tersenggal-senggal. Kata racun kimiawi memiliki arti gas kimia yang dapat menyebabkan sakit atau mati jika dihirup atau dimakan. Kata jalan alam
memiliki makna jalan yang alami, sesuai dengan alam.
4.2 Makna Simbolis dalam Kumpulan Puisi Doa untuk Anak Cucu Karya W.S. Rendra
Dalam puisi, simbol yang digunakan pengarang akan memiliki perbedaan makna ketika simbol tersebut berdiri sendiri dan ketika simbol berada atau
diartikan secara utuh dalam puisi.
4.2.1 Puisi Syair Mata Bayi
Makna simbolis yang terdapat dalam puisi Syair Mata bayi memiliki perubahan makna setelah puisi diartikan secara utuh. Makna kata mata bayi
ketika berdiri sendiri merupakan panca indra anak yang belum lama lahir atau anak kecil, sedangkan dalam puisi, mata bayi diciptakan pengarang untuk
mengungkapkan suatu hal yang erat kaitannya dengan ketulusan dan kejujuran. Kata Mata durjana berubah makna menjadi orang yang memiliki niat jahat atau
hati yang busuk. Kata matahari disimbolkan sebagai suatu harapan yang
Universitas Sumatera Utara
memberi terang, dan membukakan jalan. Kata mata gelap diciptakan pengarang untuk menunjukkan keadaan gelap, manusia tak mampu melihat sesuatu yang
baik, tidak ada cahaya. Kata mata angin merupakan arah yang akan memberi jalan. Kata Mata merah saga merupakan kata yang diciptakan pengarang untuk
sebuah kemarahan, adanya perasaan dililit oleh kemarahan dan tak ada kebaikan. Kata mata pisau menggambarkan keadaan yang sangat menyakitkan, seperti
diiris. Kata mata batin merupakan simbol yang diciptakan pengarang untuk menggambarkan kebenaran yang mampu berbicara kepada diri sendiri. Kata
gebalau ancaman memiliki makna banyaknya keadaan yang merugikan, menyulitkan, dan menyusahkan.
Secara struktuktural dalam puisi di atas ada hubungan atau pertautan yang erat antara unsur-unsurnya, satuan-satuan kebermaknaannya. Pada puisi terdapat
perulangan bunyi vocal seperti yang tampak pada larik aku merindukan mata bayi, selain perulangan bunyi vokal ada juga perulangan kata seperti yang
terdapat pada kata mata batin, mata pisau, hadirlah, merindukan, semua pengulangan kata yang dituliskan pengarang menandakan adanya penegasan dan
menambah kepuitisan puisi. Pengarang juga menciptakan ragam bunyi yang mampu menciptakan ragam suasana. Ada kesatuan imaji-Imaji suram, suasana
kelam seperti yang terdapat pada kata mata gelap, mata durjana, mata pisau, mata merah saga, disekap, rawan, gebalau ancaman. Ada juga suasana sepi seperti
rindu, Tiap bait pun dengan baik menggambarkan suasana, murung, suram, dan
sedih, maknanya diperkuat oleh bunyi vokal a dan u yang dominan sesuai untuk
mengungkapkan kesedihan dan kesepian, selain itu bunyi konsonan yang berada
Universitas Sumatera Utara
diakhir membantu menuansakan setiap suansana tersebut seperti kata disekap, rawan, harapan, dan ancaman. Jadi, antara bunyi, pemilihan kata, kalimat ada
persamaan, semuanya memperbesar jaringan efek puisinya. Secara struktural hubungan antara bait yang satu dengan yang lainnya
sangat kompak menjalin struktur yang bermakna. Bait pertama memberi gambaran adanya kerinduan pada hadirnya ketulusan dan kemurnian setelah
melewati berbagai hal yang jahat, bait ini juga mengharapkan sejuta harapan saat ia merasa dipenuhi suasana yang kelam seperti tidak ada cahaya hal ini dikiaskan
dengan aku merindukan matahari, karena aku dikerumuni mata gelap. Bait kedua menggambarkan suatu keadaan dimana pengarang merasa membutuhkan
arah yang akan menunjukkan jalan karena ia merasa terikat pada keadaan buruk yang melilit yang dikiaskan dengan kata aku merindukan mata angin, karena
aku disekap oleh mata merah saga. Pada bait ketiga dikemukakan, bahwa adanya keadaan yang sangat menyakitkan seperti mengiris yang diungkapkan pengarang
dengan kata mata pisau di mana-mana Dan pada bait ini juga digambarkan suatu keadaan yang mengharapkan suatu kebenaran hadir pengarang mengkiaskan
dengan kata mata batin Mata batin, hadirlah kamu. Bait keempat merupakan klimaks dari sajak di atas yang menggambarkan bahwa pengarang
sangat mengharapkan adanya kebenaran yang ia percaya dapat memberi solusi terhadap keadaan yang sangat merugikan, menyulitkan, dan terasa mengikat.
Dengan keeratan hubungan antara bait-baitnya itu, Rendra dengan jelas mampu menggambarkan suasana muram yang mengharapkan suatu keadaan yang
mampu membebaskan dari setiap keadaan jahat yang ada. Tiap-tiap bait hanya
Universitas Sumatera Utara
bermakna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya. Tidak ada satu pun bait yang dapat dihilangkan atau dibalikkan. Semua ini menyatakan
bahwa sajak dalam tiap bait tersebut hubungannya sangat erat. Dari segi diksi, banyak menggunakan simbolis yang memiliki makna ambiguitas sehingga
menimbulkan multi tafsir dari para pembaca. Puisi ini banyak dipengaruhi ekspresi kehidupan batin manusia lewat peneropongan batin sendiri, sajak-
sajaknya menuntut hak asasi manusia seperti hidup merdeka, bebas dari penindasan, dan menuntut kehidupan yang layak, serta kritik atas penyelewengan-
penyelewengan. Dari segi tema, sajak tersebut di atas mengemukakan masalah kemanusiaan umum dengan jelas seperti tentang kesengsaraan hidup, perebutan
kekuasaan, dan kekerasan.
4.2.2 Puisi Tentang Mata