Quality control di PTPN IX (persero) kebun Semugih Moga Pemalang Yulmi Pradipta

(1)

commit to user

LAPORAN MAGANG

DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN SEMUGIH

MOGA PEMALANG

(QUALITY CONTROL)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : YULMI PRADIPTA

H3107005

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

LAPORAN MAGANG

DI PTPN IX (PERSERO) KEBUN SEMUGIH MOGA PEMALANG

(QUALITY CONTROL)

Yang Disiapkan dan Disusun Oleh :

Yulmi Pradipta H3107005

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji Pada tanggal : ………..

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Menyetujui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP.195512171982031003

Pembimbing/Penguji I

Lia Umi Khasanah, ST, MT NIP. 198007312008012012

Penguji II

Rohula Utami, STP, MP NIP. 198103062008012008


(3)

commit to user

iii

M O T T O

”Bismillahirrokhmanirrokhim, aku bisa”


(4)

commit to user

iv

PERSEM BAHAN

ﻢﻴﺣﺮﻠاﻦﻤﺣﺮﻠاﷲامﺴﺒ

Segala Puji bagi Allah SWT Pencipt a dan Penguasa seluruh jagat raya yang t elah memberikan kehidupan dan pet unjuk-N ya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. K arya kecil ini penulis pesembahkan unt uk :

& I bu dan Bapak yang selalu memberikan limpahan kasih sayang diset iap helan naf asnya, t erima kasih at as doa, dukungan, kesabaran sert a nasehat -nasehat nya selama ini

& Semua karyawan PTPN I X (Persero), t erima kasih atas bimbingan dan bant uannya selama magang

& I bu L ia, t erima kasih unt uk bimbingan dan arahannya selama penyusunan laporan magang ini, semoga dengan bimbingan dan arahan dari ibu dapat menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi

& Teman-t eman di D I I I THP Angkat an 2007 (K ang Adhe, Rivo, L ek K endhil, D ’muuk, Ardy, K aulan, D avid, U cup, I st y, Rierie, Olga, Rif ka ,At in , Jeng Rini, Bug Fyrda, Jinem ,Cit ra, K iki, Hepy, N anda, I moet , Sisry, Yuyun,Chapy ,Rat na , U swa, Fat ah, Jemani, Choro, Bint ang, D edy,D idit , Ria Cay,Chendo,Qory,Art ik,Sukma, Wasis, Om Anwar, Arif , Adam,L uluk). K enangan manis saat -saat bersama kalian t ak kan pernah t erlupakan.


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah–nya yang berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan kepada penulis, sehingga tugas akhir yang berjudul ”Laporan Magang Di PTPN IX (Persero) Kebun Semugih Moga Pemalang (Quality Control) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi, selaku Ketua Program D III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Sri Handayani, MS PhD, selaku pembimbing akademik mahasiswa Diploma Tiga Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2007. 4. Lia Umi Khasanah,ST,MT selaku dosen pembimbing magang yang

telah memberikan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir. 5. Rohula Utami, STP. MP, selaku dosen penguji laporan magang.

6. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada kami.

7. Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang telah memberikan izin untuk melaksanakan magang.

8. Bapak Rachmad Wiseno,SE selaku Administratur PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.

9. Bapak Suyono selaku Sinder Teknik-Teknologi dan seluruh karyawan kantor Teknik-Teknologi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.


(6)

commit to user

vi

10.Bapak Fajri selaku Sinder Afdeling Semugih dan seluruh karyawan Afdeling Semugih PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.

11.Ibu Sudiyah selaku Mandor Penerimaan Pucuk yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan ilmunya.

12.Segenap karyawan yang telah membantu dalam menyelesaikan magang di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih.

13.Bapak dan Ibu Marto sekeluarga yang memberikan penginapan sementara selama penulis melaksanakan magang.

14.Bapak dan Ibu serta segenap keluarga yang tercinta yang telah banyak membantu berupa materi dan dukungannya hingga selesainya laporan TA ini.

15. Rifa Fatkurahman selaku teman seperjuangan saat magang

16.Teman-teman seperjuangan DIII THP 2007 (Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya. 17.Teman-teman di Kost Kamplink yang telah memberikan bantuan dan

motivasi untuk menyelesaikan TA ini

18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010


(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... . xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Magang ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Teh ... 3

B. Proses Pengolahan ... 5

C. Pengendalian Mutu ... 11

D. Sanitasi ... 14

BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN ... 15

A. Tempat Pelaksanaan Magang... 15

B. Waktu Pelaksanaan Magang ... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

A. KeadaanUmum Perusahaan ... 16

1. Sejarah singkat Perusahaan ... 16

2. Identitas Perusahaan ... 18

3. Lokasi Perusahaan ... 18

4. Tujuan Didirikan Perusahaan ... 19

5. Jenis Produksi ... 20

6. Visi dan Misi Perusahaan ... 20

B. Manajemen Perusahaan ... 21

1. Struktur dan Sistem Organisasi ... 21


(8)

commit to user

viii

3. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan ... 23

C. Penyediaan Bahan Baku... 25

1. Penyiapan Lahan, Pembibitan, dan Pemeliharaan ... 25

1.1 Penyiapan Lahan ... 25

1.2 Pembibitan ... 27

1.3 Tingkat Tanaman ... 30

2. Pengadaan Bahan Baku ... 31

D. Proses Pengolahan Teh Hitam ... 37

1. Pelayuan ... 41

2. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah ... 42

3. Fermentasi ... 48

4. Pengeringan ... 49

5. Sortasi Kering ... 51

6. Pengemasan dan Penyimpanan ... 57

7. Pemasaran ... 59

8. Produksi Hilir ... 59

E. Pengendalian Mutu ... 61

1. Pengawasan Mutu Bahan Baku ... 61

2. Pelayuan ... 64

3. Penggulungan dan Oksidasi Enzimatis ... 65

4. Pengeringan ... 69

5. Sortasi Kering ... 70

6. Penyimpanan Dalam Peti Miring ... 72

7. Pengemasan dan Pengepakan ... 73

8. Penentuan Titik Kritis ... 73

9. Pembahasan Titik-titik Kritis ... 80

F. Sanitasi Industri ... 83

1. Sanitasi Karyawan ... 83

2. Sanitasi Ruangan ... 83

3. Sanitasi Alat dan Mesin ... 85


(9)

commit to user

ix

G. Mesin dan Peralatan ... 87

1. Tata Letak Mesin dan Peralatan ... 87

2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan Proses Produksi ... 95

BAB V. PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Sejarah Perusahaan dari tahun 1957 sampai sekarang ... 17

Tabel 4.2 Jenis teh, Pemasaran, dan Pengelompokan Mutu Teh Produksi PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih ... 20

Tabel 4.3 Kriteria Uji Organoleptik Teh Hitam ... 72

Tabel 4.4 Analisa Bahaya pada Pengolahan Teh Hitam ... 77

Tabel 4.5 Penentuan Titik-titik Kritis (CCP) pada Tahap Bahan Baku ... 78

Tabel 4.6 Penentuan CCP Pada Tahap Proses Pengolahan Teh Hitam ... 79

Tabel 4.7 Rencana HACCP ... 80

Tabel 4.8 Spesifikasi Withering Trough ... 96

Tabel 4.9 Spesifikasi Heater Exchanger... 97

Tabel 4.10 Spesifikasi Open Top Roller ... 99

Tabel 4.11 Spesifikasi Rotary Roll Breaker... 100

Tabel 4.12 Spesifikasi Press Cup Roller ... 101

Tabel 4.13 Spesifikasi Rotorvane ... 102

Tabel 4.14 Spesifikasi Humidifier ... 103

Tabel 4.15 Spesifikasi Dryer ... 104

Tabel 4.16 Spesifikasi Bubble Tray ... 106

Tabel 4.17 Spesifikasi Vibro Blank ... 106

Tabel 4.18 Spesifikasi Crusser ... 107

Tabel 4.19 Spesifikasi Chota Shifter... 108

Tabel 4.20 Spesifikasi Vibro Mesh ... 108


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Jenis Teh Berdasarkan Besarnya Ukuran Ayakan ... 10

Gambar 4.1 Struktur Organisasi di PTPN IX Kebun Semugih ... 22

Gambar 4.2 Jenis-Jenis Pucuk Teh ... 33

Gambar 4.3 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kualitatif pada PTP IX Kebun Semugih ... 39

Gambar 4.4 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kuantitatif pada PTP IX Kebun Semugih ... 40

Gambar 4.5 Proses Pelayuan ... 42

Gambar 4.6 Ruang Pengolahan Basah ... 43

Gambar 4.7 Skema Proses Pengolahan Basah ... 44

Gambar 4.8 Ruang Pengeringan ... 50

Gambar 4.9 Ruang Sortasi Kering ... 54

Gambar 4.10 Bubuk Teh Hasil Sortasi Kering ... 56

Gambar 4.11 Paper Sack Sebagai Pengemas Produk Teh Hitam ... 58

Gambar 4.12 Mesin Produksi Teh Celup ... 60

Gambar 4.13 Produk Teh Celup PTP Nusantara IX Kebun Semugih ... 60

Gambar 4.14 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis Pada Tahap Bahan Baku ... 75

Gambar 4.15 Diagram Pohon Keputusan Penentuan Titik-Titik Kritis ... 76

Gambar 4.16 Proses Pembersihan Ruang Pengolahan ... 85

Gambar 4.17 Kipas Penghisap Debu ... 87

Gambar 4.18 Lay out Pabrik PTP Nusantara Kebun Semugih ... 88

Gambar 4.19 Lay out Mesin-mesin di PTP Nusantara Kebun Semugih ... 89

Gambar 4.20 Lay out Mesin Ruang Pelayuan ... 90

Gambar 4.21 Lay out Mesin Ruang Pengolahan Basah ... 91

Gambar 4.22 Lay out Mesin Ruang Pengeringan ... 92

Gambar 4.23 Lay out Mesin Ruang Sortasi ... 93

Gambar 4.24 Lay out Mesin Ruang Pengemasan ... 94


(12)

commit to user

xii

Gambar 4.26 Heater Exchanger ... 97

Gambar 4.27 Open Top Roller ... 99

Gambar 4.28 Rotary Roll Breaker ... 100

Gambar 4.29 Press Cup Roller ... 101

Gambar 4.30 Rotorvane ... 102

Gambar 4.31 Humidifier ... 103

Gambar 4.32 Mesin Pengering (Dryer) ... 105

Gambar 4.33 Hopper ... 106

Gambar 4.34 Bubble Tray ... 106

Gambar 4.35 Vibro Blank ... 107

Gambar 4.36 Crusser ... 107

Gambar 4.37 Chota Shifter ... 108

Gambar 4.38 Vibro Mesh ... 109

Gambar 4.39 Winnower ... 109

Gambar 4.40 Tea Bins ... 110

Gambar 4.41 Tea Bulker ... 110

Gambar 4.42 Timbangan ... 111


(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh merupakan bahan minuman yang sangat bermanfaat untuk menyegarkan dan memulihkan kesehatan badan. Minuman teh terbuat dari pucuk tanaman teh (Camelia sinensis L) setelah melalui proses pengolahan tertentu. Pucuk teh yang bermutu tinggi diperoleh dari kebun yang dipelihara dengan baik. Pucuk teh terdiri dari peko (kuncup) berikut 2-3 daun muda dengan tingkat kerusakan yang rendah.

Produk teh di dunia terdiri dari tiga macam yaitu teh hitam, teh oolong dan teh hijau. Perbedaan ketiga macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan dan mesin/peralatan yang digunakan. Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses fermentasi (oksidasi enzimatis) yang cukup, sedangkan teh hijau tidak memerlukan sama sekali. Teh oolong berada di antara kedua jenis teh tersebut, sehingga lazim disebut sebagai teh semi oksidasi enzimatis. Demikian pula pada proses pelayuan, teh hitam memerlukan waktu lama (10-20 jam) dengan suhu yang rendah (250 C-300C). Teh hijau hanya memerlukan waktu pendek 6-7 menit dengan suhu yang tinggi (900C-1000C). Sedangkan teh oolong memerlukan waktu pelayuan 10-60 menit dengan bantuan sinar matahari.

Perkembangan pengolahan teh hitam senantiasa mengikuti perkembangan pasar/konsumen. Beberapa tahun terakhir konsumen cenderung menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). Untuk itu pada proses pengolahan teh hitam khususnya pada tahap penggilingan memerlukan tekanan yang lebih besar. Oleh sebab itu pengolahan teh hitam yang semula hanya dikenal sistem Orthodox murni, kini berkembang menjadi sistem Orthodox Rotorvane. Penambahan alat Rotorvane dimaksudkan agar proses penghancuran lebih intesif sehingga diperoleh teh dengan ukuran partikel kecil lebih banyak. Selain itu dikenal juga pengolahan teh hitam CTC (crushing, tearing, and


(14)

commit to user

 

curling). Dengan pengolahan CTC, hampir semua sel daun teh menjadi hancur sehingga proses fermentasi dapat berjalan lebih merata. Hal ini mengakibatkan teh CTC mempunyai sifat cepat seduh (quick brewning).

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Moga Kabupaten Pemalang merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh yang menggunakan sistem Orthodox Rotorvane. Produk teh yang dihasilkan merupakan produk teh kualitas ekspor, sehingga pengendalian mutu disetiap proses pengolahannya sangat diperhatikan. Hal ini pula yang mendorong penulis untuk mengetahui langkah-langkah pengendalian mutu proses pengolahan teh hitam yang digunakan secara rinci.

B. Tujuan magang

Tujuan pelaksanan magang di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan mempelajari secara langsung proses produksi dan pengendalian mutu teh hitam mulai dari bahan baku sampai produk jadi. 2. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh hitam

dan prinsip kerja dari alat-alat tersebut.

3. Mengetahui sanitasi yang dilakukan dalam proses produksi teh hitam. 4. Mengetahui sistem pemasaran dan distribusi teh hitam.


(15)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh

Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India dan Burma. Tanaman ini dapat subur di daerah tropik dan subtropik dengan membutuhkan cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978). Secara taksonomi tanaman teh dapat digolongkan :

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Sub Kelas : Dalypetalae Ordo : Gultiferrales Famili : Theacesae Genus : Cammellia

Species : Cammellia sinensis

Secara botani terdapat dua jenis teh yaitu Camellia sinensis var. sinensis dan Camellia sinensis var. assamica. Camellia sinensis var. sinensis ini juga disebut teh Jawa yang ditandai dengan ciri-ciri : tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarrna hijau tua. Produksinya tidak banyak namun kualitasnya baik. Camellia sinensis var. assamica mempunyai ciri-ciri : tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat. Produksinya tinggi dan mempunyai kualitas baik (Van Emden ; Deijs ; Ita Setyawati ; Nasikun, 1968, 1991).

Tanaman teh merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu menghendaki daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi dan merata. Di Indonesia secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi letak kebun teh dari permukaan laut maka makin tinggi pula


(16)

commit to user

4

 

kualitas teh yang dihasilkan. Kebun teh yang berada pada ketinggian antara 700 - 1000 m dpl dapat menghasilkan teh dengan kualitas yang baik (Adisewojo, 1982).

Tanaman teh dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 6-9 m. Di perkebunan-perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tingginya dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak (Siswoputranto, 1978).

Menurut Loo (1983), tanaman teh yang diterima oleh perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Malaysia hampir seluruhnya dari jenis Camellia sinensis varietas assamica. Pucuk-pucuk daun teh segar yang baru dipetik rata-rata mengandung 75-80% air dan 20-25% bahan kering. Bahan kering dari teh segar ini terdiri atas : 20-30% zat penyamak, 15-20% protein(zat putih telur), 20% serat kasar, 12% selulosa, 3% kafein, 1,2% berbagai jenis gula, 200-400 mg vitamin C setiap 100 gram bahan kering, sedikit minyak atsiri dan sedikit enzim.

Menurut Murdiati (1984), sistem petikan adalah banyaknya daun yang dipetik di bawah kuncup (peko) atau banyaknya daun yang tertinggal di bawah daun kepel pada ranting setelah dilakukan pemetikan. Dari pertumbuhan ranting dikenal ranting peko dan ranting burung. Ranting peko adalah ranting yang masih mempunyai kuncup (peko) yang masih tergulung dan merupakan ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah ranting yang tidak mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dormant). Secara garis besarnya dikenal 3 macam petikan, yaitu :

1. Petikan halus

Petikan halus adalah petikan pucuk teh dimana yang dipetik adalah kuncup yang masih tergulung (peko) + 1 helai daun muda.

2. Petikan sedang

Petikan sedang adalah petikan pucuk ditambah dengan 2 helai daun tua atau 3 helai daun muda.


(17)

commit to user

5

 

3. Petikan kasar

Petikan kasar adalah petikan pucuk + 3 helai daun tua atau lebih. B. Proses Pengolahan Teh

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, berdasarkan sistem pengolahannya terdapat tiga jenis teh yang berbeda yaitu teh hitam (Black Tea), teh hijau (Green Tea), dan teh oolong (Oolong Tea). Secara garis besar perbedaan antara pengolahan teh hitam, teh hijau, dan teh oolong terletak pada proses pemeraman (oksidasi enzimatis). Teh hitam merupakan hasil pengolahan pucuk teh melalui proses fermentasi penuh, sedangkan teh oolong merupakan teh semifermentasi. Teh hijau sendiri diolah tanpa melalui proses fermentasi.

Dalam tanaman hijau, termasuk daun teh kita mengetahui adanya zat hijau daun yang dikenal sebagai klorofil. Selama proses pengolahan teh hitam, klorofil mengalami serangkaian reaksi kimia. Akibat pengaruh pH, klorofil akan melepas atom Mg-nya untuk menghasilkan klorofilat yang pada gilirannya dapat membentuk feofitin yang berwarna hitam. Selain itu, klorofil dirombak oleh enzim klorofilase membentuk feofirbid yang berwarna kecoklatan. Proses perombakan klorofil yang disebabkan oleh pH sudah dimulai sejak proses pelayuan. Peristiwa ini secara visual dapat dilihat dengan adanya perubahan daun teh dari hijau segar menjadi kekuning-kuningan. Proses perombakan klorofil oleh enzim hanya terjadi bila sel-sel daun rusak akibat penggilingan. Jika selama proses pengolahan teh hitam proses perombakan akibat kondisi pH ini lebih dominan daripada proses perombakan

enzimatis, maka teh hitam keringnya akan nampak lebih hitam (Rohdiana, 2009).

Menurut Nasution dan Wachyudin (1975), dari pengolahan teh hitam dihasilkan dua macam teh yaitu teh daun dan teh bubuk. Teh daun adalah teh yang berasal dari bubuk daun teh yang selama pengolahan mengalami penggulungan yang sempurna. Sedangkan teh bubuk atau teh hancur adalah bubuk teh yang berasal dari daun yang tersobek-sobek dan diteruskan dengan


(18)

commit to user

6

 

penghancuran pada proses pengolahannya. Antara dua jenis teh ini juga dikenal pula yang disebut teh remuk (broken).

Menurut Nazaruddin dkk, (1993) perlu diperhatikan bahwa sebelum melaksanakan proses pengolahan, pucuk daun teh harus dalam keadaan baik (keadaan pucuk teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan belum terjadi perubahan). Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu. Proses pengangkutan memiliki peranan penting untuk menjaga kondisi pucuk teh agar tetap baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan daun.

1. Minimalisasi penekanan pada daun agar daun tidak terperas. Daun yang terperas akan menyebabkan daun mengalami proses prafermentasi yang sebenarnya tidak dikehendaki.

2. Pemuatan dan pembongkatan daun dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang terbuat dari nonlogam.

3. Daun teh ditempatkan pada tempat yang teduh mencegah terjadinya perubahan kimia dan perubahan warna serta mengeringnya daun akibat sinar matahari.

4. Minimalisasi penumpukan daun sebelum proses pelayuan. Sebaiknya daun segera dilayukan setelah tiba dipabrik.

Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik, ditimbang dan kemudian dilayukan (withering). Hal ini dilakukan untuk menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daun-daun teh agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan menempatkan daun pada rak-rak didalam gedung. Udara dingin disemprotkan melalui rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam (Siswoputranto, 1978).

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), yang perlu diperhatikan selama proses pelayuan adalah suhu, kelembaban relatif, waktu, dan jumlah pucuk per satuan luas. Suhu yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi. Hal ini akan menghambat aktivitas enzim yang menyebabkan


(19)

commit to user

7

 

perubahan, meskipun dalam waktu singkat akan mencapai derajat layu yang diinginkan.

Pada pelayuan dikenal dua perubahan pokok, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika yang jelas adalah melemasnya daun akibat menurunnya kadar air. Keadaan melemasnya daun ini memberikan kondisi mudah digulung pada daun. Selain itu pengurangan air pada daun akan memekatkan bahan-bahan yang dikandung sampai pada kondisi yang tepat untuk terjadinya proses oksidasi pada tahap pengolahan selanjutnya.( Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung ,2008).

Perubahan kimia selama proses pelayuan diantaranya : 1. Kenaikan aktifitas enzim

2. Terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti : alanin, leucin, isoleucin, valin, dan lain-lain.

3. Kenaikan kandungan kafein

4. Kenaikan kadar karbohidrat yang dapat larut

5. Terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C, H, dan O 6. Pembongkaran sebagian klorofil menjadi feoforbid

Perubahan kimia selama pelayuan yang nyata tampak adalah timbulnya bau yang sedap, bau buah-buahan serta bau bunga-bungaan ( Arifin dkk, 1994)

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), tahap pengolahan teh hitam setelah pelayuan adalah penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah yang merupakan tahap pengolahan untuk mempersiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun fisik. Secara kimia, akan terjadi peristiwa bertemunya polifenol dan polifenol oksidase dengan oksigen yang merupakan proses yang mendasari terbentuknya mutu-dalam (inner quality) teh. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu terjadi oksidasi enzimatis.

Menurut Loo (1983), penggilingan daun teh bertujuan untuk memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga terjadi reaksi antara cairan sel dengan O2 yang ada di udara. Peristiwa ini


(20)

commit to user

8

 

dikenal dengan nama oksidasi enzimatis (Fermentasi). Pemecahan daun perlu dilakukan dengan intensif agar fermentasi dapat berjalan dengan baik.

Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung (2008), seperti proses biokimia yang lain, tingkat oksidasi enzimatis sangat dipengaruhi berbagai faktor, yaitu :

1. Kadar air

2. Suhu dan kelembaban relatif 3. Kadar enzim

4. Jenis bahan

5. Tersedianya oksigen

Suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar proses oksidasi enzimatis dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Kelembaban ruangan yang baik diusahakan agar lebih dari 90%. Suhu terbaik pada oksidasi enzimatis adalah 26,70C. Tiap reaksi oksidasi enzimatis sifatnya eksotermis, yaitu mengeluarkan panas. Apabila panas ini tidak tersalur keluar, akan menaikkan suhu daun yang selanjutnya mengaktifkan kerja enzim oksidasi (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 2008).

Selama proses fermentasi terjadilah oksidasi cairan sel yang dikeluarkan selama penggilingan dengan oksigen dengan adanya enzim yang berfungsi sebagai katalisator. Senyawa penting yang terdapat dalam cairan adalah catechin dan turunannya. Fermentasi mengubah senyawa tersebut menjadi tea-flavin dan selanjutnya berubah menjadi tea-rubigin. Semakin lama semakin banyak tea-flavin terkondensasi menjadi tea-rubigin sehingga cairan sel berwarna lebih gelap (Werkhoven, 1974).

Adanya tea-flavin yang berwarna kuning cerah dan te-rubigin yang berwarna coklat tua berpengaruh kepada warna air seduhan teh. Selain warna air seduhan, kedua bahan ini juga berpengaruh terhadap penentu-penentu teh yang lainnya seperti sterngth, briksness, dan quality. Sebagai hasil fermentasi yang berurutan, maka perbandingan kedua bahan ini tentu untuk menghasilkan mutu bubuk tertentu juga. Kandungan tea-flavin sekitar 1,5% dan tea-rubigin


(21)

commit to user

9

 

sekitar 15% merupakan kandungan yang paling ideal untuk memberikan mutu yang baik ( Nasution, 1975).

Untuk menghentikan proses oksidasi, daun teh dilewatkan melalui pengering udara panas. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga diperoleh teh kering dan proses fermentasi berhenti, dengan demikian sifat-sifat teh tidak berubah, karena proses fermentasi berhenti (Loo, 1983). Pengeringan dimaksudkan untuk menghentikan proses oksidasi (terhentinya aktivitas enzim) pada saat zat-zat bernilai yang tekumpul mencapai kadar yang tepat. Suhu 900C-950C yang dipakai pada pengeringan akan mengurangi kandungan air teh sampai menjadi 2-3 % yang membuatnya tahan lama disimpan dan ringan dibawa. Daun teh yang sudah kering siap untuk disortir berdasarkan penggolongan kelasnya sebelum pengemasan (Arifin, 1994).

Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95°C selama 20-22 menit (Rohdiana, 2009).

Tujuan sortasi kering adalah untuk mendapatkan ukuran, bentuk, dan warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen (Arifin, 1994). Disamping itu juga bertujuan untuk menghilangkan kotoran, serat, tulang dan debu. Hal ini merupakan proses yang penting untuk mencapai harga rata-rata tertinggi dari teh kering yang dihasilkan. Syarat-syarat yang ditentukan oleh pasaran teh perlu diperhatikan oleh pabrik teh yang bersangkutan agar dapat dihasilkan teh dengan harga setinggi mungkin (Adisewojo, 1982).


(22)

commit to user

10

 

Menurut Muljana (1983), pada mesin sortasi terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan terbagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :

1. Teh Daun (Leafy grades) a. Orange Pecco (OP) b. Pecco (P)

c. Pecco Souchon (PS) d. Souchon (S)

2. Teh Remuk (Broken grades) a. Broken Orange Pecco (BOP) b. Broken Pecco (BP)

c. Broken Tea (BT) 3. Teh Halus (Small grades)

a. Fanning (Fann)

b. Dust (D)

Jenis-jenis teh berdasarkan besarnya ukuran ayakan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis Teh Berdasarkan Besarnya Ukuran Ayakan

Kecuali dari jenis-jenis ini juga dikenal jenis Bohea (B) yang merupakan kotoran dan tangkai-tangkai.

Pengemasan memegang peranan penting dalam penyimpanan bahan pangan. Dengan pengemasan dapat membantu mencegah dan mengurangi terjadinya kerusakan. Kerusakan yang terjadi berlangsung secara spontan karena pengaruh lingkungan dan kemasan yang digunakan. Kemasan akan membatasi bahan pangan dari lingkungan sekitar untuk mencegah proses kerusakan selama penyimpanan (Winarno dan Jenie, 1982).


(23)

commit to user

11

 

Teh merupakan bahan yang higroskopis, yaitu mudah menyerap uap air yang ada di udara (Adisewojo, 1982). Apabila tempat penyimpanan teh tidak rapat, semakin lama teh menjadi lembab atau tidak terlalu kering, aromanya kurang enak. Sifat teh yang sangat higroskopis merupakan syarat utama dalam penentuan pengepakan atau pengemasan teh. Pengemasan merupakan tahap akhir dari pengolahan teh, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu teh yang dihasilkan (Nasution dan Wachyuddin, 1975). Pemilihan kemasan sesuai kebutuhan produk dan tetap ramah lingkungan perlu dipertimbangkan terutama produk ekspor.

Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pengepakan. Hal ini memegang peranan penting terhadap pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya pembungkus atau pengemas dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada didalamnya serta melindungi dari pencemaran dan gangguan. Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan hasil pengolahan atau produk agar mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi, kemasan berfungsi sebagai perangsang atau menarik pembeli, sehingga dengan warna dan desain kemasan yang baik perlu diperhatikan dalam perencanaan (Nasution dan Wachyuddin, 1975).

C. Pengendalian Mutu

Mutu merupakan gabungan karakteristik produk dari seluruh proses dalam suatu rangkaian proses produksi. Oleh karena itu, selain merupakan produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memberi kepuasan, mutu juga harus terbebas dari cacat baik didalam produk maupun didalam proses (Juran,1996).

Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik fisik maupun kimia. Keduanya telah dimiliki sejak berupa pucuk teh ataupun diperoleh sebagai akibat teknik pengolahan dan penanganan yang dilakukan. Oleh sebab itu, proses pengendalian mutu teh telah dilakukan sejak teh ditanam, dipetik, diangkut, selama diolah dan setelah pengolahan. Uji mutu


(24)

commit to user

12

 

teh dalam rangka pengendalian mutu dan pengendalian proses pengolahan dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun inderawi. Diantara ketiga metode tersebut, uji inderawi menempati urutan teratas karena praktis dan dirasa paling sesuai untuk diterapkan pada teh sebagai bahan minuman yang diharapkan memberikan kepuasan inderawi peminumnya (Soekarto, 1990).

Pengendalian mutu dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan ganda, yakni selain untuk memperoleh mutu produk atau mutu jasa yang sesuai dengan standar, sehingga pengolahan mutu suatu produk sebenarnya bertujuan untuk menjaga pangsa pasar yang telah dikuasai, bahkan bila mungkin pangsa pasar tersebut diperluas. Implikasi yang diharapkan adalah menjaga keberlangsungan hidup perusahaan dengan usaha meningkatkan volume penjualan dan keuntungan. Oleh karena itu pengendalian mutu merupakan kegiatan yang berfungsi banyak, walau tujuannya satu yaitu meningkatkan volume penjualan (PTP Nusantara IX).

Proses kegiatan pengendalian mutu pada berbagai jenjang kegiatan yang berhubungan dengan mutu antara lain :

1. Pengawasan bahan-bahan di gudang meliputi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran

2. Pengendalian kegiatan pada berbagai jenjang proses. Sesuai dengan SOP (Standart Operasional Procedure)

3. Mengawasi pengepakan dan pengiriman produk ke konsumen atau langganan (Prawirosentono, 2002)

Salah satu langkah penting dalam pengendalian mutu dan penjaminan mutu adalah mengembangkan tindakan korektif. Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi akar ketidaksesuaian yang terjadi dalam suatu proses. Diagram tulang ikan adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisa lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah ketidaksesuaian yang ada. Didalam diagram tulang ikan lebih mengarahkan terapi langsung terhadap sumber masalah bukan kepada gejala timbulnya masalah ( Gospersz, 2002)


(25)

commit to user

13

 

Mutu teh sangat dipengaruhi oleh cara pengolahannya, walaupun faktor-faktor lain juga berpengaruh (Nasution dan Wachyuddin, 1975). Faktor-faktor lain tersebut antara lain, letak atau tinggi perkebunan di atas permukaan laut, pemangkasan ranting-ranting, cara atau sistem pemetikan daun teh dan jenis daun yang diolah (Siswoputranto, 1978).

Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan (liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea tester) berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur mutu dengan indra penglihatan, penciuman, dan perasa. Parameter lain seperti kadar air dan berat jenis (density) hanya sebagai pendukung (Ghani, 2002).

Sekarang ini penentuan mutu teh atau bahan-bahan penyegar lainnya, dilakukan secara organoleptik yaitu penentuan yang dilakukan oleh tester berdasarkan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada penentuan mutu ini , dilihat keseragaman bubuk, bahan-bahan asing dalam bubuk, mutu air seduhan dan warna air seduhan. Selain penentuan tersebut, masih ada yang harus dilihat yaitu warna ampas, rasa dan aroma air seduhan tersebut, menurut tea tester. Kesalahan pada waktu pengujian, akan terasa oleh tester setelah melihat sifat-sifat air seduhannya (Nasution dan Wachyudin, 1975).

D. Sanitasi

Dalam setiap industri, sanitasi sangat dibutuhkan untuk melindungi atau mencegah kerusakan bahan pangan, menjaga agar bau dan rasa yang dikehendaki tidak banyak berubah, menghindari dari bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta menciptakan suasana estetika pabrik yang bersih dan nyaman (Winarno, 1974)

Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk pangan; pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Kegiatan yang berhubungan dengan produk pangan meliputi pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan bahan mentah, penyediaan air baik, pencegahan kontaminasi pada semua tahap pengolahan dari berbagai


(26)

commit to user

14

 

sumber kontaminasi, serta pengkemasan dan penggudangan produk akhir (Anonima, 2008).

Sanitasi merupakan persyaratan mutlak bagi industri pangan, sebab sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolok ukur teratas dalam menilai kebersihan perusahaan yang menangani produk pangan. Didalam industri pangan modern, program sanitasi merupakan bagian penting dari sistem pengawasan mutu (Soekarto, 1990).

     


(27)

commit to user

BAB III

TATA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih, Desa Banyumudal, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Waktu pelaksanaanya mulai tanggal 11 Februari sampai dengan 11 Maret 2010.

B. Metode Pelaksanaan Magang

Metode yang digunakan pada pelaksanaan magang antara lain: 1. Metode Observasi dan Partisipasi Aktif

Melakukan pengamatan langsung dilapangan, terutama yang berkaitan dengan proses produksi teh hitam serta berpartisipasi aktif pada semua kegiatan yang dilakukan selama produksi.

2. Metode Pengambilan Data a Wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan dan topik yang berkaitan dengan proses produksi teh hitam dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang terkait. b Pengambilan data sekunder

Pengambilan data sekunder diperoleh dengan mempelajari catatan atau dokumen yang berkaitan dengan proses produksi dan pengendalian mutu yang diterapkan di perusahaan.

c Studi Pustaka

Mencari pustaka atau literatur yang digunakan dalam pembuatan laporan.

 


(28)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perkebunan teh Semugih pada awalnya merupakan penggabungan dua unit kebun bekas kepemilikan perorangan Belanda dan sebuah kongsi NV Handels Maschapy, yang terdiri atas dua kebun yaitu :

a. Nama kebun : Semugih

Nama Pemilik : Louis Matrijs De Qriot

Lokasi : Kecamatan Moga : 211,66 Ha

Kecamatan Pulosari : 190,70 Ha Kecamatan Randudongkal : 350, 45 Ha

Jumlah : 762,81 Ha

b. Nama kebun : Pesantren

Nama Pemilik : NV Handels Maschapy : 263, 51 Ha

Jumlah seluruh : 1026,32 Ha

Kedua kebun tersebut masuk wilayah Kabupaten Dati II Pemalang, Jawa Tengah. Dalam perkembangannya sesuai dengan perubahan kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya bangsa Indonesia maka kebun teh Semugih mengalami beberapa pergantian nama dan pengelolaan dari tahun 1957 sampai sekarang, seperti yang terdapat pada Tabel 4.1.


(29)

commit to user

17  

Tabel 4.1 Sejarah Perusahaan dari tahun 1957 sampai sekarang

No. Periode Keterangan

1. Tahun 1957 Kebun Semugih dan Pesantren diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia, dikenal dengan istilah Nasionalisasi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN Lama)

2. Tahun 1961-1962

Berubah status menjadi Perusahaan Perkebunan PPN Baru Unit Jawa Tengah IV

3. Tahun 1963-1968

Perusahaan dikelompokkan kedalam PPN Aneka Tanaman IX

4. Tahun 1968 Berubah menjadi PPN XVIII Kebun

Semugih/Pesantren

5. Tahun 1973 Berubah menjadi PTP XVIII (Persero)

6. Tahun 1994 Diadakan rekontruksi kebun Semugih/Pesantren masuk dalam PTP Group Jawa Tengah yang merupakan penggabungan dari PTP XV/XVI, PTP XVIII, PTP IX, dan PTP XXI/XXII

7. Tahun 1995 Kebun Semugih/Pesantren digabung dengan kebun Kaligua (Kab. Brebes) menjadi Kebun Semugih/Kaligua dengan kantor administrasinya berkedudukan di Semugih

8. Tahun 1996 Melalui rekontruksi perkebunan Negara, pengelolaan kebun Semugih Kaligua yang semula dibawah naungan PTP XVIII (Persero) diubah menjadi PTP Nusantara IX (Persero) 9. Tahun 1999 Kebun Semugih dipisah kembali dengan Kebun

Kaligua dan pengelolaannya berdiri sendiri dengan pimpinan seorang Administratur

Sumber: Buku Profil Kebun Semugih

Kantor pusat PTP Nusantara IX (Persero) ada dua tempat yaitu:

1. Divisi Tanaman Tahunan dengan alamat Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang.

2. Divisi Tanaman Musiman dengan alamat Jln. Ronggowarsito No. 164 Surakarta.


(30)

commit to user

18  

2. Identitas Perusahaan

PTPN IX Kebun Semugih adalah salah satu kebun yang dimiliki oleh PTPN IX yang merupakan kebun hasil pemisahan dengan kebun Kaligua. Identitas dari kebun Semugih adalah:

a. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) b. Status Perusahaan : BUMN

c. Alamat Perusahaan

a) Pusat : Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang No. Telp. (024)8414635 No. Fax. (024)8415408 b) Perwakilan/kebun : Semugih

No. Telp. (0284)583466 No. Fax. (0284)583466

d. Nama Kebun : Semugih

e. Lokasi Kebun

a) Desa : Banyumudal

b) Kecamatan : Moga

c) Kabupaten : Pemalang

f. Izin Tetap Usaha

Perkebunan : 031/11.01/PB/III/2003, 24-03-03 (SIUP) a) Izin Usaha Perkebunan (IUP)

¾ Nomor : 031/11.01/PB/III/2003

¾ Tanggal : 24 Maret 2003

3. Lokasi Perusahaan

PTPN IX (Persero) terletak di empat kecamatan yaitu Kecamatan Moga, Pulosari, Randudongkal dan Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah. PTPN IX Kebun Semugih terdiri dari Afdeling Semugih, Afdeling Semakir, dan Afdeling Pesantren, letak satu afdeling dengan afdeling yang lain terpisah dan berpusat di Semugih sebagai emplasment induk.


(31)

commit to user

19  

a. Afdeling Semugih

Luas afdeling Semugih adalah 412.36 Ha yang terdiri atas

emplasment dan tanaman teh. Afdeling ini masuk dalam dua wilayah

desa yaitu Desa Banyumudal dan Desa Sima. Dua desa tersebut berada di Kecamatan Moga dan Kecamatan Pulosari yang terletak 43 km dari Kabupaten Pemalang. Afdeling Semugih terletak pada ketinggian 600-800 m dpl dan berada di sebelah utara Gunung Slamet. Lahannya landai dengan kemiringan ± 15-200. Jenis tanahnya andosol berpasir yang banyak mengandung silica serta berbatu yang berasal dari endapan letusan Gunung Slamet dan struktur tanahnya remah. Tipe iklim

Afdeling Semugih adalah tipe B yakni iklim basah dengan ciri-ciri

memiliki kelembaban udara yang tinggi berkisar 70-90%.

b. Afdeling Semakir

Luas Afdeling Semakir adalah 350.45 Ha yang terdiri atas

emplasment, tanaman kakao, dan kelapa. Afdeling Semakir meliputi

Desa Semaya dan Semingkir yang terletak di Kecamatan Randudongkal dengan jarak dari emplasment induk 14 km. Afdeling Semakir terletak pada ketinggian 200-400 m dpl, dengan keadaan kondisi lahan bergelombang atau terjal sampai berbukit. Jenis tanahnya adalah Latosol dan Regusol dengan tekstur tanah lempung berbatu.

c. Afdeling Pesantren

Luas Afdeling Pesantren adalah 263.51 Ha yang terdiri atas emplasment, areal tanaman tebu, jarak, mahoni, dan kelapa. Afdeling Pesantren meliputi Desa Pesantren yang terletak di Kecamatan Ulujami. Jarak afdeling ini dari emplasment induk 65 km. Afdeling Pesantren terletak pada ketinggian 0-5 m dpl, dengan kondisi lahan datar dan berawa. Jenis tanahnya adalah alluvial, tanah sedimen berpasir dengan drainase kurang baik karena terpengaruh oleh pasang surut air laut.

4. Tujuan Didirikan Perusahaan

Tujuan didirikan perusahaan adalah memenuhi permintaan pasar dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghasilkan


(32)

commit to user

20  

produk yang berkualitas, serta ikut melaksanakan kebijakan pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya pembangunan di bidang pertanian sub sektor perkebunan.

5. Jenis Produksi

PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih memproduksi bubuk teh hitam kering dengan proses pengolahan sistem Orthodox rotorvane. Bubuk teh hitam ini sebagian besar diekspor ke luar negeri. Untuk pasaran dalam negeri, perkebunan menjual dalam bentuk teh celup. Bahan baku yang digunakan untuk membuat teh celup didatangkan dari Kebun Kaligua karena aromanya lebih kuat. Hal ini disebabkan dataran Kebun Kaligua lebih tinggi dibandingkan dengan Kebun Semugih. PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih mengelompokkan produknya berdasar tingkatan mutu teh hasil olahannya yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis Teh, Pemasaran, dan Pengelompokan Mutu Teh Produksi PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih

Jenis teh Pemasaran Mutu

BOP Ekspor

Mutu I

BOPF Ekspor

PF Ekspor

DUST Ekspor

BP Ekspor

BT Ekspor

PF II Ekspor

Mutu II

BP II Ekspor

FANN II Ekspor DUST II Ekspor DUST III Ekspor

BM Lokal

Mutu III

Kawul Lokal

Sumber: Buku Bagian Pengepakan PTPN IX Kebun Semugih

6. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Menjadikan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) suatu perusahaan Agribisnis dan Agroindustri yang tangguh, berkembang dan berwawasan lingkungan.


(33)

commit to user

21  

b. Misi Perusahaan

1) Memproduksi dan memasarkan komoditi utama yaitu teh, kopi, karet, kakao, gula, tetes beserta industri hilirnya dan pengembangan usaha agrowisata di Jawa Tengah.

2) Melaksanakan pengelolaan operasional perusahaan dengan sasaran profitisasi dan pertumbuhan perusahaan, yang mengarah pada kelangsungan hidup perusahaan.

3) Menerapkan teknologi tepat guna sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi.

4) Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja, kemitraan dengan petani yang sinergis dan perolehan dengan devisa dari penjualan komoditi ekspor.

5) Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui program kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menguntungkan dan menunjang antara koperasi, swasta, dan BUMN, perusahaan membantu program pemerintah untuk meningkatkan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

6) Mendukung program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan gula nasional.

B. Manajemen Perusahaan

1. Struktur dan Sistem Organisasi

Manajemen Perusahaan diartikan sebagai cara untuk mengatur perusahaan agar dapat berkembang dan rencana yang ditetapkan dapat terealisasikan semaksimal mungkin. Manajemen Perusahaan di Kebun Semugih dipegang oleh Administratur. Administratur mempunyai wewenang untuk mengatur urusan dalam kebun, pabrik maupun dalam pembukuan kantor. Akan tetapi kebijakan dalam pemasaran, pengadaan jenis tanaman maupun peralatan yang akan digunakan berada pada Direksi PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).


(34)

commit to user

22  

Dalam menjalankan tugasnya, administratur menggunakan sistem organisasi garis. Sistem organisasi garis membagi kekuasaan di dalam setiap tingkat jabatan. Kekuasaan yang didelegasikan menjadi suatu tanggung jawab bagi pemegangnya dan sekaligus memberi wewenang untuk menentukan kebijakan tugas operasional yang diembannya. Struktur organisasi pada PTPN IX Kebun Semugih dapat di lihat pada Gambar 4.1

Gambar4.1 Struktur organisasi di PTPN IX Kebun Semugih

2. Tanggung Jawab dan Wewenang

PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) dipimpin oleh seorang Direksi sedangkan perkebunan Semugih dipimpin oleh Administratur. Dalam menjalankan tugasnya, administratur dibantu oleh beberapa kepala bagian (sinder). Masing-masing pegawai memiliki tugas dan wewenang yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Penjabaran tugas dan wewenang dari masing-masing anggota pada struktur organisasi di PTPN IX (Persero) Kebun Semugih adalah sebagai berikut:

a. Administratur

Administratur merupakan kepala perkebunan yang bertanggung jawab secara langsung kepada Direksi PTPN IX. Tugasnya yaitu memimpin seluruh kegiatan di Perkebunan Semugih, mengelola perkebunan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan serta mengambil tindakan-tindakan seperlunya sesuai dengan wewenang yang dimilikinya.

ADMINISTRATUR

SINDER KEPALA

SINDER TEKNIK

SINDER KANTOR SINDER KEBUN

AFD. SEMUGIH

SINDER KEBUN AFD. SEMAKIR

SINDER KEBUN AFD. PESANTREN

KARYAWAN TEKNIK

KARYAWAN AFD. SEMUGIH

KARYAWAN AFD. SEMAKIR

KARYAWAN AFD. PESANTREN

KARYAWAN KANTOR INDUK


(35)

commit to user

23  

b. Sinder Kepala

Sinder Kepala bertugas membantu administratur dalam melaksanakan tugasnya terutama di bidang produksi dengan berpedoman kepada RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) yang telah disahkan terutama dalam bidang tanaman baik perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan dan membantu administratur dalam mengkoordinir sinder afdeling.

c. Sinder Teknik/Teknologi

Sinder Teknik bertugas untuk mengatur pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan aspek teknis perusahaan. Sinder Teknik bertanggung jawab atas tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sehingga aktifitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar. d. Sinder Kantor

Sinder Kantor bertugas mengatur kegiatan administrasi keuangan dan umum kebun, penyusunan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) serta pengendaliannya.

e. Sinder Kebun

Sinder Kebun bertugas untuk mengatur kualitas dan kuantitas bahan baku teh yang akan diolah di pabrik dan bertanggung jawab atas tersedianya bahan baku teh untuk diolah sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan.

3. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan

Tenaga kerja di Perkebunan Semugih dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Staff adalah tenaga kerja yang masuk ke dalam struktur organisasi perusahaan.

b. Tenaga kerja honorer adalah tenaga kerja yang penghasilannya berupa honor dari tugas apa yang telah dikerjakannya.

c. Tenaga kerja lepas adalah tenaga kerja yang hanya bekerja jika perkebunan kekurangan tenaga kerja.


(36)

commit to user

24  

Karyawan yang bekerja di pabrik teh Semugih berjumlah 1.067 orang. Karyawan tersebut dibedakan menjadi karyawan pimpinan, karyawan pelaksana, karyawan pembantu pelaksana, dan karyawan harian. Tingkat pendidikan dari para karyawan juga bervariasi mulai dari pendidikan SD sampai sarjana (S1).

Beberapa fasilitas didirikan untuk meningkatkan produktivitas para karyawan serta kesejahteraan keluarga karyawan, yaitu:

1. Bantuan biaya pengobatan ditanggung oleh perusahaan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Penyediaan sarana perumahan untuk karyawan pendatang yang belum memiliki rumah.

3. Disediakan fasilitas pendukung pendidikan (TK).

4. Disediakan sarana peribadatan masjid, koperasi, dan sarana olahraga. 5. Penyediaan listrik dan air.

6. Pakaian seragam kerja diberikan 1 stel pertahun sesuai dengan kondisi perusahaan.

7. Pemberian tunjangan pensiun berdasarkan masa kerja.

8. Santunan kematian, apabila ada karyawan dan keluarganya meningggal.

Di Kebun Semugih juga diperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja, karyawan, dan staf. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera. Wujud dari perlindungan dan keselamatan kerja di Kebun Semugih antara lain:

a) Bagi karyawan dan pekerja pabrik:

ƒ Proses kerja yang dilakukan tidak membahayakan.

ƒ Alat dan ruangan yang memberikan efek gangguan

(membahayakan) terhadap karyawan dan sekitarnya diisolasi. ƒ Pemakaian alat perlindungan perorangan, seperti sarung tangan dan

sepatu.

ƒ Petunjuk dan peringatan kerja.


(37)

commit to user

25  

b) Bagi karyawan dan pekerja di kebun:

ƒ Pemberian pakaian seragam kerja berupa caping, celemek, dan baju lengan panjang dengan tujuan untuk melindungi pekerja dari terik matahari.

ƒ Pemakaian alat perlindungan perorangan, seperti sarung tangan untuk melindungi tangan pekerja dari getah dan ulat serta sepatu boot untuk melindungi pekerja dari benda-benda tajam, cacingan dan hewan berbisa.

c) Bagi semua pekerja (pimpinan, staf, karyawan, dan buruh) beserta keluarga diberikan jaminan kesehatan dan asuransi kerja oleh perusahaan.

C. Penyediaan Bahan Baku

1. Penyiapan Lahan, Pembibitan, dan Tingkat Tanaman

1.1. Penyiapan Lahan

Kegiatan pertama dalam penyiapan bahan baku adalah penanaman. Sebelum dilakukan penanaman, maka diperlukan penyiapan lahan tanam. Menurut asalnya, lahan dapat berasal dari sisa hutan, bekas tanaman lain ataupun bekas tanaman sejenis. Tahapan dalam kegiatan ini antara lain :

a. Pembongkaran tunggul

Sebelum dilakukan kegiatan ini, luas lahan harus di ukur terlebih dahulu dan disesuaikan dengan rencana penanaman. Pembongkaran dilakukan dengan mencabut tanaman lama dengan cangkul atau katrol. Seluruh bagian tanaman harus tuntas terangkat beserta akarnya. Hal yang tidak boleh dilakukan dalam pencabutan adalah memotong leher akar, karena sisa perakaran akan menjadi tempat hidup jamur akar. Tunggul dan akar dikumpulkan dan dibawa ke pabrik sebagai bahan bakar. b. Pembersihan dan meratakan tanah

Kegiatan pembersihan tanah dengan pencangkulan yang dilakukan dengan kedalaman 20-25 cm. Hal ini dimaksudkan


(38)

commit to user

26  

untuk menghilangkan akar rimpang (Rhizoma) dan perakaran tanaman lama yang masih tertinggal supaya tidak timbul jamur akar. Perataan berfungsi untuk mempermudah pembuatan kontur teras. Diupayakan permukaan tanah rata terutama tanah sisa galian/dongkelan tanaman sebelumnya.

c. Pembuatan jalan

Apabila jalan sebelumnya sudah ada dan masih bisa dipakai kembali pembuatan jalan tidak dilakukan, kegiatan yang dilakukan tinggal perbaikan seperlunya. Macam-macam jalan yang perlu dibuat adalah jalan utama/protokol, jalan angkut produksi, jalan blok ke blok serta jalan yang digunakan oleh pemetik. Naik turunnya jalan dibuat tidak terlalu curam, dengan kemiringan maksimal 300.

d. Pembuatan saluran air

Pembuatan saluran air dilakukan bertujuan untuk mengendalikan erosi pada permukaan tanah. Hampir sama seperti pembuatan jalan, tetapi tidak boleh terlalu lebar, maksimal satu meter. Pada tepi saluran air dapat ditanami rumput Glutemala untuk memperkuat tampingan.

e. Pembuatan terasering

Terasering dibuat pada awal persiapan setelah pembersihan lahan serta perataan tanah. Untuk kebun yang curam/miring sangat dianjurkan pembuatan terasering. Hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Dalam pembuatannya, lebar teras disesuaikan dengan kemiringan lahan, semakin miring semakin lebar. Untuk standar lebar teras berkisar 70-110 cm. Teras dibuat miring kedalam, agar tidak mudah longsor di musim penghujan.

f. Penanaman tanaman pelindung

PTP Nusantara IX Kebun Semugih berada pada ketinggian 600-800 m dpl. Untuk tanaman teh yang berada dibawah 1000 m dpl


(39)

commit to user

27  

harus di beri tanaman naungan. Tanaman naungan berfungsi sebagai penahan terpaan angin kencang, mencegah penguapan yang berlebihan serta pelindung dari radiasi sinar ultraviolet, terlebih ketika musim kemarau. Tanaman pelindung dibagi menjadi dua, yaitu pelindung sementara dan pelindung tetap. Pelindung sementara difungsikan untuk tanaman baru. Tanaman yang dipakai adalah jenis Legumineceae seperti Tephrosia sp (orok-orok). Tanaman pelindung tetap berupa tanaman permanen yang berumur panjang. Jenis yang dipakai untuk pelindung tetap antara lain: Lamtoro, Ramayana, Greavillea

robusta dan Kina.

Penyiapan lahan dilakukan satu tahun sebelum penanaman. Selama masa tunggu tersebut, lahan dapat beradaptasi dengan udara luar serta untuk menetralkan kandungan unsur hara dalam tanah. Sementara menunggu lahan siap, dapat dilakukan penyiapan bibit di tempat pembibitan. Karena penyiapan bibit hingga siap tanam membutuhkan jangka waktu ± 1 tahun.

1.2. Pembibitan

Pembibitan tanaman teh dapat dilakukan melalui dua cara, dengan biji (klentang) serta dengan stek. Di PTP Nusantara IX Kebun Semugih menggunakan cara stek sebagai pembiakan tanaman. Langkah yang harus dilakukan sebelum pembibitan adalah pemeliharaan pohon induk yang akan digunakan untuk pembibitan. Perlu perencanaan terlebih dahulu, teh jenis/klon apa yang akan digunakan sebagai bibit. Untuk saat ini teh yang dikembangkan di kebun Semugih adalah jenis Gambung 7 dan Gambung 11 serta TRI 2024 dan TRI 2025. Setiap pohon induk memiliki potensi jumlah stek (cutting) berbeda, sesuai dengan umurnya. Dalam pelaksanaan pembibitan stek teh ada beberapa tahapan yaitu:


(40)

commit to user

28  

a. Lokasi pembibitan

Pemilihan lokasi harus tepat, sebab akan berpengaruh terhadap perkembangan bibit itu sendiri. Lokasi/lahan harus cukup mendapat sinar matahari. Beberapa kriteria lain antara lain yaitu drainase tanah harus baik, kemudahan dalam mendapatkan air dan tanah untuk pengisian polibag. Lokasi juga diharapkan dekat dengan jalan, sehingga mudah dalam pengangkutan.

b. Persiapan lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan mengukur lahan (luas) yang diperlukan sesuai dengan jumlah pembuatan bibit. Sebagai panduan setiap satu meter persegi bedengan dapat memuat 140 bekong/bibit. Lokasi yang akan dipakai untuk pembibitan juga harus bebas dari tunggul-tunggul pohon, sisa perakaran serta bebatuan. Serta dibuatkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, panjang 12 m atau menyesuaikan dengan kondisi lahan. Di dalam bedengan tersebut, bibit teh dipelihara hingga siap ditanam.

c. Pembuatan naungan pembibitan

Bibit yang nantinya akan ditanam harus mendapatkan perlakuan khusus, terutama dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Hal ini dapat menyebabkan bibit terbakar atau layu. Untuk itu perlu dibuatkan naungan di atas pembibitan. Bahan yang biasa dipakai adalah bambu yang sudah dianyam. Ketinggian dari permukaan tanah kira-kira 2 m.

d. Pengisian tanah ke polibag

Sebelum pengisian tanah ke polibag dilakukan pemilihan tanah yang akan digunakan sebagai media tanam. Tanah yang baik mempunyai pH 4,5-5,6 (terbaik 5,6). Tanah dipisahkan antara

top soil (kedalaman 25-30 cm dari permukaan tanah) serta tanah

subsoil (≥30-60 dari permukaan tanah). Setelah diayak tanah


(41)

commit to user

29  

topsoil (setiap 1m3) dicampur dengan urea (300gr), TSP (160gr),

KCL (140gr) dan Dithane M45 (200gr). Sedangkan tanah subsoil hanya dicampur dengan Dithane M45 (200gr) dan Tawas (1000gr). Pengisian dilakukan terlebih dahulu dengan tanah

topsoil sebanyak 2/3 bagian polibag dan subsoil 1/3 bagian atas

dengan menyisakan sedikit ruang pada ujung polibag. e. Penanaman bibit ke dalam polibag

Menjelang penanaman bibit direndam dalam larutan Dithane M45 0,2 % selama satu menit, kemudian pangkal bibit dicelupkan ke dalam perangsang akar Rootone F (100 gram untuk 15000 stek). Kemudian bibit ditancapkan ke dalam polibag yang sudah diberi lubang dengan bambu dengan kedalaman 3 cm. Selanjutnya polibag disiram dengan air bersih dan disemprot dengan insektisida (Sidamethrin).

f. Pemeliharaan bibit

Bibit yang sudah berada dalam bedengan ditutup dengan plastik (sungkup) selama 2 bulan. Kemudian dilakukan penyulaman serta penyiraman dengan pupuk dan air tawar. Satu bulan selanjutnya bibit dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dengan cara membuka sungkup bedengan secara bertahap sampai bibit benar-benar kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan sampai bibit berumur 7 bulan. Selanjutnya dilakukan seleksi bibit, dipisahkan bibit dengan perbedaan ukuran tanaman. Kemudian dilakukan pemupukan sebanyak 3 kali sampai bibit siap dibawa ke kebun (umur 10-11 bulan) dengan ketinggian minimal 25 cm.


(42)

commit to user

30  

1.3. Tingkatan Tanaman

a. Tanaman Tahun Ini (TTI)

Kegiatan TTI dilakukan dengan tujuan antara lain: mengganti tanaman yang produktivitasnya sudah rendah (dibawah 900 kg/ha) serta populasi tanaman per hektar dibawah standar. Pada TTI dilakukan pemeliharaan jalan, saluran air, pengendalian gulma, mengajir, membuat lubang dan menanam teh. Penanaman teh dilakukan pada kisaran bulan November dan Desember karena pada bulan tersebut curah hujan sudah cukup yaitu selama 7 hari berturut-turut.

b. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Belum Menghasilkan meliputi TBM I, TBM II dan TBM III. Masing-masing tahap memiliki jangka waktu 1 tahun. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan TBM adalah pemeliharaan jalan, saluran air dan teras, pembuatan rorak (lubang penahan erosi dan penampungan pupuk), penyulaman, pengendalian gulma dan hama penyakit, pemupukan serta pembentukan bidang petik. Pembentukan bidang petik dilakukan untuk memperlebar permukaan bidang petik sehingga meningkatkan produksi pucuk teh.

c. Tanaman Menghasilkan (TM)

Setelah masa TBM berakhir, tanaman memasuki tahap TM yaitu tanaman sudah dapat berproduksi secara normal. Masa produksi TM sangat lama, yaitu berakhir ketika produksi tanaman mulai menurun dan dilakukan pembongkaran. Kegiatan dalam tahap ini meliputi pemeliharaan jalan, konservasi tanah (menjaga kesuburan tanah), pengendalian gulma dan hama penyakit, pemupukan, pangkasan, pengolahan tanah, dan pemeliharaan pohon pelindung. Pemupukan dilakukan 4 kali dalam setahun dengan cara dibenamkan dalam tanah dan juga melalui pupuk daun (bayfolan) yang dicampur dengan pestisida (Zing Sulfat)


(43)

commit to user

31  

dengan cara disemprotkan satu minggu sekali. Pemangkasan dilakukan setiap 3-4 tahun sekali dengan ketinggian 55-60 cm dari permukaan tanah. Tujuan dari pangkasan adalah untuk menurunkan kembali bidang petikan sehingga tidak terlalu tinggi dan mudah dipetik serta merangsang pertumbuhan cabang dan tunas-tunas baru. Pengendalian hama/penyakit termasuk sangat penting karena ketika musim hujan daun teh rawan terserang

Blyster blight yaitu cacat pada daun seperti tumor serta

hama-hama yang lain.

2. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan elemen terpenting dalam proses produksi, yang nantinya diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Pengadaan bahan baku untuk pembuatan teh hitam secara keseluruhan pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih berasal dari kebun milik sendiri dengan luas areal perkebunan teh 410.69 Ha yang terbagi menjadi dua kebun yaitu Banyumudal 256.38 Ha dan Sima 155.31 Ha.

Sebagai pertimbangan keberlangsungan jalannya industri, maka penyediaan bahan baku sangat penting untuk diperhatikan. Teh yang bermutu tinggi biasanya didapatkan dari pengolahan daun teh muda. Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk teh adalah senyawa polifenol teh (golongan katekin) dan enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya. Kedua zat ini terletak terpisah dalam sel daun, senyawa polifenol di vakuola dan enzim polifenol oksidase di kloroplast. Sehingga keduanya tidak akan saling kontak yang menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Kondisi seperti ini harus dipertahankan sampai pucuk teh diolah di pabrik.

Reaksi oksidasi polifenol dalam pucuk teh yang tidak terkendali biasanya terjadi karena faktor lingkungan. Daun yang sudah tidak utuh lagi atau terperam adalah daun yang bekualitas buruk. Suhu dan tekanan pucuk teh yang dipetik akan mengakibatkan terjadinya respirasi yang menghasilkan panas. Peningkatan suhu dan tekanan mekanis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:


(44)

commit to user

32  

1. Penggenggaman pucuk teh yang terlalu lama di tangan pemetik 2. Pemadatan pengisian pada wadah petikan

3. Timbunan pucuk yang terlalu tebal

4. Sinar matahari yang terlalu terik dan langsung mengenai pucuk teh 5. Pemadatan di dalam kendaraan pengangkutan dari kebun ke pabrik

Dalam pengadaan bahan baku ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk teh yang memenuhi syarat pengolahan dan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Pucuk teh dipetik pagi hari jam 05:30 WIB sampai selesai oleh para pemetik di bawah pengawasan mandor. Pemetik teh di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih terbagi menjadi 8 kelompok dan tiap kelompok dipimpin oleh satu mandor petik. Jumlah pemetik teh tiap kelompok berkisar antara 50-70 orang.

Aturan pemetikan di PTP Nusantara IX Kebun Semugih adalah sebagai berikut:

a. Pemetikan dilakukan tanpa merusak pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga diterapkan sistem pembagian kerja agar diperoleh siklus petik 7 – 8 hari untuk tiap-tiap kelompok petik.

b. Pucuk yang dipetik adalah sesuai dengan rumus petikan medium yaitu:

1) Pucuk medium minimal 70% (P+2, P+3m, B+1m, B+2m, B+3m)

2) Pucuk halus maksimal 10% (P+1, P+2m)

3) Pucuk kasar maksimal 20% (P+3, P+4, B+1t, B+2t)

Keterangan: P : peko

B : burung

m : muda


(45)

commit to user

33  

Beberapa jenis pucuk teh yang dipetik dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Jenis-Jenis Pucuk Teh Keterangan gambar:

P+1 : peko + 1 daun muda B+1M : burung + 1 daun muda P+2 : peko + 2 daun muda B+2M : burung + 2 daun muda P+3M: peko + 3 daun muda B+3M : burung + 3 daun muda

Jenis pemetikan yang dilakukan selama daun pangkas terdiri dari:

a. Pemetikan jendangan

Jenis petikan jendangan dilakukan apabila ± 25% dari areal blok yang dipangkas telah bertunas yang mencukupi untuk dipilih pada ketinggian petik 10-15 cm dari luka pangkas. Pemetikan ini dilakukan 3-5 kali daur petik pada ketinggian yang sama oleh pemetik yang terpilih. Selanjutnya siap dilakukan petikan produksi. b. Pemetikan produksi

Jenis petikan produksi dilakukan setelah lepas pemetikan jendangan sampai menjelang gendesan dengan pucuk yang diambil sesuai dengan rumus petikan medium.

c. Pemetikan gendesan

Jenis petikan gendesan dilakukan menjelang pemangkasan dengan mengambil semua pucuk yang ada.

P+1 P+2 P+3M

B+3M B+2M


(46)

commit to user

34  

2. Penanganan Bahan Baku

Pemetikan pucuk dilakukan dengan hati-hati yaitu dengan kedua tangan, daun dalam genggaman tidak terlalu banyak dan langsung dimasukkan ke dalam wadah tanpa adanya penekanan. Selanjutnya setelah semua pekerjaan pemetikan selesai pucuk teh dimasukkan kedalam waring agar sirkulasi udara berjalan lancar dan tidak terjadi kenaikan panas bahan dan dikumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Di TPH ini dilakukan analisa petik. Analisa petik ini bertujuan untuk mengetahui sistem pemetikan yang dilakukan, sesuai atau tidak dengan rumus petik yang diterapkan dan dinyatakan dalam persen.

3. Organisasi Petik

Organisasi petikan teh yang dilaksanakan yaitu :

a. Masing-masing Afdeling (bagiab kebun) dibagi menjadi beberapa group kemandoran dengan luas lahan sekitar 50 Ha.

b. Petikan pada masing-masing blok dilaksanakan secara giring bebek, sehingga tetap terpisahkan antara petikan group A, B, C dan seterusnya sesuai dengan luas area Tanaman Menghasilkan (TM) c. Kebutuhan jumlah pemetik disesuaikan dengan luas area petikan

masing-masing group kemandoran agar bisa dipenuhi daur petiknya dan tidak terjadi keterlambatan pemetikan.

d. Untuk menghitung kebutuhan tenaga petik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/ HK (hari kerja) dalam setahun, jumlah hari kerja setahun, % absensi pemetik dalam setahun (A), rata-rata produksi pucuk/ Ha/ tahun. Jumlah tenaga petik (TP) yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TP = Produksi pucuk / Ha / tahun x (100+A)% Kapasitas petik/ Ha / tahun

e. Hasil petikan jendangan harus dipisahkan dari hasil petikan produksi 

   


(47)

commit to user

35  

4. Analisa Petikan

Analisa petik didasarkan pada rumus petikan yang diterapkan. Kegiatan ini berguna untuk bahan evaluasi kerja dari para pemetik dan mengetahui kondisi kesehatan tanaman. Selain itu kegiatan ini merupakan tindakan pengendalian kualitas pada bahan baku dikebun. 5. Pengangkutan Pucuk ke Pabrik

Pengangkutan pucuk ke pabrik dilakukan dengan menggunakan truk yang diberi penutup bak (deklit). Hal ini ditujukan untuk menghindarkan pucuk dari sinar matahari langsung. Selain itu di dalam bak truk terdapat sekat dari papan yang berguna untuk meletakkan waring berisi pucuk agar tidak saling bertindih satu sama lain. Pengangkutan pucuk dilakukan sesegera mungkin dari TPH untuk menghindari terjadinya prafermentasi. Setelah sampai di pabrik, teh akan diterima oleh mandor penerimaan pucuk untuk dilakukan proses selanjutnya.

6. Penerimaan Pucuk

Pucuk teh yang umumnya terdiri dari tangkai dan daun muda merupakan bahan baku pengolahan teh yang harus diusahakan dan dijaga agar bermutu baik sehingga diharapkan dapat menghasilkan teh yang bermutu tinggi.

Proses pengolahan teh hitam di PTP Nusantara IX Kebun Semugih dimulai dari penerimaan pucuk di pabrik. Pucuk-pucuk tersebut dikirim oleh masing-masing mandor petik sekaligus bertanggungjawab atas mutu pemetikan dalam kelompoknya. Pertama-tama pucuk yang datang ditimbang pada jembatan timbang bersama-sama dengan truk pengangkutnya. Setelah dilakukan penimbangan pucuk teh kemudian diturunkan dari truk dan dibawa menuju ruang pelayuan. Saat pemindahan pucuk dari truk ke tempat pelayuan diusahakan seminimal mungkin tercecernya pucuk di lantai, karena pucuk-pucuk tersebut dapat terinjak-injak yang berakibat turunnya kualitas dari pucuk teh tersebut. Di dalam ruang pelayuan ini terdapat Withering Trough atau palung pelayuan. Alat ini berbentuk


(48)

commit to user

36  

persegi yang memanjang dan terdapat sekat antara bagian atas dan bawah, sekat ini berbentuk seperti jaring sehingga udara dapat mengalir dengan mudah. Selanjutnya pada Withering trough pucuk teh dihamparkan atau dibeberkan dengan ketebalan antara 30-40cm dengan kapasitas Withering trough 1800 kg. Bersamaan dengan pembeberan, kipas penghembus udara dinyalakan dan pembeberan tersebut dilakukan berlawanan dengan arah dari kipas penghembus udara.

Setelah semua pucuk teh dikeluarkan dari truk dilakukan penimbangan kembali untuk mengetahui berat truk kosong dan waring kosong. Dengan diketahuinya berat truk kosong dan waring kosong maka dapat diketahui pula berat pucuk yang tiba di pabrik. Perbandingan antara berat pucuk dikebun dengan berat pucuk di pabrik dapat digunakan untuk mengetahui prosentase penyusutan pucuk selama pengangkutan dari kebun ke pabrik.

7. Analisa Pucuk

Dasar analisa pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan tingkat mudanya pucuk atau tingkat pemenuhan syarat pengolahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui mutu standar (MS) dan menentukan harga dari tiap kilogram pucuk. Kriteria Mutu Standar (MS) pucuk teh pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dibedakan menjadi :

1. Mutu Standar halus/ MS halus : pucuk muda, rusak muda, dan lembar muda

2. Mutu Standar kasar/ MS kasar : pucuk tua, rusak tua, lembar tua, burung tua, dan tangkai

Mutu Standar dihitung pada hasil petikan masing-masing kemandoran. Cara penghitungannya adalah dengan mengambil secara acak sampel sebanyak 1 kg sepanjang Withering Trough, kemudian dibawa ke tempat pengujian. Sampel tersebut di aduk-aduk secara perlahan agar tercampur dan diambil sebanyak 200 gram. Kemudian


(49)

commit to user

37  

pucuk-pucuk tersebut dikelompokkan sesuai dengan kriteria uji MS. Nilai MS diambil dari prosentase mutu standar halus. Rumusnya :

% 100 x Sampel

BeratSemua

Muda BeratRusak rMuda

BeratLemba Muda

BeratPucuk

MS= + +

Nilai MS yang dipakai pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih berkisar antara 58 – 62%, semakin tinggi nilai MS maka semakin bagus mutu petikannya, karena pucuk muda yang dipetik lebih banyak. Setelah dilakukan analisa pucuk, kemudian hasilnya diberikan kepada mandor petikan dan ditulis pada papan keterangan penerimaan pucuk.

D. Proses Pengolahan Teh Hitam

Perkembangan pengolahan teh hitam senantiasa mengikuti perkembangan pasar/ konsumen. Beberapa tahun terakhir tuntutan konsumen beralih ke teh hitam dengan ukuran partikel lebih kecil dan cepat seduh. Oleh karena itu, pengolahan teh hitam sekarang berkembang menjadi sistem ortodoks rotorvane. Penambahan alat rotorvane pada proses penggilingan dimaksudkan agar proses penghancuran lebih optimal. Pengolahan teh hitam ortodoks rotorvane diawali dengan pelayuan pucuk segar kemudian dilakukan penggilingan dan sortasi bubuk basah serta oksidasi enzimatis. Selajutnya bubuk dikeringkan dan dilakukan penjenisan berdasarkan kriteria mutu tertentu (sortasi kering), setelah itu dilakukan pengemasan ( Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 2008).

Selain sistem ortodoks rotorvane, muncul sistem pengolahan teh hitam baru yaitu CTC (Crushing, Tearing, and Curling). Dengan pengolahan CTC, hampir semua sel daun (pucuk) teh menjadi hancur sehingga proses fermentasi dapat berjalan lebih merata. Pengolahan CTC diawali dengan pelayuan pucuk segar, selanjutnya dilakukan pengayakan pucuk layu dan penggilingan persiapan. Setelah itu dilakukan penggilingan CTC dan oksidasi enzimatis. Bubuk basah kemudian dikeringkan dan dilakukan sortasi bubuk kering serta pengemasan bubuk hasil sortasi.

Saat ini sistem pengolahan teh hitam yang dilakukan oleh PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih adalah sistem Ortodoks Rotorvane yang terdiri atas :


(50)

commit to user

38  

1. Pelayuan

2. Penggulungan dan Sortasi Basah 3. Fermentasi

4. Pengeringan 5. Sortasi Kering

6. Penyimpanan dan Pengemasan 7. Pemasaran

Proses pengolahan teh hitam secara kualitatif dan kuantitatif pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.


(51)

commit to user

39  

Keterangan gambar : OTR = Open Top Roller PCR = Press Cup Roller RRB = Rotary Roll Breaker RV = Rotorvane

ALUR PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA KUALITATIF

Gambar 4.3 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kualitatif pada PTP IX Kebun Semugih Pucuk Teh Jembatan Timbang PELAYUAN 10-20 j

OTR (50 menit) PENGGILINGA

N

RRB (10 menit)

PCR (30 menit)

RRB (10 menit)

RV (25 menit)

RRB (10 menit)

RV (25 menit)

RRB (10 menit)

Bubuk II

BADAG

SORTASI

PENGEPAKAN PENGERINGAN SUHU INLET : 90-95 C

SUHU OUT LET : 50-55 C Kadar Air : 2,5-3 %

BOP BOPF PF DUST BP BT PF II BP II FANN II DUST II DUST III

BM & KAWUL

Mutu I & II

Mutu III Bubuk I Bubuk III Bubuk IV FERMENTASI 110-180 menit


(52)

commit to user

40                            

Gambar 4.4 Alur Pengolahan Teh Hitam Secara Kuantitatif pada PTP IX Kebun Semugih

Air teruapkan = 42 kg (2%)

Air teruapkan = 1023 kg kg (2%)

Bubuk hilang = 96,93 kg (9,73%)

Air teruapkan = 592,27 Kg63,2%)

Bubuk hilang = 4,8 Kg (1,4%)

Pucuk segar dari kebun

Penerimaan pucuk Sortasi kering Pelayuan Pengolahan basah Grade III Grade II Grade I

Pucuk segar =2099 kg

Pucuk basah = 2057 kg

Pucuk layu = 1034 kg Prosentase layu = 50,27%

Bubuk I = 137,4 Kg (13,29%) Bubuk II = 108,3 Kg (10,47%) Bubuk II = 211,87 Kg (20,49%) Bubuk IV = 458,6 Kg (44,3%) Badag = 20,9 Kg (2,02%) Total = 937,07 Kg (90,63%)

Bubuk I = 59,7 Kg (6,37%) Bubuk II = 50,8 Kg (5,42%) Bubuk II = 73,3 Kg (7,83%) Bubuk IV = 141,8 Kg (15,13%) Badag = 16,4 Kg (1,75%) Kawul = 2,8 Kg (0,3%) Total = 344,8 Kg (36,8%)

Pengeringan

Total bubuk = 340 Kg ((8,6%)

BOP = 26 Kg (7,65%) BOPF = 63 Kg (18,53%) PF = 58 Kg (17,06%) DUST = 47 Kg (13,82%) BP = 29 Kg (8,58%) BT = 26 Kg (7,65%) Total = 249 Kg

PF II = 26 Kg (7,06%) BP II = 63 Kg (2,65%) FANN II = 58 Kg (3,82%) DUST II = 47 Kg (2,35%) DUST II = 29 Kg (2,06%) Total = 61 Kg (17,94%)

BM = 26 Kg (4,12%) KAWUL = 63 Kg (4,71%) Total = 30 Kg (8,82%) ALUR PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA KUANTITATIF


(53)

commit to user

41  

1. Pelayuan

Pelayuan merupakan tahap pertama dalam berbagai cara pengolahan teh hitam. Waktu yang diperlukan dalam proses pelayuan ini bervariasi tergantung sistem pengolahan yang digunakan dan tingkat layu yang dibutuhkan. Untuk sistem pengolahan ortodoks waktu yang digunakan untuk melayukan pucuk berkisar antara 10-20 jam. Tujuan dari proses pelayuan adalah untuk mengurangi kandungan air dalam pucuk secara merata disetiap bagian pucuk sehingga mudah digulung dan memudahkan cairan sel keluar dari jaringan ke permukaan daun selama digulung. Dalam hal ini pelayuan merupakan kunci keberhasilan dalam proses pengolahan teh hitam.

Proses pelayuan dimulai dengan pembeberan pucuk ke dalam

Withering Trough. Pembeberan pucuk ini dilakukan sesegera mungkin setelah

pucuk tiba di pabrik. Hal ini dilakukan agar panas dan air yang terdapat dalam permukaan pucuk segera hilang sehingga kerusakan pucuk akibat terperam dapat dihindari.

Selama proses pelayuan, pucuk teh mengalami dua perubahan yaitu perubahan kimia dan perubahan fisik. Perubahan kimia berlangsung sejak pucuk dipetik dari kebun sampai dengan proses pelayuan. Selama proses pelayuan terjadi perombakan-perombakan senyawa kimia yang terkandung dalam pucuk. Perubahan fisik dikarenakan berkurangnya kandungan air dalam pucuk akibat penguapan atau karena aliran udara yang dihembuskan. Dengan berkurangnya kandungan air maka pucuk akan lemas dan lentur.

PTP Nusantara IX Kebun Semugih memiliki 10 unit Withering

Trough dengan kapasitas 1800 kg dan 4 unit Withering Trough dengan

kapasitas 1000 kg. Proses pembeberan pucuk dilakukan dari ujung Trough yang berdekatan dengan kipas menuju ujung yang lain agar pucuk teh yang terjatuh ke lantai saat pembeberan tidak terinjak oleh pekerja. Bersamaan dengan itu kipas penghembus udara dinyalakan. Hal ini dilakukan agar pucuk teh yang menggumpal dapat terurai dengan baik. Selain itu juga untuk menghilangkan panas dan air yang ada pada pucuk. Ketebalan pucuk pada saat pembeberan berkisar antara 25-30 cm sedangkan kecepatan udara yang dihasilkan kipas sebesar 18,33 CFM (Cubic Feet per Minute). Udara yang


(54)

commit to user

42  

baik digunakan dalam proses pelayuan adalah udara yang bersih ( tanpa debu, bau, dan sebagainya), dan kelembaban udara berkisar antara 60-70%.

Karena proses pengolahan teh hitam diperlukan aktivitas enzim sebagai biokatalisator, suhu udara pelayuan udara diusahakan tidak lebih dari 280C, dengan suhu optimum26,70C (800F). Proses pelayuan pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Proses Pelayuan

2. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah

Proses penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah merupakan tahap pengolahan untuk mempersiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun secara fisik. Secara kimia akan terjadi reaksi antara Polifenol dan enzim Polifenol oksidase dengan oksigen yang merupakan proses yang mendasari terbentuknya mutu-dalam (iner quality) dari teh. Secara fisik daun akan mengalami pengecilan fraksi karena proses penggulungan. Adapun tujuan dari proses penggulungan adalah :

1. Membuat daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel dapat keluar ke permukaan daun

2. Menggulung pucuk layu 3. Mengecilkan fraksi daun

Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih, mesin yang digunakan untuk menggulung pucuk berupa Open Top Roller (OTR) dengan kapasitas 375 kg. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menggulung pucuk adalah 50 menit.


(55)

commit to user

43  

Setelah pucuk teh digulung, proses selanjutnya adalah penggilingan. Proses penggilingan bertujuan untuk :

1. Mengecilkan ukuran pucuk

2. Memotong hasil penggulungan menjadi ukuran lebih pendek 3. Menggerus pucuk agar cairan sel keluar semaksimal mungkin 4. Untuk memperoleh bubuk basah sebanyak-banyaknya

Kondisi ruang pengolahan basah (penggulungan, penggilingan, dan oksidasi enzimatis dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Ruang Pengolahan Basah

Mesin yang digunakan untuk menggiling adalah Press Cup Roller (PCR) dan Rotorvane (RV). Pada PCR waktu yang dibutuhkan untuk menggiling pucuk adalah 30 menit. Sedangkan waktu penggilingan pada RV adalah 20 menit. Lama penggilingan dihitung sejak pucuk dimasukkan sampai dikeluarkan dari mesin penggilingan.

Pada pengolahan teh hitam dengan sistem Ortodoks Rotorvane terdapat proses sortasi basah. Sortasi basah pada pengolahan teh hitam bertujuan untuk :

1. Memecahkan gumpalan-gumpalan daun yang terjadi pada proses penggulungan maupun penggilingan

2. Memperoleh bubuk yang seragam 3. Memudahkan pekerjaan sortasi kering

Mesin sortasi basah yang digunakan oleh PTP Nusantara IX Kebun Semugih adalah Rotary Roll Breaker (RRB). Pada RRB terdapat ayakan dengan ukuran 6, 6, dan 7 mesh. Pemilihan ukuran ayakan ini bertujuan untuk


(56)

commit to user

44  

mendapatkan teh dengan grade kecil (bubuk). Hasil sortasi basah terdiri dari bubuk dan Badag. Badag merupakan bubuk teh kasar yang tidak dapat lagi melewati ayakan terakhir.

Karena suhu yang tinggi (diatas 320C) tidak dikehendaki dalam pengolahan basah (penggulungan, penggilingan, sortasi basah, dan fermentasi), maka digunakan kipas untuk dapat mengalirkan udara dari luar. Selain itu kelembaban ruang dipertahankan dengan cara mengabutkan air menggunakan Humidifier. Penggunaan kipas dan Humidifier dapat membantu mempertahankan suhu ruang pengolahan basah antara 20-240C dan kelembaban antara 90-95%. Selain itu juga mempertahankan suhu bubuk antara 26-320C. Proses pengolahan basah pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Skema Pengolahan Basah Open Top Roller

Rotary Roll Breaker I

Press Cup Roller

Rotary Roll Breaker II

Rotorvane I

Rotary Roll Breaker III

Rotary Roll Breaker IV

BADAG Rotorvane II

BUBUK I

BUBUK II

BUBUK III


(1)

commit to user

Gambar 4.35 Vibro Blank d) Crusser

Crusser (Gambar 4.36) memiliki dua buah silinder yang saling berhimpitan yang berfungsi untuk mengecilkan partikel bubuk teh kering. Prinsip kerja Crusser adalah elektromotor menggerakkan silinder dengan arah yang berlawanan. Bubuk teh yang melewati silinder akan tergencet dan terpotong sehingga ukurannya akan menjadi lebih kecil.

Tabel 4.18 Spesifikasi Crusser

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Buatan sendiri

Kapasitas 300 kg

Elektromotor

ƒMerk

ƒDaya

ƒPutaran

ƒTegangan

INDUCTION MOTOR 3 HP

1430 rpm 220/380 volt


(2)

e) Chota Shifter

Chota Shifter (Gambar 4.37) berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan ukuran partikel. Alat ini terdiri dari enam tingkat ayakan dengan ukuran yang berbeda-beda, yaitu 12, 14, 18, 24, dan 60 mesh. Prinsip kerja Chota Shifter adalah mengayak bubuk teh kering dengan sistem ayakan bertingkat.

Tabel 4.19 Spesifikasi Chota Shifter

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung

Tahun 1980

Merk TEHA

Kapasitas 100 kg

Elektromotor ƒMerk ƒDaya ƒPutaran ƒTegangan INDUCTION MOTOR 3 HP 1430 rpm 220/380 volt

Gambar 4.37 Chota Shifter

f) Vibro Mesh

Vibro Mesh (Gambar 4.38) berfungsi membersihkan bubuk teh

kering dari serat-serat dan kotoran dengan prinsip elektrostatis. Tabel 4.20 Spesifikasi Vibro Mesh

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Baja Karya Semarang Indonesia

Merk Baja Karya

Tahun buatan 1978

Kapasitas 200 kg

Elektromotor


(3)

commit to user

Gambar 4.38 Vibro Mesh

g) Winnower

Winnower (Gambar 4.39) berfungsi untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan berat jenisnya dan juga membersihkan bubuk teh dari debu atau kotoran lain dengan bantuan angin.

Gambar 4.39 Winnower Tabel 4.21 Spesifikasi Winnower

Spesifikasi Keterangan

Pabrik pembuat Fa. Teha Bandung

Merk TEHA

Tahun 1965

Kapasitas 60 kg

Elektromotor

ƒMerk

ƒDaya

ƒPutaran

ƒTegangan

INDUCTION MOTOR 5,5 HP

1450 rpm 220/380volt


(4)

6. Alat dan Mesin Proses Pengemasan dan Penyimpanan Alat dan mesin yang digunakan dalam proses ini yaitu: a) Lift

Lift berfungsi untuk mempermudah pengangkutan teh saat akan dimasukkan ke peti miring.

b) Tea Bins (Peti Miring)

Tea Bins (Gambar 4.40) berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dilakukan pengepakan. Bubuk teh dimasukkan melalui pintu atas. Pada bagian dalam Tea Bins dilapisi dengan seng untuk mencegah terjadinya kenaikan kadar air pada bubuk teh. Bagian dasar dari Tea Bins dibuat miring untuk mempermudah pengeluaran bubuk teh.

Gambar 4.40 Tea Bins c) Tea Bulker

Tea Bulker (Gambar 4.41) berfungsi untuk mencampur beberapa bubuk teh yang sejenis tetapi berbeda waktu pembuatannya sehingga akan diperoleh bubuk teh yang mutunya seragam.


(5)

commit to user

d) Timbangan

Timbangan (Gambar 4.42) berfungsi untuk menimbang bubuk teh kering pada waktu proses pengepakan.

Gambar 4.42 Timbangan e) Tea Packer

Tea Packer (Gambar 4.43) berfungsi untuk memadatkan bubuk teh dalam kemasan paper sack.


(6)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses pengolahan teh hitam di PTPN IX Kebun Semugih menggunakan

sistem orthodox rotorvane yang meliputi proses pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan.

2. Pengendalian mutu dilakukan pada tiap tahap proses sesuai dengan ISO

9001 : 2000/SNI 19-9001-2001.

3. Sanitasi industri pada PTPN IX Kebun Semugih secara keseluruhan sudah

cukup baik dengan menerapkan aturan khusus yang dibuat oleh perusahaan

baik tertulis maupun tidak.

4. Pemasaran produk teh hitam PTPN IX Kebun Semugih terutama ke luar

negeri dengan sistem lelang di KPB (Kantor Pemasaran Bersama) di Jakarta.

B. Saran

1. Sebaiknya diberikan pelatihan khusus kepada para pekerja supaya dapat

bekerja lebih baik lagi.

2. Pengendalian mutu pada pucuk teh segar perlu diperhatikan, terutama pada

saat penerimaan pucuk sehingga didapatkan bahan baku yang memiliki tingkat kerusakan minimal.

3. Sebaiknya dilakukan perbaikan mesin dan peralatan yang rusak atau jika

memungkinkan dilakukan peremajaan mesin dan peralatan sehingga dapat membantu kelancaran proses produksi.