28
Jaminan perlakuan yang sama itu, juga bukan lah suatu jaminan yang kosong, namun jaminan atas perlakuan yang sama itu disertai dengan langkah-
langkah konkret, atau, seperti telah dikemukakan di atas, ada mekanisme untuk merealisasikan jaminan itu. Misalnya, adanya aparat yang tersedia di dalam suatu
negara, yang tunduk kepada aturan itu untuk memastikan bahwa jaminan seperti itu dinikmati oleh mereka yang telah memenuhi persyaratan memperoleh jaminan
itu. Akan sangat menghina asas hukum apabila aparat yang ada di dalam satu negara yang diproklamasikan sebagai negara hukum, dan itu berarti ada jaminan
perlakuan yang sama bagi siapa saja di dalam negara itu untuk menikmati hak-hak dasar yang ada, tetapi di sisi yang lain, justru aparat negara itu keberadaannya
lebih condong untuk memihak satu golongan, sementara cenderung meniadakan kepentingan golongan yang lain.
2.6. Arti Penting Asas Persamaan di Hadapan Hukum
Prinsip persamaan perlakuan di depan hukum sebagai prinsip dasar dari hak asasi manusia berlaku umum dan harus dijamin pemenuhannya oleh negara.
Terutama bagi negara hukum, dalam pelaksanaan pemerintahannya wajib menjujung tinggi hukum.
27
Dalam hal inilah makna prinsip persamaan perlakuan di depan hukum.
Arti penting sebagaimana telah dikemukakan di atas tersebut mengisyaratkan, lagi-lagi suatu jaminan akan pemenuhan hak persamaan di
hadapan hukum. Dan, dalam uraian di atas, jaminan itu justru datang dari
27
Hukum yang dimaksud disini bukan pengertian hukum dalam arti sempit yang hanya memberikan pengertian bahwa hukum adalah peraturan perundang-undangan laws, tetapi Hukum
dalam arti luas Law.
29
pemerintah atau penyelenggara negara dan aparat yang diberikan mandat oleh hukum untuk menyelenggarakan pemerintahan di dalam negara itu. Itu berarti,
misalnya apabila sudah ada suatu keputusan yang berkekuatan hukum tetap dari suatu peradilan negara, maka aparat yang tugasnya melaksanakan atau
mengeksekusi perintah pengadilan, harus segera mungkin menjalankan putusan itu, sebab dengan dijalankannya putusan pengadilan itu maka pemerintah tersebut
otomatis dapat disebut sebagai pemerintah yang menjunjung tinggi hukum dan bukan pemerintah yang lebih takut kepada suatu kekuasaan yang tidak
berdasarkan hukum, apalagi suatu kekuasaan yang memunyai kecenderungan untuk melakukan perbuatan melawan hukum.
2.7. Pengertian Judicial Review
Judicial review diartikan sebagai kewenangan untuk menguji atau hak uji yang diberikan kepada kekuasaan kehakiman atau hakim.
28
Judicial review juga dapat dilakukan terhadap tindakan hukum yang bersifat konkret dan individual
dari administrasi negara.
29
Dalam hal ini, jika perbuatan hukum tersebut berbentuk keputusan atau ketetapan yang bersifat beschikking, pengawasan atau
pengujiannya dilakukan oleh pengadilan tata usaha negara administratieve rechtspraak. Sedangkan perbuatan hukum konkrit dan individual lainnya yaitu
yang berupa vonnis atau putusan pengadilan dapat diawasi atau dikontrol oleh pengadilan tingkat yang lebih tinggi. Putusan pengadilan pada tingkat pertama
dapat diuji oleh pengadilan pada tingkat banding, putusan pengadilan tingkat
28
Dr. Zainal Arifin Hoesein, S.H., M.H., Judicial Review di Mahkamah Agung RI, Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perundang-Undangan, Rajawali Pers, 2009, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Jakarta, hlm., 39.
29
Prof.Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Perihal Undang-Undang, hlm., 7.
30
banding dapat diuji oleh pengadilan tingkat kasasi, dan bahkan pada tingkat kasasi dapat diuji lagi dengan peninjauan kembali.
30
Misalnya pada lingkungan peradilan tata usaha negara, pada tingkat pertama ada pada pengadilan tata usaha negara,
tingkat banding pada pengadilan tinggi tata usaha negara, dan pada tingkat kasasi
serta peninjauan kembali dilakukan di mahkamah agung.
Judicial review berbeda dengan toetsingsrecht, toetsingsrecht memiliki arti lebih luas dan masih bersifat umum dan dapat diletakkan pada lembaga
kekuasaan negara baik yudikatif, legislatif maupun eksekutif.
31
Sedangkan judicial review, cakupan dan ruang lingkupnya terbatas pada kewenangan
pengujian yang dilakukan melalui mekanisme judicial dan lembaganya hanya diletakkan pada lembaga kekuasaan kehakiman.
32
Judicial review merupakan bagian dari prinsip kontrol secara judicial atas perbuatan hukum konkret pejabat
TUN agar tidak bertentangan dengan norma hukum secara hierarkis.
33
Selain itu Judicial review perlu dilakukan dalam kaitannya dengan pengawasan terhadap kekuasaan pemerintah.
“which govern the exercise of power and duties by public bodies. Furthe, that is the law relating to the control of govermental power
which has as its primari purpose,’to keep the powers of governmentalwithin their legal bounds, so as to protect the citizen
30
Ibid, hlm., 8.
31
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Model-model Pengujian Konstitusional di Pelbagai Negara, Konstitusi Pers, 2005, Jakarta, hlm., 4-7.
32
Ibid.
33
Dr. Zainal Arifin Hoesein, S.H., M.H., Op.Cit., hlm., 41.
31
against, their abuse. The powerfull engines of autority must be prevented from running amok
”
34
Judicial review merupakan suatu pengawasan terhadap kekuasaan pemerintah yang bertujuan untuk memastikan bahwa kekuasaan pemerintah tetap
berada pada batas-batas hukumnya, yakni sesuai dengan prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik, dengan demikian dapat melindungi warga negara dari
penyalahgunaan kekuasaan atau perlakuan pemerintah yang sewenang-wenang. Sebagaimana diketahui, prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik atau the
general priciples of good adminstration according to the law itu di dalam literatur di Indonesia dikenal dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik atau
sering disingkat dengan AAUPB. Asas-asas itu menjadi rujukan dari pihak pengadilan, terutama pengadilan yang tugasnya memastikan bahwa administrasi
negara berjalan sesuai dengan asas-asas hukum, dan satu dari strand atau asas itu adalah asas persamaan kedudukan di hadapan hukum equality before the law
yang menjadi obyek kajian dari penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini.
2.8. Kaitan Judicial Review Persamaan Perlakuan di Depan Hukum