, RV2 sampai RRB4 dan fermentasi pada baki juga membutuhkan kontrol waktu yang
cermat. Ketidaktepatan waktu biasa disebabkan oleh pekerja yang terlambat memasukkan bubuk teh ke mesintahap selanjutnya. Oleh karena itu,
pengawasan dan kontrol oleh mandor pengolahan sangat penting. Karena proses fermentasi pada pengolahan teh menggunakan aktivitas
enzim, maka pengaturan suhu dan kelembaban ruangan menjadi hal yang harus diperhatikan. Kelembaban udara yang disyaratkan pada ruang giling
lebih dari 90 dan temperatur antara 19-25 C. Pengaturan kelembaban dan
suhu pada ruang giling dilakukan dengan menempatkan alat
humidifier
. Alat ini berfungsi untuk mengabutkan air sehingga menambah kelembaban udara.
Di ruangan ini juga terdapat
fann
untuk memasukkan dan mengeluarkan udara sehingga sirkulasi udara tetap lancar. Standart yang ditetapkan pada
penghamparan bubuk dibaki fermentasi adalah 5-7 cm. Apabila ada hamparan yang terlalu tebal, segera dilakukan pengurangan jumlah bubuk. Fermentasi
dimulai dari penggilingan pada OTR dan diakhiri dengan proses pengeringan. Proses tersebut berjalan kurang lebih sekitar 110-180 menit.
4. Pengawasan mutu pada proses pengeringan
Tujuan pengeringan selain menurunkan kadar air hingga batas tertentu adalah mengakhiri proses fermentasi. Karena sumber panas berasal dari
heat
dengan bahan bakar kayu, maka perlu pengawasan terhadap panas yang dihasilkan. Sebelum dilakukan pengeringan,
heat
harus mulai dinyalakan dan hingga batas suhu tertentu yaitu 110-130
C, baru udara panas dapat dialirkan kedalam mesin pengering dengan bantuan kipas, serta hal yang penting adalah
kekonsistenan suhu yang dihasilkan. Pengendalian suhu menjadi faktor penting pada proses pengeringan karena berdampak pada kualitas kering
bubuk teh. Suhu inlet yang diterapkan pada mesin pengering berkisar 90-95 C
dan suhu outlet berkisar 50-55 C. Pengukuran suhu dapat dilihat pada
termometer yang terpasang pada mesin pengeringan.
72
5. Pengawasan mutu pada proses sortasi
Pengendalian mutu pada tahap sortasi kering dilakukan pada tahapan proses hingga pada pengujian mutu bubuk hasil sortasi. Pada tahap proses,
pengendalian suhu dan kelembaban ruangan penting dilakukan sebab ruangan yang terlalu lembab dan bersuhu rendah dapat menyebabkan peningkatan
kadar air bubuk teh karena bubuk bersifat menyerap air
higroskopis
. Selain itu, penggunaan
crusser
penggerus bubuk dihindari pada bubuk yang masih berwarna hitam. Sebab bubuk yang dilakukan
crusser
akan menyebabkan warna menjadi kemerah-merahan.
6. Pengawasan mutu pada proses penyimpanan
Tea Bin
Proses selanjutnya setelah sortasi kering adalah penyimpanan sementara pada peti miring. Tujuannya adalah menunnggu hingga bubuk terkumpul dan
siap untuk dikemas. Karena penempatan bubuk ke dalam peti miring masih dilakukan secara manual. Pengawasan ini sangat perlu diperlukan agar tidak
ada kesalahan pemasukan bubuk teh, bubuk teh yang dimasukkan harus sesuai jenisnya. Karena jika sampai terjadi hal tersebut maka harus dilakukan
pengeluaran secara total pada lobang atau bilik jenis teh.
7. Pengawasan mutu pada proses pengemasan dan pengepakan